Harry potter terkenal dengan cerita fiksi ilmiah dalam bentuk buku yang kemudian telah difilmkan. Harry potter memiliki banyak seri di filmnya yang semuanya terangkat dari novel harry potter. Keseluruhan ceritanya adalah tentang perjuangan hidup Harry untuk selamat dan menyelamatkan orang-orang dari kejahatan Voldemort. Lalu, apa yang anda bayangkan ketika mendengar istilah "Harry Potter Indonesia"?
Penggemar novel-novel karya Tere Liye tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah "harry potter indonesia". Tetralogi Bumi (2014), Bulan (2015), Matahari (2016), dan Bintang (2017) karya Tere Liye telah berhasil memikat penikmat novel fiksi ilmiah Indonesia. Novel J. K. Rowling dan Tere Liye tersebut memang sama-sama bergenre fiksi ilmiah. Namun, keduanya memiliki jalan cerita yang jauh berbeda. Dalam tetralogi tersebut, Tere Liye terlihat menyampaikan isi cerita dengan cara yang berbeda. Jika pada umumnya novel Tere Liye menggunakan bahasa yang terbilang serius, kali ini ia membuat novel fiksi ilmiah dengan bahasa yang cukup mudah dipahami walaupun novel ini terbilang cukup tebal. Contohnya saja untuk novel Bumi (2014) terdiri dari 371 halaman dan Bulan (2015) terdiri dari 396 halaman dalam versi buku elektroniknya.
Tere Liye adalah nama pena dari salah satu penulis terkenal Indonesia, yakni Darwis. Kata "Tere Liye" berasal dari bahasa India yang artinya untukmu. Darwis adalah sosok penulis yang sederhana dan tertutup. Ia tidak pernah menulis informasi mengenai dirinya di semua novel karyanya. Nama Tere Liye mulai dikenal masyarakat saat ia menerbitkan novel Hafalan Shalat Delisa pada tahun 2005 silam. Sejak saat itu, hampir semua karyanya laris di pasaran, karena memiliki kisah yang menarik dan bagus untuk dibaca.
Novel Bumi adalah novel pertama Tere Liye yang bergenre fiksi ilmiah. Novel ini berisi tentang petualangan fantasi sang tokoh utama yakni Raib bersama kedua sahabatnya di tempat yang belum pernah ia datangi sebelumnya. Pada awal cerita, tokoh Raib digambarkan sebagai remaja biasa pada umumnya.
   "Namaku Raib. Aku murid baru di sekolah. Usiaku lima belas tahun. Aku anak tunggal, perempuan.Untuk remaja seumuranku, tidak ada yang spesial tentangku. Aku berambut hitam, panjang, dan lurus. Aku suka membaca dan mempunyai dua ekor kucing di rumah. Aku bukan anak yang pintar, apalagi popular. Aku hanya kenal teman-teman sekelas, itu pun seputar anak perempuan. Nilaiku rata-rata, tidak ada yang terlalu cemerlang, kecuali pelajaran bahasa aku amat menyukainya." (hlm.1)
Nama, usia, jenis kelamin, ciri fisik, dan watak Raib digambarkan dengan sangat jelas oleh Tere Liye. Dilihat dari kutipan tersebut, Raib adalah remaja perempuan yang sederhana. Selain sederhana, Raib juga merupakan sosok pemalu, jail, dan mandiri. Hal tersebut bisa dilihat dalam cuplikan berikut.
   "Sebenarnya sejak kecil aku terbilang anak pemalu. Tidak pemalu-pemalu sekali memang, meskipun satu-dua kali jadi bahan tertawaan teman atau kerabat. (hlm.1)
   "Aduh, Ra, berhentilah mengagetkan Mama!" Mama berseru, wajahnya pucat. (hlm.4)
   "Ra naik angkutan umum saja, Ma. Kalau diantar, nanti merepotkan Mama." Aku menggeleng, menarik bangku, duduk. (hlm.117)
Raib memiliki kekuatan, ia dapat membuat tubuhnya tidak terlihat hanya dengan menutup wajah dengan kedua telapak tangannya sejak usia 20 bulan. Seiring berjalannya waktu, Raib juga dapat menghilangkan benda, mengeluarkan angin dari tangannya, dan menyerap cahaya di sekitarnya dalam durasi waktu tertentu. Kekuatan itu akan bertambah jika Raib menggunakan sarung tangan peninggalan petarung Klan Bulan. Bahkan sejak halaman pertama, Darwis sudah menuliskan bahwa Raib memiliki kekuatan istimewa.
   "Aku ternyata amat berbeda. Aku memiliki kekuatan." (hlm.1)
Raib mempunyai orang tua yang sangat perhatian dan sayang dengannya. Keluarga Raib digambarkan penuh kebahagiaan dan keceriaan dalam kesederhanaan. Bahkan ketika ada masalah, papa dan mama tidak mau memberitahu Raib, katanya agar pikirannya tidak terbebani. Berikut salah satu contohnya.
   "Sejak aku sudah mengerti, aku tahu bahwa di keluarga kami juga ada peraturan tidak tertulis di luar peraturan Mama yang setebal novel itu. Papa tidak akan pernah membicarakan masalah kantor kepadaku. Juga mama, tidak akan pernah membicarakan masalah apa pun di luar sana kepadaku. Mereka berjanji tidak akan melibatkanku yang masih kecil, membuatku ikut memikirkan, cemas, mengganggu jam belajarku." (hlm.51-52)
Sedangkan sosok Seli, teman dekat Raib, tidak digambarkan secara langsung oleh penulis. Walaupun Tere Liye tidak mendeskripsikan secara jelas sosoknya, Seli sangat sering muncul dalam novel ini. Singkatnya ia adalah remaja perempuan yang baik dan selalu ada untuk Raib.
   "Sisa hujan sepanjang pagi sudah menguap di jalanan saat angkot yang kutumpangi merapat di depan rumah. Seli bilang nanti dia yang bayar. Aku mengangguk, lalu turun dari angkot." (hlm.31)
   "Sepersekian detik sebelum dua kabel itu sampai, Seli justru mengangkat tangannya. Dia memasang badannya persis di hadapanku, melindungiku. (hlm.123)
Seli merupakan keturunan klan Matahari yang dilahirkan di bumi. Ia juga memiliki kekuatan istimewa yakni, dapat menggerakkan benda tanpa menyentuhnya dan dapat mengeluarkan listrik juga cahaya dari tangannya. Sama seperti Raib, kekuatan Seli akan bertambah saat ia menggunakkan sarung tangan pemberian Av yang sebenarnya adalah peninggalan petarung Klan Matahari yang tersisa di Klan Bulan.
Serta Ali adalah anak yang jail, suka mencari masalah, berantakan, dan pemalas. Tapi dibalik sikap buruknya itu, ia adalah anak yang sangat genius, penuh dengan rasa ingin tahu yang tinggi, dan sosok teman yang baik.
   "Kedua, yang lebih penting lagi, kami tidak akan merusak mood pagi yang menyenangkan dengan bertengkar dengan Ali teman satu kelas yang terkenal sekali suka mencari masalah." (hlm.16)
   "Ali yang duduk di pojokan terlihat menggaruk kepala. Seperti biasa, kemeja seragamnya berantakan, dimasukkan separuh." (hlm.16)
   "Ali memang genius, serbatahu, banyak akal, tapi dia lupa satu hal: kegeniusan dan rasa ingin tahunya itulah yang menjadi kelemahannya." (hlm.56)
Tidak seperti Raib dan Seli yang merupakan keturunan Klan Bulan dan Klan Matahari, Ali hanyalah manusia keturunan Klan Bumi biasa. Namun di bagian akhir novel, ternyata Ali juga memiliki kekuatan istimewa yang bahkan tidak seorangpun dari klan manapun yang mengetahui itu sebelumnya.
Novel Bumi memiliki kisah yang sangat seru, tak terbayangkan, dan membuat kita bertanya-tanya di setiap akhir episodenya. Mulai dari Ali yang penasaran dengan Raib, trafo listrik meledak yang berujung pertarungan mendadak di aula, petualangan menegangkan di Klan Bulan, serta peristiwa mengejutkan lainnya yang datang silih berganti. Berikut ini adalah beberapa kalimat penutup episode yang membuat pembaca akan penasaran akan hal mengejutkan yang terjadi selanjutnya.
   "Aku sama sekali belum menyadari, justru gara-gara jerawat batu inilah terjadi sesuatu yang mencengangkan beberapa jam ke depan." (hlm.61)
   "Dan besok pagi-pagi, aku bahkan tidak menduga, sesuatu yang lebih serius telah menungguku." (hlm.114)
Secara keseluruhan, kisah novel Bumi ini berjalan maju ke depan dengan sesekali muncul kenangan yang terlintas di pikiran Raib. Entah kenangan masa kecilnya, kenangan bahagia, ataupun kejadian sebelumnya yang membingungkan Raib.
   "Dulu waktu usiaku masih empat-lima tahun, setiap kali hujan aku selalu memaksa bermain di halaman." (hlm.13)
   "Masih enam tahun lalu, saat usiaku Sembilan tahun." (hlm.35)
Walaupun terkadang terselip kenangan tersebut, pembaca tidak akan bingung memahami jalan cerita novel ini karena Tere Liye mengemas seluruh cerita itu dengan rapi, mudah dimengerti, dan tidak membosankan.
Tak hanya itu, tempat-tempat yang ditampilkan dalam novel ini juga mengundang imajinasi pembaca. Empat kehidupan dalam satu tempat, itulah latar utama dalam cerita ini. Tetapi dalam novel Bumi, baru ditampilkan kehidupan di Klan Bumi dan Klan Bulan saja. Kehidupan di klan Bumi digambarkan seperti bumi pada umumnya dan kehidupan kita sehari-hari. Sedangkan Klan Bulan adalah tempat dengan teknologi dan peradaban manusia yang lebih maju dibandingkan Klan Bumi. Dari rumah balon jauh di atas tanah, kamar mandi udara, kapsul kereta, hingga lorong berpindah. Penduduk Klan Bulan tidak tinggal di permukaan tanah, melainkan jauh di atas tanah dan juga jauh di bawah tanah. Mereka beranggapan bahwa dengan begitu, alam akan tetap terjaga. Itulah sebabnya ukuran hewan dan tumbuhan di sana lebih besar dibanding dengan yang ada di klan Bumi.
   "Pun bangunan yang kami naiki, ini bukan rumah, bukan apartemen seperti kebanyakan. Bentuknya seperti balon besar dari beton, dengan tiang. Di sekitar kami, ribuan bangunan serupa terlihat memenuhi seluruh lembah, persis seperti melihat ribuan bulan sedang mengambang di udara." (hlm.171)
   "Belum pernah aku menyaksikan pohon setinggi dan sebesar ini. Burung-burung berukuran besar juga beterbangan di atas kepala, sayapnya terentang lebar, berwarna-warni indah." dilanjut dengan "Sepertinya tumbuhan di dunia ini memang tumbuh dengan ukuran raksasa." (hlm.226)
Beberapa keturunan Klan Bulan bahkan memiliki kekuatan istimewa yang tidak dipunyai keturunan Klan Bumi. Dulu bentuk pemerintahan di klan Bulan berupa penyerahan tahta dari raja kepada keturunannya, sejak ada suatu masalah sistem itu diganti dengan Komite Kota. Namun, masih ada beberapa masyarakat yang patuh dan mengabdi kepada raja, salah satunya adalah Tamus. Tamus adalah pengikut setia Si Tanpa Mahkota.
Tak hanya peradaban yang berbeda, waktu di klan bumi dan klan bulan juga berbeda. Raib, Seli, dan Ali sedang berada di kamar Seli sepulang sekolah saat membuka buku kehidupan Raib. Buku itu mengeluarkan cahaya yang tanpa disadari membawa mereka ke klan Bulan. Namun, sesampainya di klan Bulan yakni di rumah Ilo keadaan sudah berubah menjadi gelap, pertanda saat itu sudah waktu malam di klan Bulan.
   "Tidak ada yang hilang. Aku menatap sekitar, memeriksa. Juga tidak ada yang datang. Itu tadi pertanda suara apa? Tetapi tiba-tiba aku berseru tertahan. Astaga! Lihatlah. Semua di sekitar kami telah berubah. Ini bukan kamarku, bahkan ini entah ruangan apa. Tempat tidurnya menggantung di dinding. Lampunya berbentuk aneh sekali, menyala terang. Meja, kursi, semuanya berbentuk aneh." (hlm.161)
Dari awal cerita, Tere Liye mengemas cerita seakan pembaca menjadi tokoh utamanya yakni Raib. Unsur ke-aku-an sangat jelas terlihat di setiap lembar halaman. Hampir seperti buku harian seorang Raib. Semua yang terjadi di sekitar ataupun yang terpikirkan oleh Raib tertulis dalam novel ini. Kisah masa lalu dan petualangan seru Raib, semuanya seperti ia ceritakan kepada kita, pembaca. Berikut beberapa cuplikannya.
   "Namaku Raib, gadis remaja usia lima belas tahun. Aku bisa menghilang, dalam artian benar-benar menghilang." (hlm.3)
   "Aku menggeleng, berusaha mengendalikan napas. Aku sungguh tidak tahu bagaimana aku bisa menghilangkan monster kucing yang memiting si putih. Kejadiannya terlalu cepat. Aku panik." (hlm.110)
   "Aku ikut tertawa menyaksikan Ilo dan Vey bergurau. Aku teringat Mama dan Papa yang sering saling goda di meja makan." (hlm.286)
Novel Tere Liye kali ini, sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia tanpa ada pengaruh bahasa daerahnya. Mengingat ini adalah novel fiksi ilmiah, di dalamnya juga terdapat banyak istilah imajinatif yang diciptakannya beserta dengan arti istilah tersebut. Latar tempat yang digunakan saat di klan Bumi pun lebih mengacu kepada suasana ibukota, bukan suasana Sumatra pedalaman yang merupakan daerah asal Tere Liye.
Tak jauh berbeda dengan novel Tere Liye yang lain, novel ini juga masih berisi tentang hidup sederhana untuk mensyukuri semua yang kita miliki. Beberapa kalimat di dalam novel ini juga berisi motivasi, sindiran, serta nasehat secara tidak langsung. Seperti beberapa cuplikan di bawah ini.
   "Ali memang genius, serbatahu, banyak akal, tapi dia lupa satu hal: kegeniusan dan rasa ingin tahunya itulah yang menjadi kelemahannya." (hlm.56)
   "Ini menarik sekali, rasa penasaran yang kamu miliki ternyata lebih besar dibanding rasa takut. Rasa ingin tahu yang kamu miliki bahkan lebih besar dibanding memikirkan risikonya." (ucapan Tamus hlm.84)
   "Setidaknya mereka tidak kuajarkan kebencian dan permusuhan,". (ucapan Miss Selena hlm.142)
Akhir novel ini ditutup dengan kalimat yang sangat mengundang rasa penasaran pembaca. Sehingga pembaca pasti segera ingin tahu kelanjutan kisahnya. Tentang yang akan terjadi selanjutnya dengan Tamus ataupun Raib. Tentang kehidupan klan Bulan setelahnya. Juga tentang petualangan sesungguhnya yang telah menanti tiga sekawan itu. Rasa penasaran para pembaca akan terobati dengan membaca kisah selanjutnya yakni pada novel Bulan, Matahari, dan Bintang.
   "Aku lupa memberitahu, Tamus membawa Buku Kematian ke lorong gelap tadi. Bagaimana kalau buku itu dikuasai oleh si Tanpa Mahkota. Bukankah itu berbahaya?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H