Mohon tunggu...
Amir Harjo
Amir Harjo Mohon Tunggu... Lainnya - Bekerja sebagai analis data di salah satu consumer goods

Saya Amir Harjo. Saya suka membaca dan sekarang sedang mengasah kemampuan menulis. Saya banyak menulis di Medium. Kadang-kadang, saya beruntung karena tulisan saya dimuat di media-media terkenal seperti Detik atau Mojok.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketemu Pandji

8 November 2024   06:44 Diperbarui: 8 November 2024   06:59 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pandji Pragiwaksono - dari Youtube Daniel Mananta

"Bosen nih lihatin jalan mulu. Enaknya ngapain nih?" Tanya Arthur sambil mencari-cari sisa makanan di bungkus Cheetos. Adiknya, Robin, rebahan sambil melamun.

Jalanan tol Pantura cukup lengang pagi itu. Arthur, Robin bersama kedua orang tuanya sedang pulang mudik dari Yogyakarta menuju Jakarta. Bapak duduk di kursi kemudi, istrinya, Mama duduk di bangku sebelah sopir sambil menikmati sebungkus Cheetos.

Arthur dan Robin duduk di kursi belakang. Arthur sudah menginjak remaja, kelas 8 SMP. Dia duduk dengan tidak nyaman di kursi belakang karena badan dan kakinya yang sudah memanjang. Robin kebalikannya, usianya baru sembilan tahun. Jadi, mirip dengan Arthur empat tahun lalu, bagi dia mobil bagian belakang cukup lapang dan nyaman. Dia bisa rebahan dengan kaki dinaikkan ke kursi.

Buku-buku Lima Sekawan dan What-If nya Randall Munroe sudah selesai dibaca, makanan sudah tersisa sampah-sampahnya. Mereka berdua melihat jalanan sampai bosan. Apalagi sepanjang jalan tol pantura tidak banyak pemandangan menarik yang bisa dilihat.

"Bagaimana kalau mendengarkan Pandji?" Bapak mengusulkan

"Pandji yang mana?" Robin yang tampaknya melamun ikut menimpali

"Pandji, stand up komedian. Kayaknya ada postingan baru nih di Yotubenya. Coba Mama buka channelnya Pandji, trus lihat video-video barunya".

Sambil membersihkan jari-jarinya yang pastinya asin dari sisa-sisa remahan Cheetos, Mama membuka aplikasi Youtube di handphone, mencari-cari kanal Pandji

"Yang ini saja ya, video lama tapi tampaknya belum pernah didengerin", Mama memberi usulan, lalu mulai men-setting bluetooth handphone agar bisa terkoneksi dengan audio mobil.

Mereka berempat terdiam dan sesekali tertawa mendengarkan Pandji bercerita. Pandji memang seorang story teller yang keren. Mereka mendengarkan rekaman stand-up satu ke berikutnya. Kemudian, dari stand-up, pindah ke podcast. Perjalanan sekitar 8 jam jadi tidak terasa.

"Bagaimana kalau aku nanti pas ulang tahun, hadiah ulang tahunnya adalah mengundang Pandji?" tanya Robin merajuk. Hari itu bahkan masih 3 bulan lagi Robin baru akan merayakan ulang tahun. Setelah perjalanan dalam mobil itu, tidak henti-henti dia mencari dan mendengarkan rekaman Pandji di Youtube.

"Dia harus ngapain di acara ulang tahun? tiup lilin?" ledek Arthur

"Ya.... ngisi stand-up saja, daripada mengundang badut atau spiderman." balas Robin

"Mahal ga tuh?" Arthur menimpali lagi,"Dia kan terkenal. Pasti banyak yang meminta dia menjadi pembicara. Klien-kliennya corporate. Mana mau dia jadi kayak badut yang datang menghibur di ulang tahun anak kecil."

"Siapa tahu dia butuh uang."

"Iya, dia butuh uang banyak, bukan uang recehan semacam fee acara ulang tahun."

"Coba cari saja di internet, siapa tahu bisa dapat nomer agennya" timpal Mama.

"Agen itu apa?" Robin dan Arthur penasaran.

Mama menjelaskan, kalau artis atau penampil yang sudah terkenal biasanya menggunakan jasa agen. Agen ini tugasnya adalah sebagai penghubung antara orang yang ingin menggunakan jasa artis dan juga untuk bernegosiasi harga danmengatur jadwal untuk manggung.

Robin dan Arthur manggut-manggut. Dengan handphone Mamanya, Arthur dan Robin mulai mencari-cari agen Pandji di mesin pencari. Setelah mencari-cari beberapa lama, akhirnya di temukan sebuah link website yang cukup bagus.

Tulisan dengan font besar-besar di sebuah landing page dengan jelas bertuliskan

"TERTAWA BERSAMA PANJI" bersama dengan gambar Panji yang sedang tersenyum dengan kepala plontos dan kumis tipisnya.

"INGIN MENGUNDANG PANJI? SILAHKAN HUBUNGI NOMER AGEN YANG TERTERA DIBAWAH INI. BERSEDIA DATANG UNTUK ACARA KAWINAN, ULANG TAHUN ATAU SUNAT"

"HAH BIAYANYA 3 JUTA", Robin berteriak kaget."Tapi uangku dari nenek dan lebaran baru terkumpul satu juta dua ratus ribu. Masih kurang banyak".

"Kalian berdua patungan saja. Ulang tahun kalian berdua kan berdekatan. Jadi perayaannya ulang tahunnya bebarengan".

Arthur dan Robin bermusyawarah dan bermufakat. Mereka setuju untuk patungan. Masing-masing sepakat untuk membayar satu setengah juta.

Tampaknya Arthur dan Robin sangat berniat untuk mengundang Pandji. Selama beberapa bulan kedepannya, mereka menabung dengan menyisihkan uang jajannya. Tidak lupa mereka juga sering mengunjungi neneknya untuk mendapatkan uang silaturahmi.

Kurang dari tiga bulan, uang sudah terkumpul sebesar tiga juta. Dengan semangat membara, mereka mulai menyusun acara ulang tahun. Karena ulang tahunnya beda tanggal, Arthur dan Robin juga sepakat bahwa acara ulang tahunnya tidak terjadi pada tanggal salah satunya. Harus adil, kalau salah satu berulang tahun bukan pada tanggal kelahirannya, maka yang satunya lagi juga berulang tahun tidak pada tanggal kelahirannya.

Mereka merencanakan pesta ulang tahun di rumah. Yang diundang adalah teman dekat mereka dan saudara sepupu. Total ada hampir 20 orang bersedia hadir.

Beberapa hari menjelang pesta ulang tahun, mereka sudah tampak bahagia. Balon sudah dibeli. Snack dan roti ulang tahun sudah juga dipesan. Lengkap dengan lilin yang berupa angka umur mereka yang terpaut 4 tahun.

Menjelang hari H, tidak lupa Arthur dan Robin selalu mengingatkan ke agen Pandji agar datang tepat waktu, jam berapa harus datang dan pastinya, jokenya tidak boleh mengandung SARA.

Pada hari H, teman-teman dan sepupu Arthur dan Robin sudah datang. Beberapa membawa kado yang cukup besar dan confetti.

"Selamat Ulang Tahun....."

"Tiup lilinnya..."

"DUARRR...." sebuah confetti meledakkan butiran-butiran glitter ke Robin dan Arthur.

Teman-teman Arthur dan Robin tampaknya senang sekali dengan acara ini. Sesekali terdengar keriuhan mereka berbicara diiringi suara musik yang ceria.

Arthur maju ke area tengah dan dengan meninggikan suaranya dia berkata,

"Teman-teman, masih ada satu kejutan lagi. Apakah itu? Ada yang bisa nebak?"

"Apakah ada makanan enak yang akan dihidangkan lagi?" harap salah satu temannya yang berperut buncit

"Salah"

"Apakah acara ini sudah selesai? Yahhh....," keluh salah satu temannya yang kurus, tinggi dan bergigi tidak rata.

"Salah," suara Arthur melengking,"kita kedatangan salah satu komedian terbaik negeri ini yang akan mengisi dengan stand up comedy."

"Mari kita sambut..... PANDJI.........!!!"

Pandji muncul dari balik gorden. Dia tampak cerah, tersenyum lebar. Suasana pecah. Anak-anak segera mengeluarkan handphone. Fitur kamera dan video recording dibuka. Mereka siap-siap merekam acara ini. Lumayan untuk dijadikan status WhatsApp ataupun konten Tiktok.

Memang ada yang sedikit aneh, Pandji yang hadir tampak lebih pendek dan kurus. Tapi tidak ada yang peduli. Yang penting mereka akan terhibur, tertawa dan bisa membuat konten Tiktok.

Anak-anak tertawa mendengarkan jokesnya Panji. Tapi jokesnya agak garing. Tampak seperti bukan Pandji.

Besoknya, konten Pandji mengisi ulang tahun Arthur dan Robin menjadi trending di sekolah mereka berdua. Yang tak disangka-sangka lagi, ternyata kontennya viral. Banyak komentar dari netizen yang masuk.

"Kocak ya Pandji ..."

"Wkwkwk ..."

"Pandji bisa juga ya ngisi acara ulang tahun. Kayak badut..."

Komentar yang terakhir ternyata mengundang banyak likes dan komentar. Masalahnya, Pandji itu kan sudah terkenal dan biasa mengisi acara korporat, ko mau-maunya dia mengisi acara ulang tahun anak?

Dan melihat gelagat ini, detektif netizen mulai beraksi. Suara dianalisis, dibandingkan dengan suara Pandji yang diambil dari berbagai sumber, maksudnya spotify dan youtube. Hasilnya kemiripannya 78%.

Mereka menganalisa tinggi Pandji dengan membandingkan dengan tinggi anak rata-rata. Diperkirakan tinggi Pandji yang ada di acara ulang tahun hanya kira-kira 169 cm. Beda jauh dengan tinggi Pandji yang sebenarnya, yang mendekati 180 cm.

Yang lebih kreatif lagi, mereka menganalisa kemiripan wajah Pandji pengisi ulang tahun dengan wajah Pandji yang ada di Youtube dengan artificial intelligence. Hasil kemiripannya kurang dari 90%.

Netizen yakin Pandji yang ada di acara ulang tahun, bukanlah Pandji sang maestro stand-up Indonesia. Akan tetapi Pandji KW. Wajahnya mirip saja. Semirip wajah Jokowi dengan KW-nya. Atau Obama dengan KW-nya.

Analisa ini kemiripan Pandji ini viral di Tiktok, Youtube, Instagram dan X, yang dulu bernama twitter. Akun Instagram Arthur yang tadinya damai dan sentosa, sekarang menjadi ramai. Followernya nambah. Postingan acara ulang tahun dia bersama Pandji ramai oleh komentar. Sayangnya komentar negative, jelek dan tidak enak dibaca. Sepertinya jari-jari netizen lupa untuk disekolahkan.

"Woi... kalau miskin.... ga usah undang-undang Pandji..."

"Ngakak.... gw kira Pandji beneran..."

Handphone Arthur panas karena serangan netizen. Sepanas hatinya.

Sudah berhari-hari Arthur tampak murung. Dia seperti hilang semangat untuk masuk sekolah dan bersosialiasi.

"Reputasiku rusak...."

"Teman-teman kalau ketemu aku suka senyum-senyum. Kayak ngejek gitu"

Sementara adiknya, Robin, mentalnya belum sekuat kakaknya. Kalau kakaknya masih mau berangkat sekolah walaupun tidak seceria biasanya, Robin sudah tiga hari ini mengurung di kamar, tidak mau sekolah.

"Males ah... diketawain.."

Bapak dan Mama cemas. Tadinya dia berharap anak-anaknya bahagia dan mempunyai pesta ulang tahun yang memorable, tapi hasilnya malah seperti ini. Semua gara-gara netizen yang suka bermulut tajam.

Hari minggu itu, suasana sepi. Bapak, Mama, Arthur dan Robin tidak merencanakan kemana-mana. Menunggu situasi mereda. Siapa tahu ada netizen iseng mengenali mereka di mall Bintaro Exchange dan mulai berisik.

"DING DONG" bell pintu depan berbunyi

"Assalamu'alaikum"

"Walaikum salam" Mama menjawab

"Apakah benar ini rumah Arthur dan Robin?" tanya seorang wanita, yang dari dandanannya tampak seorang sosialita.

Hati Mama sudah gundah. Siapakah orang ini gerangan? Apakah ini wartawan usil yang ingin mengulik-ulik kisah anak-anak saya? Apakah ini netizen iseng yang sedang ingin membuat konten? Ataukah Youtuber yang ingin membuat prank?

"Perkenalkan, saya agennya mas Pandji."

Wanita itu kemudian bercerita bahwa dia melihat berita yang sedang viral di media sosial. Katanya, mas Pandji khawatir juga dengan kesehatan mental Arthur dan Robin. Karena mas Pandji sendiri punya anak seusia remaja. Dia paham perjuangan anak-anak remaja untuk mencari jati dirinya.

"Jadi mas Pandji ingin mengundang dik Arthur dan dik Robin untuk hadir di podcastnya. Tenang saja, ini mas Pandji yang asli. Kalau tidak percaya, lihat saja yang sedang menunggu diluar." kata wanita itu.

Arthur, Robin dan Mama penasaran. Diluar sudah menunggu Pandji. Beneran Pandji. Yang tingginya 180 cm dan senyumnya manis-manis nakal.

Mulut Arthur dan Robin menganga tidak percaya. Dan tidak lupa Arthur langsung mengeluarkan handphonenya "Mas Pandji, boleh minta foto bertiga?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun