Tatapan matanya yang dulu begitu hangat, kini berubah menjadi sorotan mata yang penuh dengan kebimbangan.Â
Sulit bagi dia untuk mengungkapkan apa yang terjadi, dirinya takut bila kamu akan kecewa dan sedih atas apa yang terjadi. Namun semua itu harus tetap dilakukannya, agar kamu bisa mengetahui keadaan yang ada.
Tidak ada pilihan lain bagi dia selain menerima perjodohan yang telah ditentukan kepadanya, memilihmu ternyata tak bisa dilakukannya, memperjuangkanmu pun harus berakhir sudah.Â
Hingga akhirnya kisahmu dan dia harus terselesaikan. Sedihmu tak terkira, galaumu pun tak terhapuskan pada saat itu. Kamu ingin sekali membenci dia. Berkali-kali kamu lakukan namun tetap saja tidak bisa.Â
Jarak dari kamu dan dia begitu jauh, tak ada jembatan yang bisa menghubungkannya. Pada ujungnya, berperilaku acuh tak acuh, berperilaku tak saling mengenal pun kalian berdua lakukan.Â
Namun tetap saja, perasaan cinta di hati yang tulus tak semudah itu kamu abaikan, kata "move on dan ikhlas" hanya mampu terucap lewat mulut, namun tak mampu terealisasi lewat tindakan.Â
Kecewamu pada dia begitu dalam. Kamu menyesal pernah berkenalan dengannya dan menyesal pernah menaruh perasaan cinta padanya (dulu), bila dia sendiri tidak bisa memperjuangkan cintanya dan lebih pasrah pada perjodohan.Â
Orang-orang disekitarmu pun mulai memberikan semangat, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tidak perlu kecewa terlalu dalam. Ikhlaskanlah.
"Come on Sania, masih banyak diluar sana yang berharap bisa bersama lo, you can do it. Gue yakin lo pasti bisa mengikhlaskan Rusy, San", ucap Ladiva sambil memeluk Sania.Â
Sania yang mendengar ucapan Ladiva hanya bisa tersenyum dan mengatakan "iya", namun tetap saja kecewa Sania pada Rusy masih melambung tinggi.