Rafi Ikhwanudien Muhammad adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Selain menempuh pendidikan, Rafi juga merupakan salah satu pendiri Seegraphy, sebuah vendor yang bergerak di bidang jasa fotografi dan videografi. Ia dikenal karena keaktifannya dalam berorganisasi dan hobinya dalam berolahraga. Rafi lahir di Lembang pada 18 Januari 2003, sebagai anak pertama dari pasangan R. Nunang Cahyono dan Reni Sri Marliani. Ia memiliki dua adik kandung, yaitu Nisrina Aulia Diena dan Raihan Ilham Faizullah. Dari keluarganya, ia belajar untuk menghargai hidup dan bermanfaat bagi orang lain.
Penanaman Nilai Keluarga dan Pendidikan Dasar
      Sejak kecil, Rafi dikenal sebagai pribadi yang aktif dan hangat. Rafi tumbuh dalam keluarga yang suportif dan penuh apresiasi. Orang tuanya menanamkan prinsip "Islam rahmatan lil'alamin" yang mengajarkan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Bahkan, nilai utama yang ia pegang dalam hidupnya adalah esensi dan kebermanfaatan, di mana ia bermaksud bahwa apapun yang dilakukan harus memiliki makna dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Prinsip ini ia terapkan tidak hanya di lingkungan keluarga, tetapi juga di sekolahnya.
      Pada tahun 2008, ia memulai pendidikannya di Raudhatul Athfal (RA) Zakaria selama satu tahun sebelum melanjutkan sekolah ke SDN Griba Antapani pada tahun 2009. Namun, pada tahun 2010 ia pindah ke Madrasah ibtidaiyah (MI) Zakaria sebagai murid kelas 1 kembali. Selama menempuh pendidikan dasar, Rafi menunjukkan minat yang besar terhadap olahraga, terutama futsal dan sepak bola. Ketekunannya dalam olahraga membawanya menjadi perwakilan kelas untuk mengikuti Pekan Olahraga Antar Kelas (PORAK). Di samping itu, Rafi tidak lupa dengan tanggung jawab akademiknya. Ia konsisten menjadi salah satu siswa berprestasi yang selalu masuk dalam peringkat 10 besar sejak kelas 1 hingga kelas 6.
Menggali Potensi Melalui Organisasi di Sekolah Menengah
      Setelah menyelesaikan pendidikan di MI Zakaria pada tahun 2016, Rafi melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Lembang. Berbekal pengalaman selama di MI, Rafi terpilih untuk masuk dalam kelas Tahfidz. Awalnya, ia sempat merasa khawatir akan kesulitan untuk mendapatkan teman karena ia merupakan satu-satunya lulusan MI Zakaria yang melanjutkan sekolah di Lembang. Namun, semua itu hanya terjadi dalam pikirannya. Meski lingkup pertemanannya lebih banyak terbatas pada teman satu kelas, Rafi tetap aktif dalam kegiatan olahraga yang secara perlahan memperluas relasinya. Terinspirasi dari sebuah film Anime, hobi utamanya berganti menjadi olahraga basket, bukan lagi sepak bola. Kecintaannya pada olahraga basket membuat dirinya rela membeli bola sendiri dan sering kali menghabiskan waktu bermain basket tanpa mengenal cuaca. Antusiasmenya terhadap olahraga ini membuat ia mengabaikan kesehatannya.
      Selain bermain basket, Rafi mulai memperluas relasinya melalui berbagai kegiatan organisasi dan ekstrakurikuler. Ia pertama kali bergabung dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) meskipun keanggotaannya hanya bertahan hingga kelas 8. Selain itu, Rafi juga tergabung dalam dua ekstrakurikuler, yakni Taekwondo dan Badminton. Di bidang Taekwondo, Rafi berhasil meraih sabuk hijau. Namun, cita-citanya untuk mengikuti turnamen harus terhenti karena keputusan orang tuanya yang khawatir akan prospek atlet di Indonesia, yang dinilai kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Keputusan tersebut membuat Rafi mengalihkan fokusnya kembali ke Badminton. Pada tahun 2019, Rafi berhasil menyelesaikan pendidikannya di tingkat SMP dan memperoleh sertifikat penghargaan sebagai bentuk pengakuan atas pencapaiannya dalam menghafal Al-Qur'an sebanyak 3 juz.
      Setelah menyelesaikan pendidikan di SMP, Rafi mendaftarkan diri ke SMAN 1 Lembang yang dikenal sebagai sekolah favorit. Sayangnya, sistem zonasi yang diterapkan membuatnya tidak diterima di sekolah tersebut. Akhirnya, ia melanjutkan pendidikannya di SMAN 2 Lembang dengan mengambil jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Meski pada awalnya ia menginginkan jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), guru Bimbingan Konseling (BK) merekomendasikan Rafi untuk masuk ke jurusan MIPA berdasarkan penilaian kemampuan akademiknya. Berbeda dengan pengalaman saat di SMP, Rafi menjadi lebih aktif dan mudah beradaptasi selama di SMA. Terlebih lagi, SMAN 2 Lembang saat itu merupakan salah satu sekolah baru, di mana Rafi termasuk dalam generasi ketiganya. Hal tersebut membuatnya lebih leluasa untuk menjalin kedekatan dengan siapa pun dan merasakan nuansa kekeluargaan yang erat.
      Sejak memasuki jenjang SMA, kecanduannya terhadap olahraga basket perlahan berkurang. Hal ini bermula saat kelas 10, ia pernah mengalami nyeri pada bagian dada yang mengharuskannya untuk dibawa ke RSUD Lembang oleh guru olahraga di sekolah. Selain faktor kesehatan, berkurangnya intensitas bermain basket disebabkan oleh teman bermain basketnya berada di sekolah yang berbeda. Akibatnya, Rafi sering kali bermain badminton. Masa ini merupakan langkah awal bagi Rafi untuk keluar dari zona nyamannya dan mulai serius dalam mencari peluang di organisasi dan mengembangkan kemampuannya.
      Pada masa SMA, Rafi aktif di berbagai organisasi dan ekstrakurikuler, termasuk OSIS dan tiga kegiatan lainnya, yaitu Qur'an Club (QC), Rohani Islam (Rohis) Irsyad, dan ekstrakurikuler Badminton. Keterlibatan pertamanya dimulai dengan bergabung di Qur'an Club, ekstrakurikuler yang fokus mempelajari Al-Qur'an, di mana ia langsung ditunjuk sebagai wakil ketua. Namun, peran tersebut menantangnya untuk bertindak lebih, karena saat itu sang ketua tidak menjalankan tanggung jawabnya. Rafi pun mengambil alih koordinasi dengan pembina, hingga akhirnya terpilih untuk mengemban amanah sebagai ketua QC pada periode berikutnya. Selain aktif di QC, Rafi juga menjadi anggota Rohis Irsyad, sebuah ekstrakurikuler yang berfokus pada pendalaman ilmu agama Islam dan kegiatan dakwah. Di sisi lain, kecintaannya pada olahraga membawanya bergabung dalam ekstrakurikuler Badminton, di mana ia dipercaya untuk memimpin sebagai ketua pada periode kedua.
      Tidak hanya itu, Rafi juga bergabung dengan OSIS meskipun awalnya sempat ragu untuk menerima tawaran tersebut. Namun, ia akhirnya memutuskan untuk mencoba, melewati berbagai proses seleksi hingga diterima sebagai anggota bidang kedisiplinan pada periode 2019-2020. Di tahun pertama ini, Rafi belajar banyak tentang tanggung jawab dan perannya sebagai Penegak Disiplin Sekolah (PDS) hingga terpilih menjadi Komisi Disiplin untuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun 2020. Kinerja yang baik membuatnya terpilih sebagai koordinator bidang kedisiplinan pada periode kedua, yakni 2020-2021. Di tahun kedua ini, Rafi mengemban berbagai amanah, termasuk sebagai ketua QC, ketua Badminton, serta tetap aktif sebagai anggota Rohis hingga akhir masa jabatannya. Meski jadwalnya sangat padat dan ia sempat kewalahan untuk mengaturnya, Rafi berhasil menjalankan semuanya dengan baik sehingga menjadikannya sosok yang dikenal berpengaruh di lingkungan sekolah.
