Mohon tunggu...
Desiwy Widyawaluyanda
Desiwy Widyawaluyanda Mohon Tunggu... Lainnya - Economics graduates with leadership and communication experience, as well as writing and design skills. Ready to contribute as admin, secretary, or general affairs staff, with multitasking and adaptability in a dynamic environment.

A writer inspired by everyday life, with an interest in kpop and western music, slice of life and fantasy novels, fantasy films or anime, and creative design. Join Kompasiana to share stories, opinions and unique perspectives on social and cultural issues.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Revitalisasi Kebhinekaan Melalui Tradisi Tingkeban dan Tedak Siten sebagai Upaya Membangkitkan Nasionalisme Generasi Milenial

30 Desember 2024   11:45 Diperbarui: 30 Desember 2024   11:45 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau. Setiap pulau terdapat keanekaragaman, ciri khas dan budayanya masing masing. Salah satu pulau dengan jumlah penduduk terpadat terdapat di Pulau Jawa dan disamping itu, mayotitas penduduknya juga berasal dari Suku Jawa. Adat istiadat Suku Jawa banyak dan beragam, umumnya dari sekian banyak adat istiadat tersebut masih dilaksanakan hingga era sekarang. Aneka ragam adat istiadat Jawa tersebut dikenal dengan istilah Kejawen.  

Kejawen merupakan ajaran atau kepercayaan orang yang sudah menetap di tanah Jawa sebelum masuknya ajaran agama monotheis yang terletak di Pulau Jawa. Ajaran ini lebih menekankan pada tata krama kehidupan manusia yang dimana bisa selaras dengan agama para pengikutnya. Karena dapat hidup berdampingan dengan kehidupan sehari hari itulah menyebabkan ajaran ini banyak sekali macamnya. Mulai dari ibadah, tata krama dirumah dan diluar rumah, budaya, dan masih banyak lagi (Nugroho Aidi, 2019).

Pada abad ke 16 tepatnya pada tahun 1611 M, penjajah Portugis pertama kali datang ke Indonesia memiliki berbagai rencana dan misi. Bentuknya pun beragam antara lain penyebaran agama, berdagang, membuka lahan baru, dan lain sebagainya. Lalu disusul Spanyol, Perancis, Inggris, Belanda dan Jepang. Dengan datangnya negara negara penjajah ke Indonesia membawa banyak sekali perubahan oleh masyarakat terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin tahun semakin maju yang akhirnya pada saat ini dunia mengalami globalisasi dan modernisasi. 

Banyak dari kalangan masyarakat saat ini yang sudah memasuki era globalisasi dan modernisasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Era globalisasi dan modernisasi saat ini lebih menonjol ditunjukkan oleh kalangan remaja. Banyak dari kaum remaja yang sudah memasuki lebih dalam kehidupan serba cepat ini. Mulai dari fashion, cara berpikir dan berperilaku. Mereka lebih mengikuti trending kehidupan dunia dari pada berfikir rasional untuk masa depannya. Akhirnya, banyak dampak negatif yang ditimbulkan. 

Diantara dampak negatif yang muncul ialah lunturnya adat & budaya Jawa. Padahal kita bisa mengakulturasi budaya dengan mencampur dan memilah budaya asing yang masuk kedalam ruang lingkup kehidupan kita tanpa menghilangkan kebudayaan lama yang sudah tertanam kuat. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengakulturasi budaya jika kita mau berbenah dan bisa menahan diri untuk tidak terjerumus terhadap globalisasi dan modernisasi.

Terdapat banyak sekali adat Jawa yang mengatur perilaku dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal ritual selama masa kehamilan. Orang Jawa biasa menyebutnya bancakan. Contohnya ialah Tingkeban dan Tedak Siten atau Mudun Lemah. Budaya ini masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Tingkeban adalah suatu acara ritual Kejawen oleh ibu hamil yang kandungannya sudah berumur 7 bulan. Tingkeban memiliki nama lain Mitoni. Berasal dari kata pitu yang artinya tujuh. Tujuannya tingkeban ini untuk mendoakan sang ibu yang mengandung dan sang bayi dalam kandungan agar mendapat pertolongan dari doa para warga yang datang.

Rangkaian acara dalam 7 bulanan ialah 1.) siraman. Siraman ini dilakukan oleh orang tua yang diteladani kepada calon orang tua yang akan memiliki buah hati dengan menggunakan batok kelapa sebanyak 7 kali dengan tujuan agar calon orang tua dan buah hati dalam kandungannya bersih dan suci secara lahir dan batin. 2.) brojolan. Acara ini dilakukan oleh calon bapak dengan membelah dua cengkir atau kelapa muda yang telah dilukis Dewa dan Dewi. Jika membelahnya tepat ditengah maka akan lahir bayi laki-laki dan jika membelahnya tidak tepat ditengah maka akan lahir bayi perempuan. Lalu setelah dibelah lalu cengkir tersebut dibuka dengan tujuan agar bayi lahir melalui jalannya. 3.) pembagian takir pontang. Takir adalah tempat makanan yang berbentuk menyerupai sebuah kapal terbuat dari daun pisang dan janur dengan tujuan bahwa dalam mengarungi kehidupan haruslah menata diri dan pikiran walaupun ada rintangan didepan dan harus melewati gelombang kehidupan yang pontang panting. Nantinya para tamu akan duduk 2 banjar saling berhadapan memanjang yang nantinya akan dibagikan takir pontang tersebut. 4.) jualan dawet dan rujak. Acara penutup ini agar nantinya calon orang tua akan mencari nafkah untuk sang anak dan sang anak serta calon orang tua akan dicukupkan dan dilancarkan rezekinya.

Setelah acara 7 bulanan ini selesai. Dilanjutkan Brokohan dan Tedak Siten. Brokohan adalah tasyakuran dan pemberian nama yang dilakukan oleh keluarga yang memiliki anggota baru. Yakni sang buah hati. Acara ini bertujuan mengenalkan sang anak kepada dunia dengan nama barunya. Lalu Tedak Siten atau mudun lemah ialah acara tasyakuran saat bayi berusia 7 bulan dengan tujuan menghormati bumi sebagai tempatnya kelak mengarungi dan memulai kehidupannya di dunia. 

Serangkaian acara Tedak Siten yang pertama ialah makanan tradisional dimulai dengan makanan tetel warna warni. Tetel/jadah ini diberi warna hitam, putih, ungu, merah, kuning, biru dan jingga. Lalu sang bayi menduduki tetel tersebut. Tetel ini simbol sebagai kehidupan sang bayi kelak sedangkan warna warninya ini melambangkan jalan hidup yang terkadang gelap terang. Tetel ini nanti akan disusun dari warna hitam menuju ke warna putih dengan simbol nantinya dalam kehidupan segelap apapun masalahnya pasti akan menemukan titik terang atau jalan keluar. Dalam kehidupan saat ini sering kita menemukan jalan buntu karena suatu masalah hidup. Maka dari itu diharapkan dengan menduduki tetel warna warni ini akan mengenalkan sang anak pada kehidupan yang nantinya akan mengalami perubahan yang sangat cepat seperti era saat ini.

Makanan lainnya yang disuguhkan ialah tumpeng dan ayam utuh. Tumpeng melambangkan permohonan sang orang tua agar bayinya menjadi orang yang berguna kelak. Turunnya nilai moral di era saat ini membuat sebagian masyarakat kehilangan akal sehat dan menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginannya. Diharapkan dengan diadakannya tumpeng ini mendoakan agar kelak bayi tersebut menjadi pribadi yang memiliki akhlakul karimah dan berguna bagi nusa bangsa dan agama. Tumpeng tersebut diisi dengan kangkung sebagai simbol kesejahteraan, kacang panjang simbol umur panjang, kecambah sebagai simbol kesuburan dan ayam sebagai simbol kemandirian.

Acara selanjutnya ialah naik tangga. Tangga yang digunakan pada ritual tersebut terbuat dari tebu jenis Arjuna yang melambangkan agar sang bayi kelak akan memiliki sifat bak seorang Arjuna yang tangguh dan bertanggung jawab. Karena jaman sekarang sangat dibutuhkan orang yang bertanggung jawab. Tebu sendiri dalam Bahasa Jawa ialah singkatan dari anteb ing kalbu yang artinya kemantaban hati. Lalu dilanjutkan prediksi masa depan anak. Sang bayi dimasukkan kedalam kurungan ayam yang terbuat dari bambu dan sudah dihias. Proses ini melambangkan bahwa kelak sang anak akan dihadapkan pada berbagai jenis macam pekerjaan. Selanjutnya bayi akan dihadapkan pada barang barang seperti cincin, buku yasin atau buku ngaji, Bulpoin. Barang-barang tersebut melambangkan hobi dan nantinya yang dipilih sang anak menjadi hobi sang anak. Untuk prosesi ini bisa dilakukan di dalam kurungan maupun diluar kurungan. 

Acara selanjutnya yaitu sang ibu menebarkan beras kuning yang sudah bercambur dengan uang logam yang melambangkan bahwa kelak sang anak agar menjadi anak yang dermawan. Jika kita sudah masuk dalam era ini jelas sekali sulit mencari orang yang dermawan untuk saling membantu satu sama lain. Maka dari itu, harapan kedepannya sang anak menjadi dermawan kelak saling membantu sesama manusia apalagi yang lebih membutuhkan. Acara terakhir dari Tedak Siten ini ialah memandikan anak dengan air bunga setaman dan memakaikan pakaian baru. Pakaian yang disediakan berjumlah 7 pakaian dengan tujuan agar sang anak kelak akan selalu sehat, membawa nama harum orang tua, keluarga, bangsa dan negara yang dibawanya, hidup makmur dan berguna bagi nusa bangsa dan agamanya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi Kejawen sebaiknya tetap dilestarikan walaupun globalisasi dan modernisasi sudah membaur hampir ke seluruh wilayah terutama wilayah Jawa. Karena dengan adanya tradisi Kejawen ini dapat memunculkan kembali jati diri bangsa Indonesia yang beranekaragam tetapi tetap satu jua. Selain itu juga dengan tetap dilestarikannya ajaran Kejawen ini bisa tetap membatasi tata krama dan pola perilaku kaum remaja agar tidak mudah terjerumus dan dapat memilah budaya asing yang masuk ke tanah air. Seharusnya kaum remaja yang sudah membaur lebih dalam dengan globalisasi dan modernisasi mengerti dan paham bahwa melestarikan budaya kita sendiri itu penting, tanpa harus sepenuhnya meninggalkan budaya globalisasi dan modernisasi yang sudah menancap didalam diri masing-masing dengan cara menggunakannya dengan sebaik mungkin. Semoga dengan adanya essay ini dapat membangkitkan kembali rasa nasionalisme yang ada dalam setiap sanubari remaja untuk melestarikan ajaran budaya tanah air 

Daftar Rujukan

Dananjaya James. 1984. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta:PT Pustaka Utama Grafiti.

Didit, Agustaf. 2019. Modul Pengayaan Sosiologi Peminatan Untuk SMA/MA kelas XII. Surakarta:CV Grahadi.

Soekarwo. 2016. Jatimnomics. Jakarta:PT Elex Media Komputindo 

Anonim. 2011. HUBUNGAN ANTARA GLOBALISASI DAN MODERNISASI. https://nhytatakky.wordpress.com. Diakses tanggal 16 Oktober 2019.

Anonim. 2018. Tedak Siten: Ritual adat turun tanah pertama kali bagi bayi. https://id.theasianparent.com. Diakses tanggal 16 Oktober 2019.

Fimela. 2018. Filosofi Mitoni: Ritual Tujuh Bulanan dalam Adat Jawa. https://www.fimela.com. Diakses tanggal 16 Oktober 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun