Media sosial memudahkan bagi para penghuninya untuk berkenalan dengan siapa saja karena kemudahan dalam berinteraksi dan berkomunikasi inilah, pertemuan di dunia maya bisa terjadi dengan begitu mudah dan cepat. Tidak percaya? Silahkan dicoba.Â
Waktu itu, ada salah satu konten yang muncul pada timeline dengan caption, " hidup lagi capek-capeknya malah di dm bocil". Kamu tahu isi dari direct message tersebut? Cukup membuat tercengang.Â
Ya, sebuah pertanyaan yang belum saatnya disampaikan oleh anak-anak, terlebih lagi terhadap orang yang belum pernah ditemuinya secara nyata.Â
Do you wanna be my girlfriend? Hah, what? Itulah bentuk pertanyaan yang dilontarkannya, random sekali bukan. Apakah itu sungguhan atau hanya sekadar candaan? Entahlah.Â
Masih mending bila anak tersebut mengirimkan direct message pada orang yang tepat karena akan direspon sekadarnya saja.Â
Namun, bila seandainya direct message tersebut malah terkirim pada orang yang salah/jahat. Nah, ini yang paling ditakutkan.Â
Bisa saja respon yang disampaikan oleh lawan komunikasinya cenderung negatif atau malah berujung pada pernyataan-pernyataan yang mengarah pada hal yang kurang pantas.
Tidak menutup kemungkinan bila konten dewasa bisa naik ke permukaan, misalnya. Ini sangatlah berbahaya.
Itulah penting bagi orangtua memperhatikan secara seksama, peradaban yang begitu luas juga harus menjadi pertimbangan (lagi), untuk mengizinkan anaknya memiliki akun media sosial lebih dini atau tidak.Â
Ini bukanlah suatu bentuk pengekangan, namun, Â ini merupakan bagian dari kepedulian dan kasih sayang.Â