Jerome Brunner merupakan salah satu tokoh aliran kognitivisme. Beliau penggagas teori Disvovery Learning dan Spiral Curriculum. Menurut Akpan (2020, p.188) discovery learning terjadi ketika guru memberikan contoh dan struktur yang jelas kepada siswa, siswa bekerja melalui contoh yang diberikan sampai menemukan hubungan, keterkaitan teori, prinsip, dan sifat-sifat dari materi yang sedang dipelajari.Â
Jadi discovery learning tidak semata-mata penelantaran siswa untuk mencari tahu sendiri tetapi masih mendapat dukungan dan bantuan dari guru untuk siswa mengkonstruk pengetahuannya. Menurut Harden and Stamper (1999, p.141) beberapa karakteristik dari Sipral Curriculum adalah :
1. Topic are revisited. Siswa meninjau kembali topik, tema, subjek, pada kesempatan sebelum pembelajaran dimulai.
2. There are increasing levels of difficulty. Topik-topik yang dikunjungi siswa memiliki tingkat kesulitan yang bertahap dan bertingkat.
3. New learning is related to previous learning. Informasi baru dan skill baru yang akan dicapai menjelaskan dan menunjukkan relasi dengan sebelumnya sesuai fase spiral.
4. The competence of student increases. Kompetensi pembelajar meningkat ketika mengunjungi topik, beralan terus sampai mencapai tujuan akhir.Â
Sekilas ada kemiripan pada discovery learning dan spiral curriculum, namun berbeda. Brunner menjelaskan 3 mode representasi pada perkembangan kognitif anak-anak:
1. Enaktif merupakan representasi berbasis simbolik, banyak diaplikasikan guru melalui pemberian simbol-simbol untuk lebih mudah diingat siswa.
2. Ikonik merupakan representasi berbasis gambar, dalam pembelajaran matematika sangat mudah dipahami dengan pemberian grafik, modeling, diagram dan penggunaan benda-benda konkret untuk mempermudah siswa mengingat
3. Simbolik merupakan representasi berbasis bahasa, dalam pembelajaran matematika dengan pemberian simbol/lambang untuk mempersingkat penjelasan
Pada aplikasinya sangat baik sekali jika seorang guru menerapkan teori ini dalam proses pembelajarannya.Â
Saya pernah mengajar di kelas XI IPS pada tahun 2015. Saat itu saya mengajarkan materi Peluang yang sangat sulit dan abstrak bagi siswa IPS. Siswa kesulitan untuk memahami dan menyelesaikan soal. Beberapa siswa berpendapat, berdasarkan penglamannya belajar peluang di kelas IX SMP kesulitan menerjemahkan soal, bagi mereka materi peluang tidak ada pattern yang baku. Paradigma seperti ini terus dibawa dan membayangi siswa.Â
Mereka kesulitan melangkah maju karena merasa sulit lebih dahulu. Saya mencoba menerapkan bagian dari pembelajaran discovery yang diberikan oleh Jerome Brunner. Guided Discovery Learning dimana guru memberikan konten dan arahan yang tersruktur yang jelas dalam pemecahan masalah (Akpan, 2020). Tujuan utama yang saya ingin capai saat itu adalah meningkatkan pemahaman konsep siswa belajar matematika. Beberapa tahapan yang Guided Discovery yang diterapkan:
Hasil yang saya dapatkan adalah dengan berjalannya waktu pemahaman konsep siswa belajar matematika materi peluang melalui metode Guided Discovery adalah meningkat. Siswa merasa senang dan terbantu dengan adanya tahapan belajar yang terstruktur dari guru.Â
Bagi saya metode ini sangat berguna untuk subjek pembelajaran yang menuntut adanya scaffolding (pemahaman bertingkat) pada materi tersebut seperti matematika, science, fisika, kimia, Biologi. Karakter dari metode ini juga sangat sesuai jika diterapkan pada tingkat senior mulai dari SMP/SMA. Jika diterapkan untuk tingkat sekolah dasar, saya menyarankan untuk siswa upper grade (4-6).Â
Semoga sharing ini membantu, terimakasih !
Akpan, Ben. (2020). Science Education in Theory and Practice. Switzerland: Springer.
Harden, R.M. dan Stamper, N. (1999). What is a Spiral Curriculum. Medical Teacher 21(2), 141-143. https://doi.org/10.1080/01421599979752
Rahmawati, Dessy dan Saragih, M.J. (2016) . Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas X IPSdalam Belajar Matematika Guided Discovery Instruction . A Journal of Language, Literature, Culture, and Education POLYGLOT, 12(2), 24-41.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H