“Mas, apa kau masih merindukannya?
Pertanyaan yang sungguh lucu, baru saja keluar dari bibir kekasihmu. Aku tahu, bahwa sesungguhnya kekasihmu tak izinkan kau berlama-lama untuk merinduiku.
“Tentu saja, bahkan aku masih sangat mencintainya. Sebelum kehadiramu, kami akan menikah.”
Ya, kau benar! Katakan pada kekasihmu bahwa perpisahanku denganmu adalah karena kebodohannya. Andai kekasihmu tak pernah dilahirkan, maka aku tak akan menjadi hujan.
“Maafkan aku, Mas.”
Bolehkah aku menampar kekasihmu, Mas? Bolehkah aku menyakitinya hingga rasa sakit yang kurasa tersalurkan dengan benar ke ruang hatinya? Bolehkah aku melakukannya, Mas?
“Tidak ada yang bisa melawan takdir. Aku hanya menghindari tubuhmu yang terjatuh dari sepeda malam itu, sehingga mobil kami lepas kendali kemudian menghantam pohon besar yang mengakibatkan kekasihku pergi.”
-oOo-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H