Mohon tunggu...
Desiwy Widyawaluyanda
Desiwy Widyawaluyanda Mohon Tunggu... Lainnya - Economics graduates with leadership and communication experience, as well as writing and design skills. Ready to contribute as admin, secretary, or general affairs staff, with multitasking and adaptability in a dynamic environment.

A writer inspired by everyday life, with an interest in kpop and western music, slice of life and fantasy novels, fantasy films or anime, and creative design. Join Kompasiana to share stories, opinions and unique perspectives on social and cultural issues.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Revitalisasi Kebhinekaan Melalui Tradisi Tingkeban dan Tedak Siten sebagai Upaya Membangkitkan Nasionalisme Generasi Milenial

30 Desember 2024   11:45 Diperbarui: 30 Desember 2024   11:45 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Acara selanjutnya yaitu sang ibu menebarkan beras kuning yang sudah bercambur dengan uang logam yang melambangkan bahwa kelak sang anak agar menjadi anak yang dermawan. Jika kita sudah masuk dalam era ini jelas sekali sulit mencari orang yang dermawan untuk saling membantu satu sama lain. Maka dari itu, harapan kedepannya sang anak menjadi dermawan kelak saling membantu sesama manusia apalagi yang lebih membutuhkan. Acara terakhir dari Tedak Siten ini ialah memandikan anak dengan air bunga setaman dan memakaikan pakaian baru. Pakaian yang disediakan berjumlah 7 pakaian dengan tujuan agar sang anak kelak akan selalu sehat, membawa nama harum orang tua, keluarga, bangsa dan negara yang dibawanya, hidup makmur dan berguna bagi nusa bangsa dan agamanya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi Kejawen sebaiknya tetap dilestarikan walaupun globalisasi dan modernisasi sudah membaur hampir ke seluruh wilayah terutama wilayah Jawa. Karena dengan adanya tradisi Kejawen ini dapat memunculkan kembali jati diri bangsa Indonesia yang beranekaragam tetapi tetap satu jua. Selain itu juga dengan tetap dilestarikannya ajaran Kejawen ini bisa tetap membatasi tata krama dan pola perilaku kaum remaja agar tidak mudah terjerumus dan dapat memilah budaya asing yang masuk ke tanah air. Seharusnya kaum remaja yang sudah membaur lebih dalam dengan globalisasi dan modernisasi mengerti dan paham bahwa melestarikan budaya kita sendiri itu penting, tanpa harus sepenuhnya meninggalkan budaya globalisasi dan modernisasi yang sudah menancap didalam diri masing-masing dengan cara menggunakannya dengan sebaik mungkin. Semoga dengan adanya essay ini dapat membangkitkan kembali rasa nasionalisme yang ada dalam setiap sanubari remaja untuk melestarikan ajaran budaya tanah air 

Daftar Rujukan

Dananjaya James. 1984. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta:PT Pustaka Utama Grafiti.

Didit, Agustaf. 2019. Modul Pengayaan Sosiologi Peminatan Untuk SMA/MA kelas XII. Surakarta:CV Grahadi.

Soekarwo. 2016. Jatimnomics. Jakarta:PT Elex Media Komputindo 

Anonim. 2011. HUBUNGAN ANTARA GLOBALISASI DAN MODERNISASI. https://nhytatakky.wordpress.com. Diakses tanggal 16 Oktober 2019.

Anonim. 2018. Tedak Siten: Ritual adat turun tanah pertama kali bagi bayi. https://id.theasianparent.com. Diakses tanggal 16 Oktober 2019.

Fimela. 2018. Filosofi Mitoni: Ritual Tujuh Bulanan dalam Adat Jawa. https://www.fimela.com. Diakses tanggal 16 Oktober 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun