Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

▪tidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnya▪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setan!

4 Februari 2016   14:05 Diperbarui: 4 Februari 2016   15:57 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="pic: images4.alphacoders.com"][/caption]“Kau menghunusnya?

Bibirku bergetar, lutut kaki mendadak lumpuh, dan celanaku basah. Sungguh hari naas, aku terdampar di kotak beraroma dupa yang menyesakkan penciumanku. Sial.

Perempuan berjubah salju bergincu merah bata itulah penyebab deritaku. Andai dia tak kerlingkan binarnya malam itu, maka aku tak akan berlutut. Tapi apa daya, hanya lelaki berjubah coklat perapal dupa ke surga saja yang bisa menolongku.

Perempuan itu menawanku tiap dua belas dentang Big Ben di mana bintang-bintang mulai menciumi hariku. Sudah dua pekan tak mereda bahkan bayangan rona dan jeritannya menelusup tanpa jeda.

“Teresia?”

Aku mendongak. Tatap bengisnya membuat biji mataku hendak melompat meninggalkan tempatnya.

“Kau membunuhnya!”

“Apa pedulimu pada mereka?”

Perempuan itu tertawa, melepaskan jubah saljunya, melemparkannya tepat pada tubuhku yang meringkuk ketakutan, lalu berteriak nyaring.

Setan!”

“Aku setan? Hahaha…. Lalu kau apa?”

“Lepaskan aku atau kau akan mati!”

“Kau ingin aku mati? Kau ingin aku seperti lelaki botak berjubah coklat juga Marianne yang sekarang jadi makanan anjing hutan, hah?”

“Setan!”

“Ya, aku memang setan! Sama sepertimu!”

“Kau membunuh sudaramu!”

“O, tidak. Aku hanya ingin memberi makan anjing hutan dari potongan tubuh mereka yang merebutmu dariku. Hahaha…”

“Hatimu milik iblis!”

“Hatimu bersih? Sebersih namamu dengan membuang darah dagingmu sendiri dan meninggalkanku di kuil ini.”

---Desol dan Vika---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun