Koaaaaaaaak… Koaaaaaaaaak…
“Semua bersiap! Thanatos datang lebih cepat!”
Simbararara lalala sim… hoooo ulakakakaka nananana…. Simbararara lalala sim…
Simbararara lalala sim… Thanatos… Thanatos… Simbararara lalala sim…
Benar. Thanatos datang lebih cepat. Kepala suku selalu benar. Sekumpulan gagak yang jumlahnya dua kali lipat lebih banyak, kembali menghujani pemukiman. Burung-burung pemburu mayat, mencabik-cabik tiada ampun. Untuk sebuah kematian memang tiada ampun dan tidak menerima permohonan ampun.
“Thanatos marah! Matilah kita semua!”
Lelaki botak mulai ketakutan, diangkatnya jubah keemasan, kemudian berlari. Wanita-wanita itu berubah menjadi seperti zombie. Menggigit sesamanya. Memakannya hidup-hidup. Sungguh terlihat kemurkaan Thanatos merasuki mereka.
Matikan siapa saja yang kalian temui, matikan siapa saja yang kalian temui, matikan siapa saja yang kalian temui. Aku menanamnya dalam pikir, hati, juga jemari, dan aku akan mematikan siapa saja yang aku temui.
***
Sungguh mengasyikan ketika aku berhasil menancapkan tombak pada perutnya, lalu mengulanginya beberapa kali, seperti menumbuk. Ada kedamaian yang tak mampu terkatakan. Sebuah kematian.
“Kau salah, Kepala Suku. Tidak semua dari kita akan mati. Aku masih hidup bukan? Adakah Thanatos mati? Hahaha…”