Aku beranjak dari tempat tidurku dan berjalan mendekati meja rias yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat tidurku. Kupandangi wajahku dengan begitu seksama. Cukup lama aku duduk berdiam diri di depan cermin tanpa melakukan apa pun membuatku jengah, kuputuskan untuk berjalan ke luar kamar dan menuju ruang tengah.
Kubanting tubuhku ke atas sofa dan lalu menghidupkan televisi. Dan tiba-tiba saja aku dikagetkan oleh sesuatu yang sangat keras berdering tepat di samping sofa tempatku merebahkan tubuhku.
Aneh, siapa yang menelepon di tengah malam seperti ini?
Kubiarkan dering telepon itu terus berdering hingga meninggalkan bunyi bip dan masuklah pesan suara dari seseorang di seberang sana.
"Hei, Adina! Ini aku Joan. Hahaha... aneh sekali ya aku ini? Untuk apa aku meneleponmu di tengah malam seperti ini? Pasti bunyi telepon apartemenmu sangat mengganggu tidurmu, bukan? Yah, maafkan aku jika memang aku ini mengganggumu.... Hmm... entahlah, Adina. Entah mengapa jemari tanganku bergerak dengan sendirinya memencet nomor teleponmu. Mungkin karena aku sangat merindukanmu saat ini... hahaha... ya, mungkin. Entahlah, Adina.... Ah! Ya, memang benar begitu, Adina... aku sangat merindukanmu, bahkan amat sangat merindukanmu... I just can't stop thinking about you, Adina... wherever... and whenever I am... I always think about you... and since the day I met you... I've fallen in love with you, Adina... I know it sounds weird. But, that's the fact, Adina... sudah lama aku memendam perasaan ini, hmm... mungkin kurang lebih sudah sepuluh tahun lamanya, hahaha... bodoh sekali ya aku ini memendam perasaan selama itu? Well... aku tidak bisa terus-menerus membohongi perasaanku sendiri... ik hou van je-aku mencintaimu, Adina."
Bip....
rewrite from my blog: http://dessyaiueo.blogspot.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H