Mohon tunggu...
Dessy Kushardiyanti
Dessy Kushardiyanti Mohon Tunggu... Dosen - No Limit, No Regret, No Excuse

Dosen Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Syekh Nurjati - Master of Arts, Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Persona Kekinian Admin Pelayan Publik di Media Sosial

23 April 2021   07:46 Diperbarui: 24 April 2021   20:15 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar Posting-an akun Twiter @KemenPU, 2019

Platform media sosial masih menjadi pilihan oleh banyak penggunanya, kebutuhan bermedia sosial juga semakin kompleks di tengah budaya masyarakat Indonesia sebagai penyumbang pengguna media sosial yang cukup banyak.

Dalam laporan berjudul Digital 2021 The Latest Insights Into The State of Digital yang digagas oleh agensi sosial media, We are Social menyebutkan Sekitar 170 juta pengguna aktif media sosial di Indonesia dengan penetrasi 61.8% dan paling banyak didominasi oleh milenial generasi Y dan Z dengan rentang usia 25--34 tahun.

Dari masa ke masa, penggunaan media sosial juga digunakan oleh kalangan kehumasan di berbagai instansi baik pemerintah maupun non-pemerintah terutama bagian sosial media dalam menyampaikan informasi, ditambah perkembangan aksesibilitas pengguna di tiap era industri memudahkan siapa saja menjadikan media sosial sebagai referensi pemberitaan yang mainstream.

Namun, orientasi bermedia sosial kini banyak memiliki preferensi di masing-masing penggunanya, tidak sebatas pada pencarian informasi, bahkan media sosial juga banyak digunakan karena motif hiburan hingga mengisi waktu luang. 

Berdasarkan media and uses gratification theory telah diungkap bahwa penggunaan media di masing-masing individu berdasarkan kebutuhannya. Hal inilah yang menjadi suatu alasan bagi pengelola sosial media (Admin) dalam pengelolaan isi konten yang relevan dengan target audiens.

The Latest Insights Into The State of Digital, We Are Social, 2021)
The Latest Insights Into The State of Digital, We Are Social, 2021)

Admin sebagai pengelola media sosial kerapkali dipanggil dengan sebutan "mimin" atau bahkan memiliki sebutan lain di beberapa lembaga pemerintah contoh, pada akun @TNI_AU lebih akrab dipanggil "Airmin".

Berbicara mengenai pelayanan publik juga semakin bertransformasi menyesuaikan masyarakat post-modern yang semakin terbiasa pada pelayanan melalui medium, termasuk pemenuhan informasi melalui paltform media sosial, pembentukan image  yang sesuai dengan karakter audiens juga diperlukan dalam meningkatkan engagement. 

Seperti yang kita tahu, bahwa kesuksesan bermedia sosial dilihat dari impresi dan engagement yang didapat dalam suatu postingan, bukan sekedar dari jumlah followers, percuma memiliki followers tinggi namun tidak ada interaksi di dalamnya.

Kembali ke data pengguna media sosial yang didominasi oleh kalangan milenial generasi Y dan Z, di masa kini gaya pemberitaan melalui konten di media sosial serta respons Admin media sosial sebagai pelayan publik sangat beragam salah satunya dengan humor, walaupun belum tentu dianggap sebagai best practice dalam pengelolaannya namun dapat menjadi pertimbangan. 

Melalui humor bahkan dapat meminimalkan kesan kaku pelayan publik yang biasanya terkesan formal di beberapa instansi pemerintahan. Berikut contoh humor practice di media sosial yang kerap ditemui oleh netizen:

1. Respons lucu Admin di tengah ketakutan

Tangkapan layar Posting-an Youtube Kemkominfo TV, 2020
Tangkapan layar Posting-an Youtube Kemkominfo TV, 2020

Siapa yang tidak tergelitik membaca komentar Admin Kemkominfo di akun Youtube-nya. 

