Uniknya tarian Jaran Kepang itulah yang menarik pelukis kawakan Sumaryo Hadi hingga memutuskan untuk menjadikan Jaran Kepang sebagai tema-tema dalam lukisannya. Om Maryo cerita kalau mulai ngambil tema Jaran Kepang semenjak tahun 1994. Pelukis kelahiran Pati, 16 Juni 1959 ini begitu terilhami oleh filosofi Jaran Kepang yang menurutnya mengandung makna yang sangat dalam.
"Jaran Kepang adalah sebuah seni pertujukan yang sebetulnya mengandung perlambang yang menuturkan nasehat penting dalam kita menjalani hidup".
Begitu katanya dalam obrolan kami di sebuah rumah tua bekas rumah dinas pegawai PJKA yang kemudian disulapnya menjadi studio dan diberi nama "Train Art Studio". Rumah tua yang berdiri sejak 1918 ini nuansanya juga mistis, sering merinding sendiri Ane beberapa kali di mari gan !
"Kuda adalah perlambang nafsu manusia, dikepang atau dianyam lebih pada makna diatur dengan rapi (ditata), sedangkan orang yang menungganginya adalah perlambang kesadaran diri untuk mampu mengendalikan nafsu tersebut".
Lanjut keterangannya lagi, kondisi trans yang dialami oleh para penari itu melambangkan kondisi manusia yang belum matang jiwanya, cenderung menuruti hawa nafsunya tanpa terkendali, menerjang berbagai resiko tanpa berpikir secara bijak.
"Jadi dalam menjalani kehidupan, nafsu itu tidak perlu lantas dihilangkan, melainkan cukup ditata atau diatur. Jika tidak, ya hidup kita akan menjadi brutal, tak terkendali, merusak diri sendiri dan akan merugikan lingkungan di sekitar".
Filosofi Jaran Kepang yang sudah dipilihnya menjadi tema ini kemudian mewujud menjadi 50 lebih karya lukis, baik yang berbentuk sketch maupun lukisan bergenre realisme ekspresionis bernuansa etnik. Lukisan-lukisan bertema Jaran Kepang ini selalu menjadi andalan dalam pameran-pameran yang diikutinya sejak tahun 1994.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H