Mohon tunggu...
Desrika Manalu
Desrika Manalu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halcyion.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak dalam Lamunan

3 Oktober 2023   20:39 Diperbarui: 30 Mei 2024   08:38 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

                    

SAJAK  DALAM  LAMUNAN

Aku seorang gadis kecil

 Berdiri di atas khayalanku

Memikirkan tentang kesedihan yang selalu kupendam

Insan kecil ini belum faham

Tentang gelombang besar yang datang dari segala arah

Diri yang hanya ingin dimengerti tanpa mengerti

Hanya ingin menjalani kehidupan layaknya manusia pengangguran

Yang selalu dilingkupi rasa penasaran terhadap dunia

Namun tak pernah tergerak untuk mencari tahu

           Tidak memiliki tujuan setiap harinya

            Mungkin ada namun dikalahkan oleh rasa malas

            Yang sudah lama tertancap dihatinya

            Berbaring di ranjang sudah menjadi rutinitas

            Kadang keluar mencari angin sebagai formalitas

Kata-kata yang selalu terlintas di kepala

Selalu mengajakku untuk berdebat

Namun lebih memilih mengikuti alunan sendu

Untuk selalu bermelodi diatas keraguan 

Aku punya banyak waktu untuk menenangkan pikiran

Walau hanya dalam imajinasi

 Tentang orang tua yang rela berutang

Demi anaknya  sekolah di tengah dunia yang kejam

Ketika dunia mengabaikan, aku termenung

 Berpikir sejenak untuk menanggalkan masa burukku

Namun benakku bertanya melalui serpihan hati 

Luka ini menganga lebar namun tak ada yang dapat melihat

Suara sakit ini sangat kuat tetapi tak ada yang dapat mendengar

 Dalam hati bertanya

Sebegitu tak terlihatnya kah aku?

Sebegitu padamnya kah lampuku?

Sehingga manusia-manusia itu tak pernah menanyaiku lagi

Jauh mata memandang

Pikiran tak pernah tenang

Kadang bimbang, kadang hilang

Sangat lelah namun tak ingin pulang

Takut mereka marah, takut mereka kecewa

Ku pejamkan mataku, kembali mengumpulkan niat

Untuk tetap bertahan walau sulit

                Membayangkan wajah penuh keringat itu

                Tak pernah mengeluh dalam kesusahannya

                Mereka ingat aku akan bergelar

                Demi masa depan yang lebih baik dari mereka

Aku berusaha mewujudkan cita-cita mereka

Aku berusaha membuat mereka tenang tentangku

Tak perlu kuberitahu susahku

Mendengar suara mereka, aku kembali kuat

Perjalananku masih panjang

Meski langkahku tertatih-tatih

 Diiringi gelak tawa orang yang ingin menjatuhkanku

Aku tidak perlu terlalu serius dengan penilaian orang

Kusikapi dengan biasa saja

Aku baru tahu bahwa tidak ada yang bisa diharapkan dari penilaian orang

Kubiarkan hanya Allah saja satu-satunya yang menilaiku

Meskipun mereka punya dalil belum tentu mereka paham dalil itu

Tuhanku...hanya kepada-Mu mereka kuserahkan

Aku kagum dengan semua aksara Tuhan di hidupku

Aku adalah penggemar atas semua yang kau perbuat

Kubiarkan Tuhan merangkai sebab Dia tahu skenario hidupku

Kupercaya Dia adalah sutradara terhebat 

Yang mengetahui bagaimana akhir kisahku nanti

Aku hanya perlu menjalani dan percaya 

Mukjizat-Nya nyata dalam setiap lika-liku episode hidupku 

Sebab adegan Tuhan dalam perjalananku belum usai

                Jangan dulu merayakan putus asa

Masih ada hari baik yang belum kau temukan jenakanya

Jangan dulu lelah, yakin semua indah

Pejamkanlah mata, padanya kita berserah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun