Kamu telah berhasil berada di tahapan wawancara, setelah tahapan ini dilalui memang hanya akan ada dua kemungkinan, "lulus ataupun tidak lulus".Â
Karena para peserta yang masuk hingga ke tahap wawancara, tidak serta merta mengantarkannya langsung diterima pada perusahaan tersebut, di mana masih ada tahap penyaringan pada pengumuman final.Â
Harap-harap cemas, kamu langsung menekan menu login tepat di pukul 00.00, sesaat pergantian jam menuju ke hari esoknya dan "deg", kamu hanya bisa terdiam dan terpaku. Bibirmu terasa keluh.Â
Rangkaian kata berwarna merah membentuk sebuah kalimat yang tidak kamu harapkan, "terima kasih atas partisipasi anda dalam program ABC batch 2, maaf anda dinyatakan tidak lulus pada bidang profesi tersebut".
Matamu terasa memanas dan butiran air mata sukses membasahi pipi. Sesaat kemudian handphone-mu berdering, temanmu yang ikut serta pada seleksi tersebut menanyakan hasil yang kamu terima.Â
Berbeda dengan dirimu, temanmu dinyatakan lulus dan akan otomatis mengikuti OJT (On the Job Training) selama 3 bulan ke depan.Â
Seketika itu, kamu menghardik dirimu atas kegagalan yang kamu peroleh, "hmmm...gue ternyata kurang pinter, kenapa ga bisa lulus sih, kenapa bodoh banget gini sih".Â
Atau mungkin, dengan spontanitas kamu mengumandangkan kalimat yang seharusnya tak perlu diucapkan,"kenapa loh bisa lulus sih, sementara gue malah sebaliknya, kenapa dunia bagaikan tak adil", sebutir air mata kembali sukses membasahi pipimu.
Padahal jauh sebelum kegagalan pada tes ini, kamu adalah orang yang paling optimis. Namun kenapa, baru terjadi sebuah kegagalan, kamu merasa dunia seakan-akan runtuh karenanya.Â