Mohon tunggu...
Dessy Franly
Dessy Franly Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Life is Anicca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesianis Paham tentang Batik dan Wayang? Kamu Juga Harus Paham!

7 Maret 2022   11:00 Diperbarui: 7 Maret 2022   11:06 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kebudayaan.kemdikbud.go.id

Tidak hanya membahas mengenai produksi dan reproduksi batik, namun masa penurunan Batik juga disinggung. Batik mengalami penurunan ketika modernisasi terjadi. Tozu (2017) menaruh perhatian terkait pakaian masyarakat Indonesia, bahkan di Yogyakarta sebab pakaian barat ternyata sudah umum. Saya sendiri sangat setuju dengan pernyataan Tozu sebelumnya. Tidak perlu segan ketika Anda mengakui bahwa batik seperti pakaian yang sudah dinomor sekiankan dalam hidup kita. 

Memakai pakaian dengan style barat sudah menjadi yang paling keren. Batik? Sangat kuno dan hanya untuk acara resmi pemerintahan! Ketika kita memikirkan secara mendalam realita gaya hidup masyarakat yang cukup meninggalkan jauh batik, terlintas juga rasa sedih. Inilah pekerjaan rumah yang harus kita benah secara pribadi tentang pola pikir berbatik.

Melihat penurunan batik di masyarakat, tetap bisa dikatang untung. Tozu memberikan pandangan terkait perbedaan batik dan kimono yang memberikan variasi unik dalam tulisannya. Beruntung ketika batik menjadi seni yang tidak hanya melulu mengenai pakaian, melainkan penggunaannya dapat diaplikasikan di berbagai hal seperti tas, taplak meja, tikar, dan lain sebagainya, sebab Tozu (2017, h. 73) menuliskan bahwa ternyata Kimono Jepang sangat terbatas penggunaannya.

Sungguh sangat menarik tulisannya sebab kita masyarakat Indonesia menjadi paham akan batik. Kajiannya mengenai budaya Batik Indonesia sejalan dengan Teori Kajian Budaya yang memang juga merujuk pada makna budaya tersebut. Saat membaca tulisan Tozu (2017), ia sempat menyinggung tentang budaya seni lain, yaitu wayang. 

Jujur, saya sangat tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai wayang Indonesia. Akan tetapi, beruntung ketika saya juga menemukan seorang Indonesianis yang menulis artikel jurnal terkait pengalamannya mengenai wayang, yaitu Kathy Foley dengan judul “Cross Cultural Research: Experiences in Sundanese Wayang Golek of West Java”. Jelas Indonesianis ini sangat membuat hati saya bergejolak untuk ingin ikut paham akan budaya Indonesia.

Sumber: Kebudayaan.kemdikbud.go.id
Sumber: Kebudayaan.kemdikbud.go.id

Foley (n.d.) menuangkan pengalamannya di Indonesia ketika riset dan mempelajari budaya seni pertunjukkan Wayang Golek dari Jawa Barat untuk tesisnya. Ia menyadari bahwa sesungguhnya memahami makna dari sebuah budaya akan lebih maksimal apabila langsung datang dan terlibat dalam lokasi penelitian bersama subjek penelitian. Saat mempelajari mengenai wayang, Foley mengatakan bahwa yang menjadikannya rumit adalah bahwa seni ini mengembangkan konsep kerahasiaan. 

Ketika meneliti di Indonesia, Foley berusaha mencari solusi atas masalah yang dihadapinya. Menghadapi realitas di mana ia harus berkomunikasi dengan warga Indonesia yang hanya dapat berbahasa Sunda di Jawa Barat, ia awalnya mencari seorang teman yang bisa berbahasa Inggris dan bahasa Sunda lalu mencoba mempelajarinya untuk bisa bersosialisasi dengan warga sekitar Jawa Barat. 

Ia sadar apabila menggunakan Bahasa Indonesia, maka ia tidak akan pernah dekat dengan masyarakat. Oleh sebab itu, ia berpindah dari kota ke desa yang mayoritas berbicara bahasa Sunda. Akhirnya ia dapat mempelajari lebih dalam seni budaya Wayang Golek dan bahkan sebelum meninggalkan Indonesia, ia melakukan pertunjukkan Wayang Golek Cepak dalam bahasa Sunda.

Menetap cukup lama di Sunda dalam rangka penelitian, menjadikan orang-orang sadar bahwa Foley bisa makan nasi. Memakan nasi ketika di Indonesia tentu menjadi gaya hidup barunya yang berbeda ketika ia tinggal di negara asalnya. Mempelajari dan mengkaji budaya ternyata akan sejalan juga dengan penciptaan budaya baru dalam diri kita.

Pengalamannya dalam meneliti dan mempelajari langsung budaya lain, seperti Wayang di Indonesia turut menyimpulkan nasihat-nasihat bagi peneliti masa depan. Saya sangat setuju dengan nasihat Foley dalam tulisannya, yaitu bahwa begitu pentingnya persiapan diri sebaik mungkin dan tidak berpatok pada buku-buku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun