Cyberculture tidak lepas dari perkembangan teknologi dan media baru, yang secara sukarela telah membawa kita ke dalam budaya baru. Seperti dari bekerja, belajar, sekolah, kuliah, seminar, rapat, berbelanja, memesan, bahkan menonton film atau pertunjukan seni dan konser, kita dipaksa untuk bekerja dari rumah menggunakan dunia maya (cyber world).Â
Tidak hanya itu, hubungan dan komunikasi antar individu, kelompok, organisasi, bahkan public telah bergeser dari realitas social di dunia nyata ke realitas virtual di dunia maya.Â
Cyrber world yang terbentuk dari kerjasama internet dan teknologi informasi berpotensi membentuk masyarakat baru yang biasa disebut masyarakat cyber (cyber-society). Kita dapat melihat bagaimana sebagain besar kebiasaan yang wajib kita lakukan harus ditinggalkan atau ditunda.Â
Misalnya, upacara keagamaan untuk umat muslim, sehingga banyak masjid harus meniadakan shalat Jum'at dan shalat Tarawih selama bulan Ramadhan karena adanya wabah Covid-19. Sebuah bentuk kewajiaban yang tidak dapat digantikan oleh pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ini.Â
Karena sampai saat ini tidak ada ulama yang membenarkan ibadah shalat Jum'at berjamaah bisa dilakukan secara online di rumah masing-masing.
Dengan maraknya cyberculture ini, kita harus bisa lebih aware terhadap penggunaan teknologi selama pandemi berlangsung, selain banyaknya manfaat yang kita dapatkan melalui penggunaan tekonologi pada akhirnya akan banyak orang jahat yang akan memanfaatkan melalui media teknologi seperti, penyebaran berita hoax, pornografi yang melibatkan anak-anak, modus penipuan, bocornya data pribadi, dan masih banyak kejahatan lainnya.
Contoh kasus yang dikutip di Kumparan.com:
Rabu (06/04), kita dikejutakan dengan munculnya video yang menunjukkan seorang siswi SMA menacaci maki seorang polisi wanita. Kejadian bermula ketika seorang polwan yang kemudian diidentifikasi sebagai Ipda Perida Panjaitan menghentikan konvoi mahasiswa yang sednag merasayakan ujian nasional.Â
Video ini berkembanga pesat dan kemudian menjadi viral di media social. Merasa institusinya terganggu dengan adanya video ini, polisi mulai menyelediki beberapa pihak terkait.
Kita juga harus bisa belajar menyaring informasi-informasi yang benar yang ada di social media itu sendiri, khusunya pada anak-anak.
Seperti yang dilansir di Merdeka.com :Â