Tak hanya peradaban yang berbeda, waktu di klan bumi dan klan bulan juga berbeda. Raib, Seli, dan Ali sedang berada di kamar Seli sepulang sekolah saat membuka buku kehidupan Raib. Buku itu mengeluarkan cahaya yang tanpa disadari membawa mereka ke klan Bulan. Namun, sesampainya di klan Bulan yakni di rumah Ilo keadaan sudah berubah menjadi gelap, pertanda saat itu sudah waktu malam di klan Bulan.
   "Tidak ada yang hilang. Aku menatap sekitar, memeriksa. Juga tidak ada yang datang. Itu tadi pertanda suara apa? Tetapi tiba-tiba aku berseru tertahan. Astaga! Lihatlah. Semua di sekitar kami telah berubah. Ini bukan kamarku, bahkan ini entah ruangan apa. Tempat tidurnya menggantung di dinding. Lampunya berbentuk aneh sekali, menyala terang. Meja, kursi, semuanya berbentuk aneh." (hlm.161)
Dari awal cerita, Tere Liye mengemas cerita seakan pembaca menjadi tokoh utamanya yakni Raib. Unsur ke-aku-an sangat jelas terlihat di setiap lembar halaman. Hampir seperti buku harian seorang Raib. Semua yang terjadi di sekitar ataupun yang terpikirkan oleh Raib tertulis dalam novel ini. Kisah masa lalu dan petualangan seru Raib, semuanya seperti ia ceritakan kepada kita, pembaca. Berikut beberapa cuplikannya.
   "Namaku Raib, gadis remaja usia lima belas tahun. Aku bisa menghilang, dalam artian benar-benar menghilang." (hlm.3)
   "Aku menggeleng, berusaha mengendalikan napas. Aku sungguh tidak tahu bagaimana aku bisa menghilangkan monster kucing yang memiting si putih. Kejadiannya terlalu cepat. Aku panik." (hlm.110)
   "Aku ikut tertawa menyaksikan Ilo dan Vey bergurau. Aku teringat Mama dan Papa yang sering saling goda di meja makan." (hlm.286)
Novel Tere Liye kali ini, sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia tanpa ada pengaruh bahasa daerahnya. Mengingat ini adalah novel fiksi ilmiah, di dalamnya juga terdapat banyak istilah imajinatif yang diciptakannya beserta dengan arti istilah tersebut. Latar tempat yang digunakan saat di klan Bumi pun lebih mengacu kepada suasana ibukota, bukan suasana Sumatra pedalaman yang merupakan daerah asal Tere Liye.
Tak jauh berbeda dengan novel Tere Liye yang lain, novel ini juga masih berisi tentang hidup sederhana untuk mensyukuri semua yang kita miliki. Beberapa kalimat di dalam novel ini juga berisi motivasi, sindiran, serta nasehat secara tidak langsung. Seperti beberapa cuplikan di bawah ini.
   "Ali memang genius, serbatahu, banyak akal, tapi dia lupa satu hal: kegeniusan dan rasa ingin tahunya itulah yang menjadi kelemahannya." (hlm.56)
   "Ini menarik sekali, rasa penasaran yang kamu miliki ternyata lebih besar dibanding rasa takut. Rasa ingin tahu yang kamu miliki bahkan lebih besar dibanding memikirkan risikonya." (ucapan Tamus hlm.84)
   "Setidaknya mereka tidak kuajarkan kebencian dan permusuhan,". (ucapan Miss Selena hlm.142)