Oh, sial. Pemilik cafe telah selesai. Berjalanlah ia ke arahku. Membuka pintu kaca.
“Berhentilah menunggu.”
“Tidak!”
“Tunggumu percuma.”
“Bukan urusanmu! Tahu apa kau tentang cinta? Adalah hakku untuk menunggu tunanganku!”
Kutunjukkan cincin yang melingkari jari manisku. Kuharap pemilik cafe menyadari bahwa cinta adalah pengorbanan. Sepertiku, berkorban dalam tunggu yang sampai entah.
“Ini adalah bulan ketiga kau menunggunya di sini. Dia tak pernah datang. Ketahuilah bahwa kau tak penting lagi bagi hidupnya!”
“Jangan campuri urusanku!”
Dipegangnya tanganku, dilepaskannya cincin yang melingkari jari manisku, dilemparkannya jauh-jauh, didekatkannya tubuhnya, dicumbunyalah aku.
“Kini telah menjadi urusanku. Aku jatuh cinta padamu. Aku tak bisa lagi berkorban waktu untuk membiarkanmu berlama-lama telan kecewa. Cintai aku!”
-oOo-