Ketika melihat para lansia yang masih terlihat sehat dan bahagia di usia senjanya, penasarankah Anda mengapa di usia yang sudah tidak lagi muda mereka masih terlihat energik, sehat, dan memiliki ingatan yang masih sangat baik?
Dalam perjalanan hidupnya, pasti ada hal baik tertentu yang mereka lakukan atau terjadi pada hidup mereka.
Harvard University melakukan sebuah penelitian longitudinal mengenai hal ini. Studi ini adalah studi terlama tentang kehidupan orang dewasa yang pernah dilakukan.Â
Sejak tahun 1938 study ini mengikuti kehidupan 2 kelompok anak muda di Boston, Amerika Serikat. Kelompok pertama disebut Grant Study. Anggotanya adalah 268 mahasiswa Universitas Harvard. Kelompok kedua, Glueck Study, anggotanya adalah 456 anak-anak muda yang berasal dari keluarga kurang mampu di kota Boston, Amerika Serikat.
Dua kelompok anak muda ini diamati dari masa remaja hingga usia lanjut untuk mengidentifikasi prediktor penuaan yang sehat. Mereka mengisi questionnaire setiap 2 tahun, medical record setiap 5 tahun, dan interview setiap 10 tahun. Sekitar 60 dari mereka masih hidup sampai sekarang, di usia 90 tahunan. 20 dari mantan mahasiswa Harvard, dan 40 dari kelompok anak muda dari keluarga miskin di Boston. Tingkat dropout study ini relatif kecil, 16% dari awal penelitian sampai sekarang, atau sekitar 1.4% setiap tahunnya.
Perjalanan hidup mereka beragam. Ada yang sukses, ada juga yang tidak. Ada yang sehat dan bahagia di masa tuanya, ada juga yang kebalikannya. Presiden John F. Kennedy adalah salah satu peserta dari kelompok Mahasiswa Harvard. Demikian pula Ben Bradlee, mantan Executive Editor The Washington Post.
Mereka yang masih sehat dan bahagia di usia 80-85 tahun, kesehatan kognitifnya mencengangkan. 82% dari mereka memiliki Kesehatan kognitif yang masih sangat baik. Hanya 6% dari mereka menderita vascular dementia, 11% menderita Alzheimer's.
Demikian pula kesehatan fisiknya. 50% dari mereka kesehatan fisiknya masih sangat baik, tidak ada disabilitas. 11% menggunakan kursi roda dan/atau dirawat di nursing home, sedangkan 30% memiliki disabilitas moderate tapi masih bisa mandiri.
Para peneliti menelusuri kembali perjalanan hidup mereka yang sehat dan bahagia di usia tuanya ini dan mencoba melihat apa yang mereka miliki yang tidak dimiliki oleh yang lain: Mereka sehat dan panjang usianya karena memiliki relationships yang bagus. Good relationships keep us happier and healthier. Period.
Studi Harvard ini telah menemukan ada 3 hal penting dalam relationship:
1.Social connection itu penting dan kesepian itu bisa membunuh.
Mereka yang lebih terhubung secara sosial dengan keluarga, teman, atau komunitas ternyata lebih bahagia. Mereka secara fisik lebih sehat dan mereka hidup lebih lama daripada orang yang kurang memiliki koneksi sosial yang baik.
Dan sedihnya, kesepian itu ternyata bagai racun yang menggerogoti tubuh. Mereka yang hidupnya lebih terisolasi daripada yang mereka inginkan dari orang lain menemukan bahwa mereka kurang bahagia, kesehatan mereka menurun di awal usia paruh baya, fungsi otak mereka menurun lebih cepat, dan mereka hidup lebih singkat daripada orang yang tidak kesepian.
2.Bukan jumlah temah atau keluarga yang ada miliki yang penting. Kualitas hubungan yang lebih penting.
3.Hubungan yang baik tidak hanya melindungi tubuh kita, tapi juga otak kita. Orang-orang yang hubungannya baik, terbukti memiliki daya ingat yang lebih baik dari mereka yang hubungannya tidak terlalu baik.
Lalu bagaimana praktik 5 hal baik yang dianjurkan neuroscience berkontribusi pada hidup yang sehat dan bahagia di usia tua nanti?
Praktisnya begini: Kita rajin bermeditasi serta tidak lupa mengucap syukur dan berolahraga. Kalau kita rutin melakukan ini, maka positivity kita akan meningkat. Orang yang memiliki positivity yang tinggi akan cenderung berbuat kebajikan. Dengan sendirinya hubungannya dengan orang-orang disekitarnya juga menjadi lebih baik. Tubuhnya juga lebih sehat, immune systemnya juga lebih baik. Orang-orang seperti ini hidupnya dalam jangka panjang akan lebih sehat dan bahagia.
Versi video dari artikel ini dapat dilihat di YouTube: https://youtu.be/evWxXwFDfBk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H