Ketiga, televisi dengan layar yang begitu besar (umumnya) diletakan di ruang keluarga ataupun di ruang tengah, siapapun yang berada di dalam rumah bisa menyaksikan dengan mudah stasiun televisi dan siaran televisi apa yang sedang disaksikan tersebut.Â
Sehingga orangtua akan lebih mudah mengontrol anaknya, apabila si anak B telah selesai menyaksikan acara cerdas cermat tersebut dan ingin mengganti siaran yang lain.Â
Ilustrasi pada permisalan kedua:Â
Seorang anak C sedang menyusuri peradaban dunia maya menggunakan handphone yang berada digenggamannya, di mana anak tersebut sedang mencari sebuah konten cara menghitung akar pangkat 3.Â
Konten yang disaksikan sangat mengedukasi dan cukup membuatnya mengerti, bagaimana cara menghitung akar pangkat 3 dengan lebih mudah.Â
Ketika anak-anak menyaksikan suatu konten di dalam peradaban dunia maya, bisa dikatakan orangtua harus "lebih ekstra" mengontrol aktivitas anaknya tersebut. Kenapa demikian?Â
Sederhananya, ketika konten mengenai cara menghitung akar pangkat 3 telah selesai disuguhkan, sudah bisa dipastikan konten selanjutnya akan mulai bergantian secara otomatis, pada umumnya demikian.Â
Perlu ditekankan kembali, algoritma pada suatu media sosial bisa dikatakan "tidak menentu", di mana konten-konten yang bermunculan setelahnya bisa terjadi secara acak. Itulah kenapa peradaban dunia maya bisa dikatakan sangat luas.Â
Berbagai macam konten (apapun itu) bisa hadir di dalam peradaban dunia maya, karena tidak semua konten akan masuk jajaran "take down". Selagi tidak melanggar aturan dan ketentuan yang berlaku, semuanya tetap bisa ditayangkan.Â
Itulah kenapa media sosial bisa dikatakan kurang bersahabat dengan anak-anak, terlebih lagi bila daya ingin tahu yang cukup tinggi dan tidak menutup kemungkinan bahwa anak tersebut akan mencari tahu hal itu lebih mendalam.Â