Pada tahun ketiga perkuliahannya, Rafi semakin disibukkan dengan berbagai mata kuliah dan organisasinya. Rafi kembali mengikuti kepanitiaan KOMA sebagai koordinator lapangan dan kepanitiaan PDKT sebagai anggota bidang acara. Beriringan dengan kegiatan tersebut, ia juga diamanahi sebagai sekretaris bidang dokumentasi pada program kerja lomba Futsal Antar SMA (Futsama) se-Jawa Barat. Selain itu, terdapat pengalaman baru bagi Rafi di mana ia ditunjuk menjadi Pelaksana Tugas (Plt.) Redaktur Foto sekaligus Pemimpin Umum selama bulan Juli-Agustus 2024 di Jurnalposmedia karena saat itu pengurus inti sedang melaksanakan KKN. Pada bulan November 2024, Rafi juga tergabung dalam kepanitiaan Jurnalistik Mengabdi di Kabupaten Subang sebagai anggota bidang dokumentasi.
Manuver Kondisi Keluarga serta Titik Baliknya
      Berbagai warna-warni peristiwa di bangku perkuliahan mewarnai hidup Rafi. Tepat pada 22 Agustus 2023, Rafi mengalami kejadian yang menjadi titik terendah dalam hidupnya, di mana ia kehilangan ibunda yang mengandung dan merawatnya selama ini. Hal tersebut menjadi tantangan bagi Rafi dalam mengelola emosionalnya, sebab saat itu bertepatan dengan garapan program kerja yang cukup besar di kampusnya. Kejadian ini membuatnya terpuruk cukup lama, bahkan sulit baginya untuk merelakan kepergian sang ibu hingga hari ini. Banyak hal yang ingin Rafi persembahkan untuk ibunya, tetapi Tuhan berkehendak lain. Dalam proses mengatasi kesedihannya, Rafi banyak melibatkan diri dalam berbagai organisasi dan kegiatan di kampus.
      Pada awalnya, kesibukan tersebut menjadi bentuk pelarian dari rasa duka yang mendalam. Sejak saat itu, ia sering kali pulang larut malam, bahkan hingga pukul 1 pagi. Seiring waktu, ia menyadari bahwa pelarian semata tidak memberikan manfaat. Kesibukannya di organisasi perlahan berubah menjadi sarana pengembangan diri yang lebih bermakna. Rafi melihat bahwa setiap pengalaman yang ia dapatkan dari organisasi memberikan bekal berharga, baik dalam hal soft-skill maupun upgrading kemampuan untuk masa depan. Ia pun mulai menyadari bahwa perjuangan ibunya untuk mendidiknya harus dijadikan motivasi untuk terus maju, bukan alasan untuk berhenti. Banyak pelajaran hidup yang diajarkan ibunya ia coba implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hingga akhirnya ia muhasabah dan tersadar bahwa hidup harus terus berjalan. Kepergian sang ibu menjadi pengingat untuk lebih menghargai waktu dan menebarkan kebermanfaatan kepada orang lain.
      Tepat 10 bulan setelah kepergian ibunya, pada 23 Juni 2024, sang ayah menikah kembali dengan seorang ibu tunggal beranak tiga. Ibu sambungnya ini merupakan seorang dokter bernama Eva Fariatul Aini. Mulai saat itu, adiknya bertambah tiga orang, yakni Zho, Izzan, dan Sabira. Semenjak ayahnya menikah lagi, Rafi tinggal terpisah dengan ayahnya, di mana ia tetap tinggal di Lembang bersama kakek, nenek, dan dua adik kandungnya. Sedangkan, ayahnya berada di Cilengkrang, bersama keluarga barunya. Pembagian urusan rumah inilah yang mengharuskan Rafi pulang pergi Lembang-Cibiru, karena selain tugas kuliah, ia tetap harus memperhatikan adik-adiknya yang masih duduk di bangku SMP dan SMA.
      Berbagai kejadian menghantamnya, yang mengharuskan ia untuk belajar banyak hal. Mulai dari mengurus keperluan rumah yang awalnya diurus oleh ibunya, hingga keperluan adik-adiknya. Ia belajar langsung bagaimana mengatur waktu berdasarkan skala prioritas, hingga mengatur keuangan. Awalnya, ia mengandalkan pemasukan mingguan dari keluarga untuk kebutuhan sehari-hari. Uang tersebut dibagi menjadi dua, untuk kebutuhan seperti makan dan transportasi, serta untuk kebutuhan mendesak. Kebiasaan ini terbentuk dari didikan keluarganya sejak kecil, yang mengajarkan pentingnya menabung.
      Seiring berjalannya waktu, Rafi mulai mandiri secara finansial, terutama setelah mendapatkan penghasilan dari Seegraphy. Ia memanfaatkan hasil pekerjaannya untuk berinvestasi pada peralatan kerja, seperti membeli lensa. Meski demikian, Rafi mengakui bahwa tantangan terbesar dalam mengatur keuangan adalah mengelola keinginan pribadi. Pengalaman ini sangat memengaruhi cara pandangnya tentang tanggung jawab, terutama sebagai anak pertama. Rafi menyadari bahwa ia tidak bisa terus bergantung pada orang tua dan harus mampu mengelola keuangannya sendiri dengan baik.
Makna Sukses dan Kebermanfaatan
      Melalui berbagai pengalamannya, Rafi terus berusaha menjadi individu yang mandiri dan mampu memberikan kontribusi nyata bagi sekitar. Baginya, sukses bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang membantu orang lain untuk meraih sukses. Ia percaya bahwa komunikasi adalah hal yang esensial dalam hidup. Oleh karena itu, ia mendorong semua orang untuk tidak ragu bercerita dan saling mendukung, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan psikologis yang sering dialami generasinya. Baginya, hidup tidak hanya sekadar berjalan mengikuti arus, tetapi harus dimaknai, yang berarti menjalani setiap proses dengan penuh kesadaran, belajar dari kesalahan, dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H