Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

▪tidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnya▪

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Jokowi] Ibu, Mengapa Kita Tetap Miskin?

19 Desember 2015   08:58 Diperbarui: 19 Desember 2015   10:11 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terisak.

Bocah kurus kering tertunduk.
Sembunyikan air mata, juga rasa lapar.
Hujan turun basahi tubuhnya yang hampir layu.
Segarkan kembali harap yang entah.
“Sungguh tidak adil!” protesnya.

4/
Bocah kurus kering di tengah kota.
Mencari-cari ibunya.
Duduklah ia di bawah lampu merah.
Keluarkan mangkuk plastik kosong.
“Kasihanilah saya, Pak, Buk. Belum makan dua hari.”

Mengemis.

Bocah kurus kering berdua dengan ibunya.
Meminta-minta.
Mencari belas kasihan.
Harapkan uluran tangan.
“Kasihanilah kami, Pak, Buk. Belum makan dua hari.”

5/

Bocah kurus kering hitung uang tengah malam.
“Ibu, mengapa kita tetap miskin? Andai aku jadi presiden, maka orang-orang seperti kita tak akan ada. Kita akan punya rumah, Bu. Kita tak lagi makan nasi sisa. Aku janji, Bu.”

Tawa ibu pecah.

Ibu bocah kurus kering melipat tiga lembar sepuluh ribuan, lalu diselipkan di balik kutang.
“Kau mau tahu mengapa kita tetap miskin? Karena ibu menikah dengan bapakmu yang ternyata beristri lima. Bapakmu minggat kala usiamu tujuh bulan.”

Tangis ibu pecah.

Bocah kurus kering yang kelaparan terhanyut lara.
“Ibu, bisakah presiden pulangkan bapak? Bisakah Jokowi ubahkan nasib kita? Bisakah, Bu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun