Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Fenomena "Doomscrolling", Ketika Semua Informasi Tak Harus Dikonsumsi

8 Oktober 2023   06:38 Diperbarui: 12 Oktober 2023   10:25 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi doomscrolling | sumber: grid.id

Doomscrolling, suatu kegiatan menjelajahi dunia maya dengan menghabiskan begitu banyak waktu, untuk mengonsumsi berbagai macam informasi/berita yang bisa dikatakan "cenderung negatif". Baikkah bila aktivitas demikian dilakukan secara terus menerus? Adakah solusi yang bisa dilakukan untuk mengantisipasinya bahkan menghindarinya?

Di era digitalisasi seperti sekarang ini, kehadiran dua dunia, yakni dunia nyata dan dunia maya, bisa dikatakan saling berdekatan, bagaikan sebuah kebutuhan yang saling berkesinambungan. 

Dengan bermodalkan gawai serta jaringan internet, jari jemarimu akan mulai menari-nari memasuki peradaban dunia maya. 

Melalui media sosial, jembatan menuju ke dunia maya bisa terhubung dengan begitu mudahnya. Begitu banyak aplikasi media sosial yang tetap eksis hingga sekarang. 

Seperti halnya Facebook, Twitter yang telah berevolusi menjadi X, Instagram, hingga TikTok.

Bisa dikatakan, kegiatan berselancar di media sosial ini begitu menyenangkan dan mengasyikan. 

Tanpa terasa, waktu terus mengalir mengikuti perputaran dunia. Satu detik berselang, satu menit terlewati, hingga satu jam telah jauh terlampaui. 

Ilustrasi berkunjung ke dunia maya | sumber: iteba.ac.id
Ilustrasi berkunjung ke dunia maya | sumber: iteba.ac.id

Bahkan, melalui aktivitas berselancar pada dunia maya, kamu bisa mendapatkan begitu banyak asupan informasi yang bisa dikonsumsi. 

Di mana setiap menitnya, kemungkinan informasi terbarukan bisa berputar dan berganti dengan begitu cepatnya. 

Bagaikan menembus ruang dan waktu dalam sekejap. Sesaat informasi yang ingin kamu ketahui bisa tampil di hadapanmu hanya dengan kedipan mata. 

Namun ternyata, akses perputaran informasi yang begitu cepat, terkadang, menimbulkan kesulitan bagi para penduduk bumi untuk mengetahui kebenaran dari informasi yang telah melalang buana tersebut. 

Bahkan terkadang, informasi yang berkaitan dengan kata "fakta" dan kata "hoax", bisa bertemu di satu titik secara bersamaan di dalam peradaban dunia maya. 

Pernahkan kamu, di saat sedang menjelajahi sebuah informasi, pandanganmu malah teralihkan pada sebuah berita yang sedang menggemparkan insan penghuni planet bumi, dengan berbagai macam isu-isu yang tengah dihadapi para penduduknya. 

Dari judul yang ditampilkan, bagaikan clickbait yang telah menarik perhatianmu untuk menelusuri laman berita tersebut. 

Akan tetapi, semakin kamu hanyut dalam bacaan berita itu, penjelasan yang ada malah cenderung negatif dan lebih memfokuskan pada pernyataan-pernyataan yang terkesan "menakuti" para pembaca. 

Ilustrasi doomscrolling | sumber: fadami.indozone.id
Ilustrasi doomscrolling | sumber: fadami.indozone.id

Meskipun demikian, kamu malah tetap tertarik untuk terus menerus menggali informasi yang ada. 

Bahkan, kamu sendiri tidak segan-segan mencari lagi berita yang sama di berbagai akun media sosial ataupun laman website yang tersedia. 

Pertanyaannya, bagaimana bisa nalurimu terus menerus "mau" menelusuri berita tersebut, padahal isi yang disampaikan malah cenderung negatif dan bisa dikatakan berita buruk. 

Pada dasarnya, sangat wajar apabila penduduk bumi ingin mengetahui berbagai macam isu yang sedang beredar, namun apabila dilakukan secara berlebihan, bukankah itu merupakan sesuatu yang tidak akan baik kedepannya? 

Menurut Thea Gallagher, PsyD, Clinic Director di Pusat Perawatan dan Studi Kecemasan di Perlman School of Medicine, Universitas Pennsylvania, kepada Health.

"Orang-orang mempunyai pertanyaan, mereka menginginkan jawaban dan berasumsi bahwa mendapatkannya akan membuat mereka merasa lebih baik", katanya. "Kamu terus menggulir dan menggulir. Banyak yang berpikir hal ini akan membantu, namun mereka akhirnya merasa lebih buruk setelahnya". 

Ilustrasi doomscrolling | sumber: grid.id
Ilustrasi doomscrolling | sumber: grid.id

Dengan kamu terlalu banyak mengonsumsi semua berita buruk (cenderung negatif) yang tersebar pada dinding dunia maya, tidak menutup kemungkinan, akan menimbulkan ketakutan serta kecemasan di dalam dirimu dan ini mengarah kepada doomscrolling. 

Dilansir dari kompas.com bahwa doomscrolling merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan kecenderungan untuk terus-menerus menelusuri media sosial, terutama perihal berita negatif. 

Menurut psikolog klinis dari Cleveland Clinic, Susan Albers, banyak orang melakukan doomscrolling karena kebutuhan mereka, untuk mendapatkan informasi yang dapat mengonfirmasi perasaan mereka.

Terlebih lagi bila kamu hanya menyerap berita secara asal dari dunia maya. Akibat ulahmu tersebut, doomscrolling datang dan menghampirimu. 

Bukan tidak mungkin, bila hasil dari doomscrolling yang kamu lakukan tersebut akan mengganggu aktivitasmu sehari-hari. Efek samping dari penyerapan berita buruk, terlebih lagi tidak bisa dibuktikan kebenarannya. 

Maka dari itu, sebagai penduduk dunia nyata yang sedang berkunjung ke dunia maya, kamu harus bisa mengendalikan dirimu dengan sebaik mungkin, seperti: 

1. Selektif dalam memilih informasi 

Selektif dalam memilih informasi | sumber: liputan6.com
Selektif dalam memilih informasi | sumber: liputan6.com

Mendapatkan sebuah informasi di dunia maya bisa dikatakan sangatlah "cepat". Dengan menggunakan kata kunci yang "tepat", berbagai macam laman website dari berbagai sumber ataupun akun media sosial yang menyajikan berita terhangat, akan muncul dihadapan matamu dalam sekejap. 

Maka dari itu, selektiflah dalam memilih informasi yang ingin kamu telan, pilihlah informasi dari situs yang terpercaya. Di mana bukti kebenarannya tidak perlu diragukan lagi. 

Agar kamu tidak terlalu banyak mengonsumsi informasi yang beredar di dunia maya. Terlebih lagi bila kebenarannya masih sangat diragukan, apalagi bila informasi tersebut lebih dominan berisikan berita yang cenderung negatif. 

2. Batasi kunjungan ke dunia maya 

Batasi kunjungan ke dunia maya | sumber: cnnindonesia.com
Batasi kunjungan ke dunia maya | sumber: cnnindonesia.com

Berselancar di dunia maya sangat sah-sah saja bila dilakukan, tidak ada yang melarang. Namun, kamu harus bisa mengendalikannya dengan sebaik mungkin. 

Dengan cara memberikan batasan dalam aktivitasmu pada media sosial. Seperti halnya penggunaan waktu, yang bisa kamu minimalisir seefisien mungkin, agar kamu tidak menjadi kecanduan.

Jangan sampai aktivitasmu lebih dominan dilakukan di dunia maya daripada di dunia nyata. Terlebih lagi bila informasi yang kamu telusuri di dalam media sosial/website malah tidak memberikan manfaat. Kan sayang waktunya jadi banyak habis terbuang.

3. Menonaktifkan notifikasi 

Menonaktifkan notifikasi | sumber: riaureview.com
Menonaktifkan notifikasi | sumber: riaureview.com

Ketika kamu sudah memahami bahwa adanya batasan kunjungan ke dunia maya, kamu harus mulai dengan menonaktifkan push notification yang bisa mengganggu konsentrasimu. 

Di mana push notification memang digunakan oleh suatu aplikasi untuk mengirimkan berbagai macam pesan ke pengguna, pastinya. 

Dan kamu sendiri sebagai pengguna, tidak akan heran apabila di layar gadget-mu akan muncul berbagai macam pesan notifikasi, seperti halnya ketika ada informasi terbaru (update).

Kenapa push notification harus dinonaktifkan? Karena sebagian besar insan penghuni planet bumi (meskipun tidak semuanya), akan segera mengecek gadget-nya ketika ada bunyi khas notifikasi yang masuk. Bukankah begitu? Hayo lho, siapa yang suka kayak gini. 

Menonaktifkan push notification, itu hampir sama dengan memanfaatkan fitur mute. Agar pesan notifikasi tersebut tidak wara-wiri lagi di layar gadget milikmu. Selain itu, biar kamu ga terlalu sibuk ngecek gadget saat ada notifikasi gitu lho. 

4. Pahami tujuan kunjunganmu 

Pahami tujuan kunjunganmu | sumber: titiknol.co.id
Pahami tujuan kunjunganmu | sumber: titiknol.co.id

Penting bagimu memahami tujuan awal berkunjung ke dunia maya. Misalnya, ketika itu kamu berniat untuk mencari informasi yang berkaitan dengan berita A. 

Setelah membaca dan memperoleh berita A dari akun media sosial yang memiliki laman website yang terpercaya, serta semua informasi yang dibutuhkan dirasa cukup, ada baiknya, kamu segera menyudahi kunjunganmu di dunia maya dan kembali pulang ke dunia nyata. 

Hal ini dilakukan, agar kamu lebih cermat dan hati-hati dalam menyerap sebuah informasi yang memang "kamu butuhkan", agar kamu tidak hanyut dalam derasnya informasi yang "tidak kamu butuhkan". 

5. Manfaatkan waktu yang ada 

Manfaatkan waktu yang ada | sumber: iteba.co.id
Manfaatkan waktu yang ada | sumber: iteba.co.id

Poin kelima ini juga masih berkesinambungan dengan poin kedua dan seterusnya. Ketika kamu memahami batasan-batasan dalam berkunjung ke dunia maya, tentu saja itu sangat menguntungkan. 

Sehingga kamu bisa mengendalikan dirimu dengan baik, agar fokusmu tidak hanya sebatas pada gawai. Kehidupanmu di dunia nyata harus terus berlanjut, hiruk pikuk kehidupan harus terus berjalan. 

Sebagai salah satu insan penghuni planet bumi, kamu harus bisa memanfaatkan waktu yang ada, agar bisa digunakan dengan sebaik mungkin di dunia nyata, tempat yang sebenar-benarnya kamu tinggali. 

Kamu masih butuh yang namanya refreshing di dalam hidupmu, mulai dari me time hingga quality time. Agar kamu tidak menghabiskan waktu hanya untuk berselancar tanpa tujuan di peradaban dunia maya. Don't waste your time.

Mendapati penjelasan pada kelima poin di atas, seharusnya kamu sudah memiliki gambaran dan mulai memahami cara mengendalikan dirimu. Agar tidak terjebak dalam lingkaran doomscrolling. 

Perlu diperhatikan, jangan terlalu keseringan lirik sana--lirik sini terkait berbagai macam informasi yang beredar di dunia maya, karena semuanya tidak mesti kamu ketahui, terkadang ketidaktahuan juga baik. Bukan berarti kamu tidak tahu apa-apa, ya. 

Membatasi penerimaan informasi itu sangat baik dilakukan (jika perlu). Karena pada dasarnya, tidak semua informasi yang ada harus kamu konsumsi, terkadang kamu juga membutuhkan batasan tersebut. 

Mulai dari memahami mana berita yang layak kamu baca dan mana berita yang harus kamu hindari. 

Maka dari itu, bijaklah ketika menjadi pengunjung dunia maya dan lebih bijak lagi dalam menyerap berbagai macam informasi/berita yang naik ke permukaan, karena tidak harus semuanya kamu konsumsi.

Mengonsumsi berbagai macam makanan saja tidak boleh berlebihan, apalagi bila mengonsumsi informasi/berita yang beredar. Tetap ada batasannya. 

Segala sesuatu yang berlebihan, apapun itu, nyatanya tidaklah baik bila dilakukan. Bukankah begitu? 

Happy weekend, guys! 

Sumber: 1, 2, dan 3 

Thanks for reading  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun