Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Self Esteem", Sebuah Seni Menghargai Diri Sendiri

2 September 2023   21:50 Diperbarui: 3 September 2023   11:20 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karir | sumber: osca.co.id

Self esteem, rangkaian kata yang memberi sugesti agar lebih menghargai "dirimu sendiri". Semuanya bermula dari "kamu". Apakah kamu akan menciptakan high self esteem, ataukah malah terjerumus pada low self esteem. Adakah solusi yang bisa dilakukan demi mencapai healthy self esteem? 

Sebagai salah satu makhluk penghuni planet bumi, kehidupan yang terjadi di dunia ini, pastinya, diisi dengan berbagai macam cerita.

Warna-warni kehidupan akan menghiasi alur yang terjadi dan ini tidak akan sama di setiap makhluknya, karena para penghuni bumi telah memiliki jalan cerita hidupnya masing-masing. 

Kamu dan temanmu, yang berada di satu tingkatan perguruan tinggi yang sama, tidak akan memiliki alur kehidupan yang sama. Meskipun kalian satu angkatan dan berasal dari jurusan yang sama, serta memiliki rencana yang sama. 

Ilustrasi wisuda | sumber: timesindonesia.co.id
Ilustrasi wisuda | sumber: timesindonesia.co.id

Sederhananya, di saat hari bahagia itu tiba, toga wisuda yang sudah menempel dengan begitu indah, slayer dan gordon yang telah bersanding menghiasi leher jenjangmu. Serta sebuket bunga menambah senyum indah yang terkembang di wajahmu. 

Pada hari itu, kamu dan teman-teman seangkatanmu telah dinyatakan lulus, di mana kamu mendapatkan predikat cumlaude dengan begitu membanggakan. 

Wishlist-mu selanjutnya adalah menjadi bagian dari salah satu perusahaan ternama milik negara. Planning-mu terhadap jenjang karier telah dipikirkan sebelum menyandang gelar sebagai alumni. 

Ilustrasi karir | sumber: osca.co.id
Ilustrasi karir | sumber: osca.co.id

Bayangan akan id-card yang terjuntai menghiasi lehermu, serta seragam kebanggaan perusahaan yang akan kamu kenakan, telah berkeliaran mengisi imajinasi di dalam kepalamu. 

Bahkan, kamu tak segan-segan memperhatikan para insan perusahaan tersebut dari media sosial, dunia maya telah membantumu melihat tentang aktivitas perusahaan yang telah kamu dambakan tersebut. Tekadmu semakin bulat, untuk menjadi bagian dari insan perusahaan itu. 

Namun, harapan untuk menjadi bagian dari perusahaan ternama milik negara, tidak serta merta "hanya" impianmu semata.

Karena teman seangkatanmu, sebagian besar telah memiliki rencana yang sama. Berbagai macam persiapan sejak jauh-jauh hari telah dilakukan. 

Ilustrasi recruitment | sumber: kompas.com
Ilustrasi recruitment | sumber: kompas.com

Hari yang dinanti pun tiba, rangkaian proses recruitment telah kamu jalani. Mulai dari seleksi administrasi, tes intelegensi, tes akademis dan bahasa inggris, tes kesehatan (medical check up), wawancara dan pengumuman final. 

Hingga pada akhirnya, kamu berhasil melewati tahapan demi tahapan dan telah sampai pada sesi wawancara, kamu sangat optimis dalam menikmati setiap prosesnya. 

Selama mengikuti seleksi tersebut, kamu tidak pernah absen berdoa kepada-Nya, memohon petunjuk dari-Nya, apabila pekerjaan ini memang yang terbaik untukmu, maka permudahkanlah dan jadikanlah sebagai salah satu peserta yang lulus. 

Kamu tahu, seleksi ini juga diikuti oleh salah satu temanmu dari jurusan yang sama. Kalian berdua pun mengambil profesi yang sama, yakni engineering officer. 

Bahkan, teman-teman yang berasal dari fakultas lain pun ikut serta meramaikan seleksi tersebut. 

Hari yang ditunggu pun tiba, kamu sudah duduk di depan meja laptop, jari jemarimu mulai menari-nari diatas keyboard, memasukan nama email serta password sebagai identitas pelamar. 

Ilustrasi seorang perempuan yang sedang fokus dengan laptopnya | sumber: id.pngtree.com
Ilustrasi seorang perempuan yang sedang fokus dengan laptopnya | sumber: id.pngtree.com

Kamu telah berhasil berada di tahapan wawancara, setelah tahapan ini dilalui memang hanya akan ada dua kemungkinan, "lulus ataupun tidak lulus". 

Karena para peserta yang masuk hingga ke tahap wawancara, tidak serta merta mengantarkannya langsung diterima pada perusahaan tersebut, di mana masih ada tahap penyaringan pada pengumuman final. 

