Mohon tunggu...
Desri Lestari
Desri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahapan Mandi Nujuh Bulan di Kuala Tungkal Provinsi Jambi

24 Desember 2024   18:36 Diperbarui: 24 Desember 2024   18:36 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahapan Mandi Nujuh Bulan di Kuala Tungkal Provinsi Jambi

Oleh Desri Lestari

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Email : desrilestarii125@gmail.com

Provinsi Jambi, merupakan salah satu provinsi yang terletak di pulau Sumatra. Provinsi dengan semboyan "Bumi serengkuh dayung serentak ketujuan" memiliki 9 kabupaten. Salah satunya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah kabupaten yang begitu unik. Ia memiliki pusat pemerintahan di Kuala Tungkal, kota di tepi laut. kota ini dijuluki kota bersama, karena di dalamnya terdiri dari berbagai macam suku. diantaranya ada suku Jawa, suku Melayu, suku Bugis, suku Batak, suku Banjar, suku Palembang, dan suku Minang. Namun, Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini didominasi oleh suku Melayu,  Banjar, dan suku Jawa.

Kuala Tungkal memiliki bergam budaya, salah satunya adalah tradisi mandi tujuh bulanan. Oleh suku Melayu tradisi mandi tujuh bulan ini dilakukan ketika seorang wanita hamil anak pertama, yang mana kandungannya berusia 7 bulan. Usia kandungan 7 bulan tersebut bisa diistilahkan sebagai doa selamat agar ibu dan bayinya sehat. karena pada usia tujuh bulan itu merupakan usia yang rentan menurut pandangan medis. Selain itu juga bertujuan untuk memberi tahu kepada warga kampung bahwa di kampung tersebut ada wanita yang sedang hamil tujuh bulan, dimana 2 bulan lagi kampung tersebut akan kedatangan anggota baru. Serta bersiap siap untuk menolong proses kelahirannya kelak. Acara nujuh bulan ini biasanya dihadiri oleh tetangga yang punya hajat, masyarakat sekitar, ustadz yang dipilih untuk membaca doa, para sesepuh, bidan kampung yang memandu selama kehamilan, dan sanak saudara.

Tradisi mandi tujuh bulan ini memiliki 3 tahapan, yakni pra-mandi, mandi dan pasca mandi. Acara nujuh bulan biasanya diawali dengan pembacaan doa-doa oleh seorang ustadz. Doa yang dibaca biasanya doa selamat, doa memohon ampunan, dan doa-doa baik lainnya. Pada saat ustadznya membaca doa, di depannya diberi air menggunakan botol. Nanti air itu akan dicampurkan kedalam air yang digunakan untuk si ibu mandi. Dengan ditambahkan doa-doa dari dukun bayinya atau disebut dukun beranak.

Memasuki acara intinya, yakni mandi. Banyak tahapan-tahapan yang dilalui. Ibu hamil yang sudah menggunakan pakaian mandi, dibawa ke tempat pemandian  dan didudukkan di atas tempat duduk yang disebut dambar. Tempat pemandian tersebut bisa di kamar mandi, tapi biasanya ada juga yang di  teras rumah maupun halaman rumah. Untuk pakaian mandinya, bisa menggunalan kain lepas yang dililit ke badan, atau bisa juga ditambahkan hiasan dari rangkaian bunga melati sebagai penutup pundak dan hiasan kepala. Di sini dukun beranaklah yang mengambil peran utama dengan didampingi oleh 2 atau 4 orang pendamping. Biasanya adalah orang tua yang merupakan kerabat dekat. Yang penting jumlahnya ganjil. Tetapi minimal 3 orang dan maksimal 7 orang.

Ketika si Ibu sudah duduk di atas dambar, si Ibu biasanya memangku satu buah kelapa yang sudah bertunas. Kelapa bertunas itu dilambangkan kesucian dan kesuburan. Selanjutnya, air dari doa selamat tadi dicampurkan ke dalam air bunga untuk mandi yang sudah disediakan di dalam ember atau guci yang  biasanya dihiasi dengan daun pucuk kelapa atau janur kelapa. Di dalam ember tersebut juga dihiasi pedang pedangan dari kelapa atau kembang mayang kelapa tetapi yang masih tertutup, dan kulit ketupat lepas. Tidak hanya air doa selamat saja yang di campurkan ke dalam air mandi tersebut, tetapi juga air itu  diberi doa-doa dari dukun beranak. Setelah itu dukun beranak mengambil gayung untuk disiramkan pada si Ibu hamilnya dengan terlebih dahulu membaca sholawat nabi. Air disiramkan ke seluruh tubuh si Ibu hamilnya. Tak lupa pula pedang-pedangan atau kembang mayangnya tadi dikeluarkan dari rendaman dan diletakkan di atas kepala ibu hamilnya lalu disiram dengan air tadi sebanyak 3 kali berturut-turut dengan arah mayang yang berbeda beda. Kemudian bunga mayang yang masih tertutup itu ditepuk hingga pecah di atas kepala ibu hamil. Pemecahan bunga mayang ini menyimbolkan permohonan pada Allah SWT. Pemecahan bunga mayang dengan sekali tepuk saja menandakan proses kelahiran akan berjalan dengan lancar. Tunas kelapa yang di pangku tadi kemudian digendong yang melambangkan si bayi kelak dapat tumbuh di mana saja dan berguna bagi masyarakat. Kemudian kelapa tersebut dibelah oleh si ayah.

Jika si ibu hamil telah selesai mandi, biasanya badannya dikeringkan menggunakan handuk, lalu berselimut anduk atau kain tersebut menuju ruang tengah dengan diiringi sholawat. Di ruang tengah si ibu hamil kembali duduk di atas alas kain berlapis tujuh di hadapan tamu-tamu.

Masuk pada proses pasca mandi, dukun beranak mengambil benang putih yang sudah dioleskan dengan kunyit sebanyak tujuh helai benang yang disimpul, dengan seukuran lingkar badan si ibu hamil. Kata sesepuh adat, benang itu harus berwarna putih dan disimpul melambangkan jika proses melahirkan terdapat hambatan maka dengan harapan dapat diselesailan dengan cepat sebagaimana dengan membakar simpul tadi. Kemudian benang itu dikalungkan melingkari tubuh ibu hamil dari atas kepala langsung turun sampai ke lantai. Setelah itu si ibu hamil disuruh melangkah kedepan dan keluar dari kalungan benang tadi, tetapi disuruh mundur kembali ke tempat semula. Proses ini dilakukan sebabyak 3 sampai 7 kali atas panduan dukun beranak. Pada saat kalungan terakhir, benang tidak turun sampai ke lantai lagi, tetapi hanya sebatas dada, dengan simpul menghadap ke depan. Kemudian dukun beranak mengambil cermin dan memerintahkan salah seorang untuk memegang cermin pas di depan muka ibu hamilnya. Sehingga si ibu hamil dapat memandang wajahnya ke cermin. Setelah itu, dukun beranak menghidupkan lilin dan memutuskan serta membakar simpul. Setelah benangnya putus, ibu hamil diminta untuk meniup lilin. Lalu dukun beranak mengambil bekas bakarannya dan mencoletkan ke kedua alis si ibu hamil. Proses pra mandi tidak berakhir sampai di situ saja. Setelah itu dukun beranak mengambil daun pisang yang dibungkus dan menggosokkannya ke perut ibu hamil berulang 3 sampai 7 kali.  Kata sesepuh adat, itu namanya proses pelungsuran. Dilanjut dengan si ibu hamil mengganti kain basahan tadi dengan pakaian yang cantik di dalam kamar. Setelah itu si ibu hamil kembali ke ruang tengah lagi untuk menjamu ibu-ibu serta para kerabat yang diundang untuk menikmati jamuan yang telah disediakan oleh tuan rumah.

Setelah acara nujuh bulan ini selesai, biasanya diletakkan kundur yang tua di sudut kamar. Sesepuh adat mengatakan bahwa buah kundur ini dapat menangkal gangguan makhluk halus, hingga lahir nanti bayinya dapat terjaga. Konon katanya, jika buah kundur ini tahan lama dan kulitnya berserbuk putih, berarti rumah itu terhindar dari makhluk halus. Tetapi jika kundur itu busuk, segeralah buang jauh-jauh dan ganti dengan yang baru, serta bersihkanlah rumah dengan bacaan ayat-ayat suci Al-quran.

Buah kundur (Sumber: Instagram @hennylee84-)
Buah kundur (Sumber: Instagram @hennylee84-)

Dari tradisi mandi nujuh bulan ini dapat kita tarik apresiasinya, bahwa  tradisi mandi nujuh bulan mengajarkan kita untuk selalu mengingat Allah SWT., mendekatkan diri kepadanya, menjadikan-Nya tempat untuk memohon sesuatu seperti kelancaran saat melahirkan, disaat kita sedang mengandung dan juga memohon keselamatan bagi ibu dan bayi yang ada di kandungan. Tidak hanya itu, tradisi ini juga membuat kita sadar bahwa kita tidak bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan orang lain untuk setiap proses dalam kehidupan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun