Ditambah lagi dengan caption yang menghiasi latar belakang pemandangan tersebut. Saat kamu sedang menjadi penikmat konten, tanamkan kepada dirimu untuk saling menghargai.Â
Jangan sampai kamu "asal" memberikan komentar, terlebih lagi bila komentar yang kamu tampilkan terkesan bernilai sangat negatif, bahkan memojokkan.Â
Misalnya, "tatanan bahasa lo di caption berantakan banget, buat mata gue ga nyaman bacanya"Â atau "reels video lo kagak rapi, transisinya keliatan banget, ga natural asli, masih acak-acakkan ini mah".Â
Eh, kamu itu siapa lho berkomentar terlalu pedas. Berhentilah menjadi netizen yang maha benar dengan segala komentar.Â
Kamu tidak akan pernah tahu, bagaimana perjuangan si pembuat konten demi menciptakan hasil karya yang maksimal, karena kamu hanyalah sebatas penonton.Â
Hargailah setiap usaha yang telah dilakukan oleh seseorang. Gunakanlah tutur kata yang baik dan apabila kamu ingin mengoreksinya bisa dilakukan secara personal (direct message, misalnya), tanpa mem-bully-nya di depan publik.Â
Apabila di dunia nyata sosok yang kejam terlihat dari lidah yang tajam, sementara di dunia maya sosok yang kejam malah terlihat dari jari jemari yang tajam. Tampak diam di dunia nyata, namun bergerak aktif di dunia maya.Â
Sekali kamu mengetikkan sesuatu hal dengan tatanan bahasa yang kasar, hingga menyakiti hati serta perasaan orang lain, di saat itulah, kamu sudah menciptakan rekam jejak yang baru.Â
Mungkin, pada saat mengetiknya kamu merasa bangga dengan komentar absurd-mu itu, karena merasa paling benar.Â
Namun siapa yang tahu, komentarmu yang telah lalu malah bisa menjadi boomerang bagi dirimu sendiri di kemudian hari. Karena jejak digital takkan pernah tenggelam.Â
4. Jangan jadi pencuri karyaÂ