Harap-harap cemas, kamu langsung menekan menu login tepat di pukul 00.00, sesaat pergantian jam menuju ke hari esoknya dan "deg", kamu hanya bisa terdiam dan terpaku. Bibirmu terasa keluh. 

Rangkaian kata berwarna merah membentuk sebuah kalimat yang tidak kamu harapkan, "terima kasih atas partisipasi anda dalam program ABC batch 2, maaf anda dinyatakan tidak lulus pada bidang profesi tersebut".

Matamu terasa memanas dan butiran air mata sukses membasahi pipi. Sesaat kemudian handphone-mu berdering, temanmu yang ikut serta pada seleksi tersebut menanyakan hasil yang kamu terima. 

Ilustrasi seseorang yang sedang menangis | sumber: liputan6.com
Ilustrasi seseorang yang sedang menangis | sumber: liputan6.com

Berbeda dengan dirimu, temanmu dinyatakan lulus dan akan otomatis mengikuti OJT (On the Job Training) selama 3 bulan ke depan. 

Seketika itu, kamu menghardik dirimu atas kegagalan yang kamu peroleh, "hmmm...gue ternyata kurang pinter, kenapa ga bisa lulus sih, kenapa bodoh banget gini sih". 

Atau mungkin, dengan spontanitas kamu mengumandangkan kalimat yang seharusnya tak perlu diucapkan,"kenapa loh bisa lulus sih, sementara gue malah sebaliknya, kenapa dunia bagaikan tak adil", sebutir air mata kembali sukses membasahi pipimu.

Padahal jauh sebelum kegagalan pada tes ini, kamu adalah orang yang paling optimis. Namun kenapa, baru terjadi sebuah kegagalan, kamu merasa dunia seakan-akan runtuh karenanya. 

Ilustrasi self esteem | sumber: markgoulston.com
Ilustrasi self esteem | sumber: markgoulston.com

Maka dari itu, penting bagi kamu untuk lebih bisa menghargai diri sendiri, penting bagi kamu untuk lebih "legowo" dan ini menjurus pada self esteem. 

Dilansir dari gramedia.com bahwa self esteem merupakan sebuah pikiran, perasaan dan pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri. 

Kesehatan self esteem ini ditentukan oleh seberapa kamu bisa percaya dengan diri sendiri, mencintai diri sendiri, mengapresiasi diri sendiri dan menghargai diri sendiri. 

Mendapati sekilas kasus di atas, penting bagi kamu untuk bisa menerima dengan tulus semua kekurangan, ataupun kelebihan yang kamu miliki. Serta menerima dengan ikhlas setiap takdir yang telah digariskan untukmu. Dengan demikian, kamu akan mempererat ikatan self esteem. 

1. Berusahalah semampumu 

Berusahalah semampumu | sumber: pintek.id
Berusahalah semampumu | sumber: pintek.id

Tugas seluruh insan penghuni planet bumi adalah dengan berdoa, serta berusaha semampu yang bisa kamu lakukan (semaksimal mungkin). Untuk hasilnya, serahkan kepada-Nya. 

Terkadang, ekspektasi tidak sesuai dengan realita, seperti pada kasus di atas, ketika keinginanmu untuk menjadi salah satu insan di perusahaan milik negara belum terwujud, itulah jalan takdir yang telah ditentukan untukmu. 

Dan ketika hasilnya menyatakan bahwa kamu belum diterima oleh perusahaan tersebut, memang itulah yang terbaik. 

Jangan berlarut-larut dalam kesedihan yang mendalam, memang sudah kodratnya manusia, apabila dirinya sedang merasa kecewa, akan timbul kesedihan. Namun, jadikan itu semua sebagai motivasi. 

Bahwa tempat terbaikmu untuk bekerja memang bukanlah disana. Baik untuk orang lain, belum tentu baik untuk dirimu. Bukankah begitu? 

Dengan demikian, kamu akan lebih mencintai dirimu sendiri dan menerima semua hasil dengan lapang dada. 

2. Berhentilah berkeluh kesah 

Berhentilah berkeluh kesah | sumber: fimela.com
Berhentilah berkeluh kesah | sumber: fimela.com

Ketika kamu telah berusaha dengan semaksimal mungkin yang bisa kamu lakukan. Seharusnya, kamu tidak perlu berkeluh kesah, ataupun menciptakan negative self talk, seakan-akan kamu tidak menghargai dirimu sendiri. Alias tidak peduli. 

Seperti pada kasus di atas, kamu mengucapkan sebuah kalimat penghakiman kepada dirimu, "hmmm...gue ternyata kurang pinter, kenapa ga bisa lulus sih, kenapa bodoh banget gini sih".

Secara tak langsung, kamu tidaklah menghargai diri sendiri, low self esteem merasuki pikiranmu. 

Apakah ini layak kamu katakan kepada dirimu sendiri? Padahal selama proses seleksi, kamu sudah bisa bertahan hingga tahap wawancara, semuanya sudah kamu kerahkan dengan semaksimal mungkin. 

Dengan kamu berkeluh kesah, dengan kamu menyalahkan keadaan, apakah semuanya akan berubah? Sudah pasti tidak. 

Maka dari itu, janganlah kamu hardik dirimu sendiri oleh perkataanmu, sehingga menimbulkan low self esteem. 

Bukan tidak mungkin bila kamu akan semakin terpuruk, dengan sugesti buruk yang telah diciptakan tersebut. 

Bukankan lebih baik kamu mengucapkan kalimat yang lebih bernilai positif, "gue sudah berusaha dengan semampu yang gue bisa, inilah hasilnya, gue bukan gagal, tetapi ini adalah salah satu proses untuk gue lebih kuat dan lebih sukses lagi". 

Sehingga akan tercipta high self esteem. Kalimat positif bisa memberikan energi positif, lho. 

3. Bersyukurlah terhadap hasil yang didapatkan 

Bersyukurlah terhadap hasil yang didapatkan | sumber: qubisa.com
Bersyukurlah terhadap hasil yang didapatkan | sumber: qubisa.com

Poin ketiga ini bagaikan mengunci poin kedua, agar kamu tidak semakin terpuruk dengan keluh kesah yang kamu rasakan. 

Dengan selalu bersyukur, akan menjadikanmu sebagai insan planet bumi yang lebih berlapang dada, dalam menerima apapun yang sudah digariskan untukmu. 

Seperti halnya pada kasus di atas, di saat kamu menjalani proses seleksi, kamu tidak henti-henti berdoa kepada-Nya, agar diberikan yang terbaik. 

Bukankah semuanya sudah kamu ikhtiarkan, kamu telah memintanya lewat doa kepada yang Maha Baik, maka yang Maha Baik hanya akan memberikan yang terbaik untukmu. 

Sang maha pencipta tahu masa depan, sementara kamu hanya berpikir jangka pendek. Boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu. 

Nah, dengan tidak diterimanya kamu di dalam perusahaan tersebut, bisa jadi, tempat tersebut tidak memiliki kemaslahatan yang baik untukmu. 

Bisa jadi karena lingkungan kerja yang toxic, serta sedikit/tidak ada sama sekali peluang bagimu di masa yang akan datang untuk dipromosikan. 

Itulah pentingnya menanamkan rasa syukur, sabar, serta keikhlasan di dalam hidup. Agar timbul ketenangan dan kedamaian di dalam jiwa. 

4. Beranilah untuk bangkit 

Beranilah untuk bangkit | sumber: yoursay.suara.com
Beranilah untuk bangkit | sumber: yoursay.suara.com

Experience is the best teacher. Semua pengalaman yang kamu lalui itu, adalah cerita hidup terbaik yang harus kamu hargai. 

Bisa jadi, semua itu akan membentukmu untuk menjadi lebih kuat lagi ke depannya, lebih ikhlas lagi terhadap hidup yang dijalani. 

Kegagalan yang kamu alami seperti pada kasus di atas, bukanlah sebuah bencana dan bukanlah akhir dari segalanya. Tapi ini adalah awal dari proses menuju kesuksesan. 

Apabila kamu langsung diterima tanpa sebuah proses dan tanpa sebuah upaya pada perusahaan ternama yang kamu idam-idamkan itu, bukankah, kamu tidak akan pernah merasakan bagaimana indahnya sabar, indahnya menanti dan indahnya berjuang demi sebuah kesuksesan. 

Itulah penting bagimu, untuk lebih bisa menghargai apapun yang telah kamu usahakan dan kamu dapatkan. 

Apabila dirimu tidak lagi menghargaimu, bagaimana bisa kamu akan membentuk kebahagiaan di dalam hidupmu. Semuanya berada di dalam genggamanmu. 

Dan jangan pernah menciptakan social comparison (dibaca: perbandingan hidup), agar kehidupan yang kamu jalan lebih bahagia. 

Karena nyatanya, proses kehidupan yang dijalani oleh setiap insan penghuni planet bumi tidak ada yang sama. Semuanya memiliki jalan hidup yang berbeda. 

Nikmatilah hidupmu, hargailah setiap perjuanganmu, cintailah dirimu, serta tanamkanlah kebahagiaan di setiap langkah kehidupan yang engkau jalani. 

Catatan: 

Penjelasan pada artikel ini, hanya difokuskan pada satu permisalan saja dan tidak bisa dijadikan patokan mutlak. 

Jangan pernah melakukan self diagnose, apabila kamu merasakan hal yang kurang baik terhadap dirimu, serta sudah melebihi batas kewajaran, ada baiknya, kamu berkonsultasi dengan ahlinya. 

Thanks for reading

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun