Mohon tunggu...
Dessy Liestiyani
Dessy Liestiyani Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film

menggemari literasi terutama yang terkait bidang pariwisata, perhotelan, catatan perjalanan, serta hiburan seperti musik, film, atau televisi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Ampiang Dadiah, Alternatif Rasa Pecinta Yoghurt

17 Juli 2024   09:40 Diperbarui: 22 Juli 2024   15:39 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ampiang Dadiah (sumber: wikipedia)

Aku mengenalnya sekitar sepuluh tahun lalu, tepat ketika pertama kali aku menginjakkan kaki di Bumi Minangkabau ini. Identitasnya terpampang di dinding restoran itu. Namanya terasa asing bagiku. Kala itu, sambil mengigit-gigit potongan ayam pop, aku mengejanya dalam hati. Ampiang dadiah. Apakah itu makanan, atau minuman? Seperti apa penampakannya? Bagaimana rasanya?

Beberapa kali kulirik tulisan itu. Ampiang dadiah. Ampiang dadiah. Agak sulit juga aku menghafalnya. Nama 'ampiang dadiah' saat itu tidak mengingatkanku pada kata apapun yang memudahkanku untuk mengucapkannya di kemudian hari.

Aku mencoba merekam nama itu dalam benakku, dan bermaksud untuk menanyakan pada suamiku. Walaupun lahir dan besar di Jakarta, namun "darah"nya Sumatera. Bukittinggi tepatnya, kota yang kami sambangi saat itu yang kemudian menjadi tempat tinggal kami sampai saat ini.

"Seperti yoghurt." Sesingkat itu saja penjelasan darinya. Sebagai anak perantau, ia hanya tahu sebatas itu saja, dan bahkan belum pernah mencobanya juga. Maklum saja. Ampiang dadiah bisa dibilang tidak terlalu familier di restoran-restoran padang di Jakarta.

Semakin lama tinggal di Bukittinggi, tentu saja aku semakin mengenal ampiang dadiah. Bisa jadi, status Bukittinggi sebagai kota wisata juga yang membuat makanan ini (ya, akhirnya aku tahu kalau ampiang dadiah adalah jenis makanan, bukan minuman) jadi cukup mudah dijumpai di beberapa kedai atau restoran di kota ini. Wisatawan ingin mencobanya ketika kulineran, sementara orang-orang tua seperti mertua dan ante (tante, arti dalam bahasa Minang) masih mengkonsumsinya sebagai makanan nostalgia. Lalu, apa istimewanya?

Komposisi Ampiang Dadiah

Pada dasarnya makanan ini terdiri dari dua bahan utama yaitu ampiang, dan dadiah. Ampiang terbuat dari beras ketan yang ditumbuk. Tampilannya seperti butiran beras yang dipipihkan. Rasa ampiang sendiri cenderung hambar. Itulah sebabnya ampiang sering dijadikan bahan campuran baik makanan --seperti ampiang dadiah ini, atau pada beberapa minuman khas Sumatera Barat seperti es tebak (seperti es campurnya Sumatera Barat), atau es candua langkok (seperti es cendol).

Sementara dadiah itu sebenarnya adalah dadih dalam bahasa Indonesia. Pengucapan dadiah itu terbentuk dari lafal orang Minangkabau ketika mengucapkan 'dadih'. Beberapa tahun lalu, dadiah pernah mendunia ketika chef Gordon Ramsay dalam program Uncharted-nya di National Geographic Channel mencoba memeras susu kerbau untuk membuat dadiah.

Dadiah (sumber: www.tribunnews.com)
Dadiah (sumber: www.tribunnews.com)

Ya, dadiah memang susu kerbau yang kemudian difermentasi dalam batang bambu. Seperti kata suamiku sebelumnya, bisa dibilang yoghurt-nya Sumatera Barat ya dadiah ini. Teksturnya kental, putih, namun memiliki aroma yang lebih tajam dari yoghurt biasa.

Sebagai hidangan, ampiang dadiah dikonsumsi dengan siraman kuah gula aren yang cukup banyak. Ada juga yang suka menambahkan parutan kelapa, serta serutan es. Saranku, seporsi ampiang dadiah sebaiknya dicampur terlebih dahulu secara merata, baru dimakan. Hal ini untuk mendapatkan kombinasi rasa asam dan manis yang tepat, serta mengurangi aroma khas dadiah.

Aroma dadiah yang cenderung kuat sebenarnya membuatku kurang bisa menikmati hidangan ini. Tapi bagi penggemar yoghurt, makanan ini sebenarnya bisa jadi alternatif cemilan karena rasanya yang berbeda. Dadiah sendiri selain diolah menjadi hidangan manis seperti ini, ternyata juga dikonsumsi sebagai samba (lauk, artinya dalam bahasa Minang). Ya, beberapa kalangan mengkonsumsi dadiah dengan nasi, bawang, dan sambal. Nah, unik kan.

Pengalaman Mencicipi Ampiang Dadiah

Aku teringat kala pertama memesan ampiang dadiah ini. Entah mengapa, melihat penampilannya dalam mangkuk yang penuh kuah coklat itu justru membuatku membayangkan hidangan seperti soto, sup, atau bahkan semangkuk rawon di hadapanku. Lidahku seperti mengecap rasa asin-gurih itu, walaupun aku belum pernah sekalipun mencicipinya. Bisa jadi karena sebelumnya aku hanya mengenal soto padang sebagai hidangan berkuah khas Sumatera Barat.

Tanpa ragu, aku pun memesan nasi putih pada sang uda (panggilan untuk abang di Sumatera Barat), pelayan di restoran yang melayaniku saat itu. Aku ingat, sang uda saat itu hanya tertegun, dan meninggalkanku begitu saja! Loh, kok di-cuek-in? Aku salah apa? Sambil bersungut-sungut, aku kemudian memulai saja ritual mencicipi ampiang dadiah itu.

Tentu saja, pada akhirnya aku pun menemukan jawabannya mengapa sang uda seperti mengabaikan pesananku. Lah hidangan manis begini masa dimakan pakai nasi? Kebetulan pula, hidangan ampiang dadiah-ku saat itu tidak ditambahkan serutan es batu.

Ceritaku yang ingin makan ampiang dadiah pakai nasi ini pun kemudian menjadi hiburan di keluarga suamiku, dari dulu sampai sekarang. Kalian yang ingin mencoba ampiang dadiah ini, jangan sok tahu terus mau pesan nasi seperti aku dulu ya. Hihihi.

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun