Sepak bola merupakan sebuah olahraga yang diminati oelh banyak masyarakat mulai dari anak kecil hingga dewasa menyukai olahraga tersebut. Bukannya hanya di tigkat nasional olahraga sepak bola tersebut ada di tiap daerahnya.Â
Pada tiap tim sepak bola pasti memiliki warna yang mencolok sebagai simbol tim begtupula dengan tim sepak bola Persija.Â
Pada awalnya persija didirikan dengan nama VIJ menggunakan warna identitas merah dan putih yang memiliki filosofi yang tertulis si surat kabar pemandangan pada tahun 1934 "Merah adalah kekoeatan dan poetih adalah kehaloesan"
Suporter adalah bagian terpenting dalam dunia olahraga termasuk sepak bola, karena berfungsi sebagai penyemangat saat dilakukannya acara dalam pertandingan, maka dari itu tidak heran jika para suporter tersebut di juluki atau biasa disebut dengan pemain kedua belas.Â
Namun bukan hanya sebagai penyemangat karena suporter bisa saja menjadi keributan karena perilaku yang fanatik bukan hanya di dalam pertandingan saja bahkan diluar pertandingan pun bisa saja terjad bentrok antar suporter. Hooliganisme dalam fanatisme sangat berpengaruh bagi suporter sehingga menimbulkan ideologi hooliganisme.Â
Dapat dilihat dari penampilan para suporter yang menggunakan atribut klub kebanggaannya, dan juga lagu yang diringi saat pertandingan akan dimulai untuk menyemangati para pemain selama pertandingan berlangsung.
Di Indonesia tidak hanya identik dengan rivalitas the jakmania dan viking. Pada tahun 2006 tragendi amuk suporter empat septeber menbar kegeringan pada fase perempat semi final konpetisi Copa Dji Sam Soe yang mempertemukan antara dua klub bola yaitu dari Jawa Timur (Persebaya) kontra dengan Malang (Arema) di stadion Gelora pada tanggal 10 November.Â
Pengaruh dari hooliganisme membuat para suporter rela melalakukan apapun untuk menjaga nama klub kebanggaannya, bahkan sering terjadi perkelahian, mencemoon,mengintimidasi antar suporter, melawan pihak keamanan, bahkan melempar wasit. Maka sudah tidak heran dan kaget jika sepak bola di indonesia kerap kali terjadi kerusuhan dan memakan banyak korban hingga kematian. Dari tahun 1995 sampai saat ini korban jiwa yang merenggut nyawa akibat bentrokan berjumlah 57 orang dan enam diantaranya suporter persib dan persija.
Konflik yang terjadi antara The Jakmania dengan Viking sudah lama terjadi karena begitu panjang sejarahnya sehingga kedua suporter ini dikatan sebagai musuh bebuyutan. Konflik ini dimulaii sekitar tahun 1999 di bandung, siliwangi yang menimbulakn bebrapa korban jiwa.pada puncaknya insiden hebat terjadi pada tahun 2001 di gerbang tol tomang. Tahun 2012 setidaknya belasan korban luka-luka dan 7 orang meninggal.
Sejak kejadian tersebut antar kedua belah pihak supporter sering memanas tidak hanya dalam area lapangan namun juga di luar lapangan hingga banyaknya korban jiwa. Terutama para supporter yang tinggal di perbatasan Tangerang, Depok, Bogor, Bekasi, dll mereka menerima nasib rivalitas yang duluya dibuat.
Upaya aparat penegak hukum atas insiden tersebut yakni dengan mendamaikan kedua kubu yang bersteru dengan mengundang ketua The Jakmania dan juga ketua dari Viking namun rencana tersebut gagal dan tiak membuahkan hasil yang maksimal dan konflik atar kedua kubu tersebut masih berlanjut hingga saat ini. Menurut MA Isfandiri serangan dilakukan oleh para suporter pada saat sebelum dan sesudah pertandingan, hal inilah yang menyebabkan sulit untuke mendamaian kedua belah ihak kubu supporter.
Perdamaian pada konflik ini memeiliki lima komponen yaitu dengan cara
- Ekskalasi-Deeskalasi
- Ekskalasi merupakan sbuah peningkayan pada konflik dan meluasnya ketegangan serta mobilitas massa kemudia disertai dengan terjadinya krisisi pada pihak yang terlibat. Sedangkan Deeskalasi ialah suatu kondisi dimana konflik bisa di deteksi sehingga dapat dikendalikan dengan hadirnya peran fungsional.
- Faktor Konflik
- Faktor konflik yang berkepanjangana ini berawal dari usaha mempertahankan gengsi dan harga diri, terpeliharanya memori kolektif dari tiap supporter, woundedness atau rasa penderitaan yang terpelihara hingga saat ini yang menimbulkan ketidak adilan pada masa lalu dan pemicu dar konflik ini dikarenakan terjadinya kesalahpahaman mengenai arahan panglima Viking dengan anggotanya yang menyebabkan bentrok antara kedua kubu supporter.
- Aktor Konflik
- Aktor dalam konflik ini memiliki sebuah kontribusi yang berpengaruh dalam peningkatan ekskalasi konflik yaitu para provokator dimana ialah seorang yang memiliki logika abnormal sehingga melahirkan rasa egoisme dalam diri dan kepentingan tertentu. Dan para kelompok rentan yaitu kelompok yang mudah diprovokasi sehingga mudah untuk mencerna masalah dan mudah terbawa tanpa mengetahui penyebabnya.
- Katergori selanjtnya ialah kelompok fungsional yaitu kelompok yang memiliki rasa tanggung jawab dalam menghentikan adanya kekerasan dalam konflik yang berlangsug dan mencegahnya agar konflik tersebut tidak menyebar luas. Pada tahun 2014 pemerintah memiliki kemaun untuk mejebatani perdamaian yang di hadiri oleh Mentri Pemuda dan Olahraga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H