Produksi : Warner Bros. Pictures
*
Saya percaya jalan hidup seseorang telah digariskan Pencipta-nya. Bagaimana akar ruhnya, bagaimana lakon hidupnya, dan bagaimana akhir nafasnya. Saya sendiri suka membayangkan bagaimana akhir hidup saya nantinya. Saya tahu, ini rahasia Tuhan; Sang Pencipta saya. Tapi, apakah tabu jika sekadar mengira-ngira?
Ya, saya suka melamunkan apakah saya nanti akan mati menua? Atau, roh saya akan terbang menyaksikan jasad saya yang terbujur kaku bersimbah darah? Atau, apakah saya akan bernasib seperti beberapa artis yang berkalang tanah di puncak karirnya, puncak kesuksesannya, puncak kejayaan hidupnya? Seperti penyanyi dan aktor Hollywood Elvis Presley, yang kematian tragisnya di usia 42 tahun membuat kita tak akan pernah bisa membayangkan bagaimana sosoknya jika menua!
Ketika menyebut nama beliau, apa yang pertama kali terbayang di benak kalian? Sesosok "satria bergitar" klimis dengan rambut stylish-nya? Atau celana cutbray yang berkibar-kibar? Bagaimana dengan gaya bernyanyinya yang khas menghentak-hentakkan kaki serta pinggul? Atau suara beratnya yang sangat maskulin; sangat "laki-laki"? Atau, mungkin kalian hanya mengenal namanya karena beliau mewakili idola era ABG; Angkatan Babe Gue, atau malah Angkatan Buyut Gue?
Bagaimana pun kalian mengingatnya, saya yakin kalian sepakat bahwa Elvis Presley adalah salah seorang artis yang kepopulerannya melintasi generasi. Tanpa perlu dijelaskan oleh papah, mamah, om, tangteh, oma, opa, atau Si Komo, sosok Elvis Presley sepertinya tetap bisa dikenal bahkan oleh bocah-bocah zaman now. Gaya dan penampilannya memang berbeda, dan karya-karyanya sungguh istimewa.
Buktinya, sampai saat ini penjualan album-albumnya masih saja mendulang sukses. Mengutip laman bbc.com, dari data yang dikumpulkan majalah Forbes tercatat bahwa pada 2016 saja sang mendiang masih tetap mampu meraih pendapatan 27 juta US Dolar atau sekitar 361 miliar rupiah, dan satu juta albumnya masih laku terjual. Gilaaak. Gilaaak.
Elvis memang megabintang. Padahal, sudah lebih empat puluh tahun sejak kematiannya di 1977. Namun sampai saat ini pun orang-orang masih mengingatnya, masih meniru penampilannya, masih berusaha "menghidupinya" walaupun sekadar untuk meramaikan festival-festival kostum. Yeee kan?
Tapi tahukah kalian bahwa di zamannya, sang bintang sempat menjadi kontroversi karena pemerintah setempat saat itu menganggap sang bintang menampilkan gerakan yang provokatif sensual? Elvis pun sempat dijuluki "Elvis the pelvis".Â
Buat yang nggak tahu dan males buka google translate, 'pelvis' itu artinya panggul. Yoi, gerakan panggul yang menjadi stage act khas beliau dinilai berbahaya karena dianggap bernuansa sensual yang (bisa) memprovokasi audience-nya. Beliau kemudian sempat manut, mengubah gayanya menjadi lebih "kalem". Perkara ini yang kemudian diangkat di film biografi beliau di pertengahan 2022 lalu berjudul "Elvis". Kecuali kalian adalah penggemar fanatiknya, saya yakin tidak semua orang tahu hal ini.
Saya sempat melihat satu-dua kali thriller film ini di bioskop, sekitar pertengahan 2022 lalu. Saya sebenarnya bukan penggemar fanatik Elvis Presley, hanya seorang pendengar musik yang tentu saja mengenal beberapa karya beliau yang melegenda. Thriller tersebut menarik perhatian saya, dan membuat saya memendam hasrat untuk menontonnya. Saya berharap akan merasakan sensasi yang sama seperti ketika menonton "Bohemian Rhapsody" di 2018, yang mengisahkan perjalanan karir band "Queen".