Alih-alih sedang menayangkan pemberitaan tentang vaksin yang saat itu menuai pro kontra di tengah masyarakat dari yang serius membahas formula vaksin yang disuntikan hingga masyarakat yang takut jarum, Kemkominfo memberi statement lucu, "Sekali lagi, informasi untuk masyarakat. Yang disuntik vaksin tidak akan menjadi titan!". Beberapa relasi media bahkan terfokus pada statement lucu dari Admin tersebut dan mendapat perhatian oleh masyarakat di jagad sosial media.

2. Pengemasan informasi dengan adopsi konten video humor 

Tangkapan layar Posting-an akun sosial media Instagram @casnkemenag, 2020
Tangkapan layar Posting-an akun sosial media Instagram @casnkemenag, 2020

Kementerian Agama melalui anak akun sosial media @casnkemenag juga tak kalah menampilkan kesan humoris di setiap postingannya. Dalam situasi ketegangan rekrutmen CPNS 2019 yang kala itu digelar serentak oleh BKN hingga proses menunggu NIP, sajian konten informasi dari akun ini sangat menghibur para pengikutnya, tak jarang respons positif tanda "sayang" bahkan dirindukan kepada Admin banyak dilontarkan di kolom komentar.

3. Melibatkan pak Menteri untuk mengundang tawa 

 

Tangkapan layar Posting-an akun Twiter @KemenPU, 2019
Tangkapan layar Posting-an akun Twiter @KemenPU, 2019

Tangkapan layar Posting-an akun Twitter @KemenPU, 2019
Tangkapan layar Posting-an akun Twitter @KemenPU, 2019

Admin twitter Kementerian PUPR, @kemenPU juga tak kalah dalam konsistensi penyampaian konten humor dengan melibatkan bosnya yaitu Pak Menteri Basuki Hadimuljono, seakan ada-ada saja tock foto lucu yang diambil membuat Admin tak kehabisan akal untuk memodifikasinya menjadi meme yang cukup menghibur. 

Bahkan salah satu yang viral yaitu postingan meme Pak Basuki bersalaman dengan dirinya sendiri dalam memperingati hari raya Idul Fitri di tahun 2019 dengan total retweet sebanyak 17,6 ribu serta 23,4 like.

Representasi humoris pada beberapa posting-an di atas adalah bentuk literasi digital yang menitikberatkan pada gaya bahasa di media sosial yang secara demografis penggunanya didominasi oleh milenial. 

Selain itu karakter pada platform media sosial juga berbeda-beda, jangankan pada media sosial pemerintah, akun media sosial kita sendiri secara personalpun juga tak sedikit yang memiliki pengelolaan dan gaya penyampaian pesan berbeda di setiap paltform, contoh antara Twitter dan Linkedin. Jika warganet Twitter biasa dikenal dengan aksi "bar-bar"-nya, berbeda saat di Linkedin yang bisa jadi lebih menjaga sikap dan show off pencapaiannya.

Namun, dibalik posting-an humoris para Admin Pemerintahan selayaknya pelayan publik bagi masyarakat maka tidak serta merta melepas tupoksinya dalam menyampaikan informasi yang bermanfaat dan memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat. 

Maka dari itu, dalam setiap pengelolaan media sosial akan ada tahapan-tahapan sebelum pada proses publikasi, beberapa diantaranya yaitu content mapping dan editorial plan, guna melihat intensitas jenis konten yang akan dibagikan setiap harinya dan tidak menyinggung berbagai pihak. 

Seperti yang disampaikan oleh Pakar Komunikasi UI, Ade Armando dilansir pada laman Kompas.com bahwa konten di akun media sosial pemerintahan juga harus mempertimbangkan kredibilitas dan legitimasi, ada batasannya kapan harus lucu dan serius, karena pada dasarnya akun lembaga resmi harus tetap menjaga kewibawaannya.

Tiap lembaga pemerintahan memiliki otoritas tersendiri dalam melakukan pengelolaan media sosialnya, penggunaan humor pada beberapa konten dapat digunakan sebagai alternatif keterlibatan masyarakat lebih luas dari segi kebutuhan akan hiburan dan mengisi waktu luang. Sehingga, dengan engagement yang didapat akan mengundang perhatian lebih banyak lagi pada informasi-informasi  penting selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun