"Lucu? Apa maksudmu?"
"Kau banyak sekali bertanya, aku sampai tidak tahu harus mana yang lebih dulu untuk dijawab."
Joan mengernyitkan lagi dahinya dan lalu menyeringai. "Oh, begitu. Baiklah, akan kutanya kau satu per satu. Mengapa sedari tadi kau hanya diam saja?"
Aku mengerjap lalu bergumam sejenak sebelum menjawab pertanyaan pertamanya itu. "Entahlah," jawabku sembari mengangkat kedua bahuku.
Joan menghela napas kecil. "Mengapa kau terlihat tegang seperti itu?"
Dan sekali lagi aku mengerjap sebelum menjawab pertanyaan keduanya, dan sepertinya aku akan menjawab dengan jawaban yang sama seperti sebelumnya, dan juga untuk pertanyaan yang berikutnya sepertinya akan kujawab sama. "Entahlah."
Joan mendengus. "Sepertinya jika kutanya lagi, kau akan menjawab entahlah lagi. Apa memang hanya kata itu saja yang kau punya? Apa tidak ada kata-kata lainnya selain entahlah?"
Aku mengangkat kedua bahuku. "Entahlah."
"Come on, Adina!" Joan terlihat geram.
Aku hanya menyeringai melihat sikapnya seperti itu.
Joan melingkarkan lagi lengannya ke bahuku. Sempat kudengar Joan berbisik di telingaku, tidak begitu jelas ia berbicara apa, tapi ada kata yang sangat jelas kudengar yaitu, cantik...? Cantik?