Akhir-akhir ini pelecehan seksual sedang marak terjadi. Pelecehan ini umumnya menimpa pada perempuan dan anak dibawah umur. Tak jarang pelecehan ini terjadi di tempat umum seperti di dalam transportasi umum. Â Padahal seperti yang yang kita ketahui, tempat umum adalah area yang sangat ramai dan banyak dijumpai orang, namun tetap saja hal tersebut bukan berarti tidak memungkinkan terjadinya pelecehan.Â
Di lansir dalam CNN Indonesia menyebutkan bahwa, ada seorang perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual di dalam kereta Commuter Line (KRL) di cikarang ke kampung bandan. Kejadian ini membuat para perempuan resah dan merasa tidak aman dalam di situasi apapun, apalagi sang korban dari kalangan perempuan.Â
Pelecehan seksual juga ternyata bukan hanya terjadi di tempat umum saja. Bahkan, hal ini juga terjadi dalam ruang lingkup keluarga. Keluarga yang seharusnya menjadi pendidikan pertama bagi anak dan berperan besar bagi masa depannya, justru malah merusak psikis sang anak. Belum lama ini ada kasus pencabulan yang dilakukan seorang ayah kepada anak kandungnya sendiri. Sungguh miris.
Melihat kasus ini, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) tidak tinggal diam. Mereka melakukan riset mendalam terkait kasus pelecehan seksual yang terjadi dalam ruang lingkup keluarga ini dan mencari faktor penyebabnya. Dilansir republika.co.id dalam Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya pelecehan seksual dalam keluarga. Menurutnya, salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pelecehan seksual pada anak disebabkan karena tidak harmonisnya antara orang tua dengan anak. Selain itu adanya konflik dalam keluarga itu sendiri.
Pelecehan ini memiliki dampak yang sangat buruk bagi korban. Korban akan merasa kehilangan harga dirinya. Hal ini dapat mengakibatkan kepercayaan dirinya menurun dan merasa malu. Karena malu, akhirnya korban tak ingin angkat suara. Korban lebih memilih untuk diam dari pada harus menerima cacian dari masyarakat. Jika dibiarkan terus-menerus, hal ini dapat berdampak kepada psikis sang korban. Pada akhirnya, korban akan mengalami depresi berat dan menimbulkan trauma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H