      Salah satu momen berkesan dalam perjalanan hidup Rafi selama SMA terjadi saat ia mengikuti seleksi beasiswa umroh di kelas 11. Program ini merupakan salah satu penghargaan prestasi bidang Tahfidz di SMAN 2 Lembang, dan Rafi berhasil masuk ke dalam tujuh besar finalis dari seluruh peserta. Sayangnya, ia tidak terpilih sebagai salah satu dari tiga penerima beasiswa tersebut. Keikutsertaan Rafi dalam seleksi beasiswa ini bukanlah sesuatu yang kebetulan. Sejak kelas 10, ia telah mengetahui keberadaan program tersebut dan mempersiapkan diri dengan aktif di Qur'an Club, yang ia harapkan dapat menunjang pencapaiannya. Ia sering merasa minder, terutama saat melihat pesaing lain yang memiliki bacaan lebih baik atau hafalan yang lebih banyak. Namun, dukungan keluarga, terutama kata-kata mendalam dari ibunya, menjadi motivasi baginya. "Mas melakukan ini tuh, untuk umi atau untuk Allah?" adalah pertanyaan yang diajukan sang ibu, yang seketika menyadarkan Rafi bahwa tujuan sejati dari segala usaha adalah pengabdian kepada Allah, bukan semata untuk membuktikan sesuatu kepada manusia.
      Masa-masa SMA ini tidak hanya menyimpan kenangan manis, tetapi juga menyimpan masa kelam yang dialami oleh Rafi. Sejak SD, banyak kegagalan yang menghampirinya, terutama ketika proses hanya tinggal satu langkah menuju keberhasilan. Hingga pada saat itu, kegagalannya untuk mendapatkan beasiswa umroh memicu banyak memori kegagalan yang dialami sebelumnya. Ia sering kali pesimis dan meragukan kemampuan dirinya karena merasa tidak dapat bersaing dalam dunia akademik, hingga akhirnya ia sempat menyakiti diri sendiri untuk meluapkan rasa kecewa.
      Beruntungnya, Rafi tidak menghadapi masa-masa sulit itu sendirian. Dukungan emosional dari salah satu sahabatnya menjadi tamparan yang membantunya bangkit. Sang sahabat menyadarkan Rafi bahwa setiap orang memiliki keunikannya masing-masing, dan kemampuan seseorang tidak selalu dapat diukur dengan pencapaian akademik. Sahabatnya mengatakan bahwa banyak orang justru melihat Rafi berada di posisi yang mereka kagumi, terutama karena bakat dan keahliannya di bidang media. Kata-kata itu membuat Rafi merenung dan menyadari bahwa prestasi tidak harus sama dengan orang lain. Kesadaran ini membantunya berhenti membandingkan diri dengan orang lain dan mulai fokus pada potensi yang dimilikinya, serta menghargai pencapaian yang telah ia raih.
Merintis Karir, Dari Wedding Organizer Hingga Seegraphy
      Di sela-sela kesibukan akademiknya selama SMA, Rafi kerap kali menjadi tim Publikasi, Desain, dan Dokumentasi (PDD) untuk menjalankan program kerja (proker) berbagai organisasinya. Kemampuannya semakin terasah ketika ia terlibat aktif dalam sebuah Wedding Organizer (WO) mulai tahun 2020. Karena bakatnya dalam mendokumentasikan momen, akhirnya Rafi ditugaskan sebagai videografer sekaligus editor untuk konten promosi WO tersebut. Hal inilah yang menjadi bukti semakin berkembangnya bakat Rafi dalam bidang media.
      Setelah lulus dari SMA pada tahun 2022, Rafi bergabung dengan komunitas Fakir Ilmu, sebuah wadah berbagi dan pembelajaran tentang Islam. Ia diajak oleh seorang kakak kelas yang sebelumnya pernah ia temui dalam kegiatan Rohis. Awalnya, Rafi hanya mengikuti sebagai anggota biasa dan terlibat dalam berbagai kegiatannya. Seiring berjalannya waktu, ia dipercaya untuk mengemban tanggung jawab sebagai pengurus media. Pada tahun yang sama, Rafi bersama tiga rekannya, Sendi Heriansah, Salik Muhammad, dan Adrian Syidik, memutuskan untuk merintis sebuah vendor fotografi dan videografi bernama Seegraphy. Gagasan ini lahir dari visi, misi, dan hobi yang sama dalam dunia kreatif sekaligus didorong oleh kebutuhan dan tekad untuk mandiri secara finansial di usia muda. Dengan latar belakang sebagai fotografer, videografer hingga copywriter, mereka sepakat untuk menjadikan hobi ini sebagai peluang bisnis.
      Meskipun masih dalam tahap merintis dan menghadapi tantangan seperti kesibukan masing-masing anggota, mereka terus berkomitmen untuk menjalankan bisnis ini. Bagi Rafi, tantangan terbesar adalah membagi waktu antara kuliah dan bisnis, yang sering kali menguras energi dan pikirannya. Salah satu momen yang paling membanggakan adalah ketika semakin banyak klien yang mempercayai jasa Seegraphy. Kepercayaan tersebut tidak lepas dari jaringan relasi yang luas dan kerja keras tim dalam memberikan hasil terbaik. Hingga kini, Seegraphy terus berkembang dengan menangani berbagai proyek seperti foto wisuda, pre-wedding, lamaran, hingga acara-acara lainnya.
Menempa Diri di Lingkungan PerkuliahanÂ
      Sembari fokus dengan komunitas dan bisnisnya, Rafi juga memperdalam keilmuannya melalui perkuliahan di jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik, UIN SGD Bandung. Di sana, ia juga tergabung dalam berbagai program kerja yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Jurnalistik. Dari 50 program kerja dalam satu periode, ia cukup banyak berkontribusi. Pada tahun pertamanya sebagai mahasiswa, ia hanya mengikuti berbagai kegiatan sebagai peserta. Di tahun kedua, Rafi bertugas sebagai Kosma di kelasnya. Selain kesibukan di kelas, Rafi juga bergabung menjadi penanggung jawab kelompok dalam Kegiatan Orientasi Mahasiswa Anyar (KOMA).
      Setelah acara KOMA, Rafi terpilih menjadi ketua pelaksana pertama di angkatannya untuk menjalankan program kerja Musyawarah Himpunan pada Desember 2023. Setelah itu, ia sempat dirawat karena DBD. Pasca pemulihan, Rafi tetap berdedikasi untuk Ikatan Keluarga Alumni SMAN 2 Lembang sebagai PDD kembali untuk kegiatan Musyawarah Besar IKASDA 2024. Program kerja selanjutnya yang diikuti Rafi adalah Pelatihan Dasar Kepemimpinan Terstruktur (PDKT), di mana ia kembali bertugas sebagai penanggung jawab kelompok. Selain itu, Rafi juga tergabung dalam Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Jurnalposmedia sebagai anggota Divisi Foto dan ikut melaksanakan program kerjanya berupa Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) sebagai ketua bidang acara. Selain kepanitiaan dan organisasi, Rafi juga tetap aktif dalam bidang olahraga. Ia mewakili Jurusannya untuk mengikuti lomba badminton se-Universitas dalam acara Persatuan Badminton Mahasiswa (Perbama) Open. Selain itu, ia juga mengikuti lomba olahraga basket dan badminton pada acara Fidkom Fest atau Festival Fakultas Dakwah Komunikasi. Meski tidak keluar sebagai juara dalam lomba badminton, ia tetap berhasil memenangkan beberapa pertandingan. Sedangkan untuk lomba basket, ia dan timnya meraih juara 2.
      Pada tahun ketiga perkuliahannya, Rafi semakin disibukkan dengan berbagai mata kuliah dan organisasinya. Rafi kembali mengikuti kepanitiaan KOMA sebagai koordinator lapangan dan kepanitiaan PDKT sebagai anggota bidang acara. Beriringan dengan kegiatan tersebut, ia juga diamanahi sebagai sekretaris bidang dokumentasi pada program kerja lomba Futsal Antar SMA (Futsama) se-Jawa Barat. Selain itu, terdapat pengalaman baru bagi Rafi di mana ia ditunjuk menjadi Pelaksana Tugas (Plt.) Redaktur Foto sekaligus Pemimpin Umum selama bulan Juli-Agustus 2024 di Jurnalposmedia karena saat itu pengurus inti sedang melaksanakan KKN. Pada bulan November 2024, Rafi juga tergabung dalam kepanitiaan Jurnalistik Mengabdi di Kabupaten Subang sebagai anggota bidang dokumentasi.
Manuver Kondisi Keluarga serta Titik Baliknya
      Berbagai warna-warni peristiwa di bangku perkuliahan mewarnai hidup Rafi. Tepat pada 22 Agustus 2023, Rafi mengalami kejadian yang menjadi titik terendah dalam hidupnya, di mana ia kehilangan ibunda yang mengandung dan merawatnya selama ini. Hal tersebut menjadi tantangan bagi Rafi dalam mengelola emosionalnya, sebab saat itu bertepatan dengan garapan program kerja yang cukup besar di kampusnya. Kejadian ini membuatnya terpuruk cukup lama, bahkan sulit baginya untuk merelakan kepergian sang ibu hingga hari ini. Banyak hal yang ingin Rafi persembahkan untuk ibunya, tetapi Tuhan berkehendak lain. Dalam proses mengatasi kesedihannya, Rafi banyak melibatkan diri dalam berbagai organisasi dan kegiatan di kampus.
      Pada awalnya, kesibukan tersebut menjadi bentuk pelarian dari rasa duka yang mendalam. Sejak saat itu, ia sering kali pulang larut malam, bahkan hingga pukul 1 pagi. Seiring waktu, ia menyadari bahwa pelarian semata tidak memberikan manfaat. Kesibukannya di organisasi perlahan berubah menjadi sarana pengembangan diri yang lebih bermakna. Rafi melihat bahwa setiap pengalaman yang ia dapatkan dari organisasi memberikan bekal berharga, baik dalam hal soft-skill maupun upgrading kemampuan untuk masa depan. Ia pun mulai menyadari bahwa perjuangan ibunya untuk mendidiknya harus dijadikan motivasi untuk terus maju, bukan alasan untuk berhenti. Banyak pelajaran hidup yang diajarkan ibunya ia coba implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hingga akhirnya ia muhasabah dan tersadar bahwa hidup harus terus berjalan. Kepergian sang ibu menjadi pengingat untuk lebih menghargai waktu dan menebarkan kebermanfaatan kepada orang lain.
      Tepat 10 bulan setelah kepergian ibunya, pada 23 Juni 2024, sang ayah menikah kembali dengan seorang ibu tunggal beranak tiga. Ibu sambungnya ini merupakan seorang dokter bernama Eva Fariatul Aini. Mulai saat itu, adiknya bertambah tiga orang, yakni Zho, Izzan, dan Sabira. Semenjak ayahnya menikah lagi, Rafi tinggal terpisah dengan ayahnya, di mana ia tetap tinggal di Lembang bersama kakek, nenek, dan dua adik kandungnya. Sedangkan, ayahnya berada di Cilengkrang, bersama keluarga barunya. Pembagian urusan rumah inilah yang mengharuskan Rafi pulang pergi Lembang-Cibiru, karena selain tugas kuliah, ia tetap harus memperhatikan adik-adiknya yang masih duduk di bangku SMP dan SMA.
      Berbagai kejadian menghantamnya, yang mengharuskan ia untuk belajar banyak hal. Mulai dari mengurus keperluan rumah yang awalnya diurus oleh ibunya, hingga keperluan adik-adiknya. Ia belajar langsung bagaimana mengatur waktu berdasarkan skala prioritas, hingga mengatur keuangan. Awalnya, ia mengandalkan pemasukan mingguan dari keluarga untuk kebutuhan sehari-hari. Uang tersebut dibagi menjadi dua, untuk kebutuhan seperti makan dan transportasi, serta untuk kebutuhan mendesak. Kebiasaan ini terbentuk dari didikan keluarganya sejak kecil, yang mengajarkan pentingnya menabung.
      Seiring berjalannya waktu, Rafi mulai mandiri secara finansial, terutama setelah mendapatkan penghasilan dari Seegraphy. Ia memanfaatkan hasil pekerjaannya untuk berinvestasi pada peralatan kerja, seperti membeli lensa. Meski demikian, Rafi mengakui bahwa tantangan terbesar dalam mengatur keuangan adalah mengelola keinginan pribadi. Pengalaman ini sangat memengaruhi cara pandangnya tentang tanggung jawab, terutama sebagai anak pertama. Rafi menyadari bahwa ia tidak bisa terus bergantung pada orang tua dan harus mampu mengelola keuangannya sendiri dengan baik.
Makna Sukses dan Kebermanfaatan
      Melalui berbagai pengalamannya, Rafi terus berusaha menjadi individu yang mandiri dan mampu memberikan kontribusi nyata bagi sekitar. Baginya, sukses bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang membantu orang lain untuk meraih sukses. Ia percaya bahwa komunikasi adalah hal yang esensial dalam hidup. Oleh karena itu, ia mendorong semua orang untuk tidak ragu bercerita dan saling mendukung, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan psikologis yang sering dialami generasinya. Baginya, hidup tidak hanya sekadar berjalan mengikuti arus, tetapi harus dimaknai, yang berarti menjalani setiap proses dengan penuh kesadaran, belajar dari kesalahan, dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H