Kedua, memperbanyak introspeksi diri. Poin kedua ini merupakan kelanjutan dari poin pertama, di mana keduanya saling berkesinambungan membentuk satu kesatuan yang utuh.
Ketika kamu berhasil menghilangkan sifat iri kepada orang lain, secara tidak langsung kamu sendiri akan mulai mengintrospeksi diri.Â
Kamu bisa memulai instropeksi diri dengan cara yang lebih sederhana, tetap difokuskan pada ilustrasi di atas.Â
Apabila Maselia memiliki pemikiran yang jernih dan mampu mengintrospeksi diri dengan baik, seharusnya, Maselia tidak perlu menciptakan kata iri kepada Laura.Â
Bila Maselia mampu melihat bagian positifnya, seharusnya, Maselia bisa belajar dari kesuksesan Laura.Â
Mulai dari melihat kinerja Laura, hingga melakukan pengamatan terhadap gaya bekerjanya, ini serta merta dilakukan sebagai jalan motivasi untuk mendapatkan kesuksesan yang sama tanpa harus menjatuhkan orang lain.Â
Dan bukan pula dipraktikkan layaknya copycat (di-copy lalu di-paste, untuk lebih lanjutnya bisa dibaca di sini) yang dengan mudahnya melakukan tindakan yang sama tanpa ada unsur pembeda.Â
Konsepnya tidaklah demikian, karena introspeksi yang kamu lakukan lebih cenderung memperbaiki diri ke arah yang lebih baik lagi, dengan bantuan objek sasaran yang kamu tunjuk sebagai acuan utamanya.
Ketiga, setiap insan di dunia ini mempunyai porsinya masing-masing. Bila diperhatikan secara kasat mata, porsi yang dimiliki oleh seseorang yang satu dengan yang lainnya akan cenderung berbeda.Â
Misalnya, A dan B memiliki jabatan yang sama di dalam suatu perusahaan. Namun, porsi hidup yang dijalani oleh A dan B cenderung berbeda.Â
Sebelum A dan B berada di level tersebut, jalan kesuksesan yang mereka dapatkan bisa dikatakan juga berbeda (ya memang berbeda).