Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari penulis yang berbeda dengan beragam latar belakang. Keinginan Ikun Sri Kuncoro akan  adanya arena untuk mengkritik sejarah lewat "penelanjangan artefak" seni rupa Jogja 1990---2010, mengantarkan ia untuk mengajukan adanya workshop kepenulisan ke Jaringan Arsip Budaya Nusantara. Setelah proses panjang, akhirnya karya tulis yang merupakan rangkaian ide ini bisa terselesaikan dengan kepuasan semua pihak yang terlibat.
Sinopsis
Buku ini tersusun atas 10 judul karya tulis yang berbeda dari penulis yang berbeda pula, namun pembahasan tetap dalam lingkup seni rupa yogya 1990-2010. Maka dari itu, saya akan menjabarkan poin singkat pembahasan dari masing-masing buku.
1. Membuka Katalog, mengungkap ideologi, oleh Galih PuspitaÂ
Dalam bagian ini yang menjadi pembahasan adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada  Biennale Jogja kurun waktu 1988-1992 hingga 2003-2007. Dalam kurun waktu tersebut, banyak terjadi perubahan-perubahan dalam struktur internal biennale. Mulai dari munculnya istilah kurator yang awalnya tim kurasi hingga kedudukan terhadap tim narasumber. Juga bagaimana event besar lain seperti binal eksperimental bisa memberi pengaruh besar terhadap perubahan biennale
2. Lempar Konsep Sembunyi Tangan (Relasi Kreatif Artis Dan Artisan), oleh Ida FitriÂ
Istilah Hand, Head, Heart menjadi awal pembahasan bagian ini. Pembahsan berlanjut pada seni konvensional dan kontemporer. Hingga munculnya istilah artisan, kelompok artisan, dan studio artisan. Hal unik dalalm bagian ini adalah bagaimana hubungan kerja artis dan artisan dan hubungan kreatif sejajar, dan mutual mereka.
3. Nalar Dunia Simbolik: Penelitian Ala Seniman Kontemporer, oleh Agnesia Linda MÂ
pembahasan bagian ini adalah seputar perupa kontemporer yang melakukan serangkaian aktivitas dalam rangka membangun gagasan sebelum berkarya. Kemunculan seni semacam ini (seni konseptual) sebenarnya telah muncul sejak tahun 60an. Selain itu di bagian ini jug membahas para senimannya seperti Harsono yang di kenal sangat aktif melakukan kritik terhadap situasi sosial dan politik dalam kaitannya dengan kuasa negara, Nindityo Adipurnono memiliki selang-seling praktek penelitian (pembangunan gagasan) dan penciptaan karya.
4. "Kaus Kaki" Pop Surealis Iwan Efendi, oleh Realisa D. Massardi
Pop Surealis a'la Iwan Effendi menadi pembahasan menarik pada bagian ini. Dimana segala kondisi yang melekat dalam diri seseorang berkontribusi dalam mengkonstruksi perilaku serta pilihan-pilihan orang tersebut, termasuk praktek berkarya Iwan Effendi. Selain itu, Iwan Effendi dan praktek-praktek yang dilakukannya dan dipilihnya sebagai mengambil posisi dalam perjuangan seni rupa Yogyakarta.