“Baiklah kalau begitu. Oh iya omong-omong ibu boleh ikutan tidak dengan kalian? Sembari ada yang harus ibu sampaikan kepada Rahma,” Ujar Ibu Rachelia.
“Tentu saja boleh kok, bu,” Ucap mereka berempat.
“untung saja Ibu Rachelia ini baik sekali,” Ucap Ahmad dalam hati.
Kemudian Ibu Rachelia mengajak Rahma untuk berbicara berdua di luar aula tentang rahasia Rahma yang hanya diketahui saat ini oleh Ibu Rachelia saja. Sedangkan ketiga sahabatnya yang lain didalam dengan rasa penasaran.
“Rahma, ibu ingin memberi tahu kalau ada perubahan rencana tentang orang tua yang ingin mengadopsi kamu,” Ucap Ibu Rachelia.
Rahma pun yang mengira bahwa mungkin rencana ia untuk diadopsi akan batal, merasa senang dan lega.
“Iyakah bu? Diubah menjadi bagaimana ya bu kalau boleh tahu?” Tanya Rahma.
“Jadi begini, sayang. Mereka para orang tua adopsimu ingin sesegera mungkin untuk kamu ikut bersama mereka, dan mereka tiba-tiba kabari ibu kalau besok juga kamu akan ikut bersama mereka,” Jelas Ibu Rachelia.
“Apa bu?! I-ibu sedang tidak bercanda, kan? Atau sebenarnya ibu marah karena kami bermain-main di aula, kan? Katakan iya bu... ibu boleh hukum Rahma asalkan Rahma tidak pergi... ARGHHH,” Ucap Rahma yang sedang tidak karuan.
“Maaf, sayang. Ibu tidak bercanda. Ibu sudah berusaha semaksimal mungkin untuk meyakinkan mereka apakah harus semendadak itu, apakah tidak bisa ditunda atau bagaimana. Tetapi tetap jawaban mereka sama, nak,” Ungkap Ibu. Rachelia yang langsung memeluk Rahma
“Hiks, i-ini terasa tidak adil bu, aku baru saja diberi kebahagiaan bersama sabahatku...,” Ucap Rahma dengan sesak dipelukan Ibu Rachelia.