Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Fenomena Di-"follow" lalu Di-"unfollow", Haruskah Tindakan Ini Dilakukan?

7 Agustus 2021   14:45 Diperbarui: 8 Agustus 2021   06:38 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi di follow lalu di unfollow | sumber: technext.ng

Fenomena di follow lalu di unfollow pada dunia maya, bisa menimbulkan kerenggangan di dunia nyata bagi keduanya, benarkah hubungan aksi (follow) dan reaksi (unfollow) tersebut akan terjadi? 

Kemajuan teknologi yang terus menerus berkembang di setiap generasinya, mampu membuat para penduduk bumi ikut merasakan kenikmatan dari teknologi tersebut.

Salah satunya, dengan semakin mudahnya akses untuk berkomunikasi. Meskipun terhalang oleh jarak yang sangat jauh, komunikasi tetap bisa dilakukan.

Ketika dunia telah memasuki fase generasi alpha seperti sekarang ini, dan era digital semakin berkembang pesat, komunikasi pun bisa dilakukan melalui perantara media sosial. 

Fitur yang hadir di media sosial terbilang cukup banyak dan lengkap, akses yang mudah serta biaya yang lebih murah (menggunakan jaringan internet), membuat penduduk bumi lebih memilih berkomunikasi melalui media sosial.

Yakni dengan memanfaatkan fitur direct message, fitur yang satu ini sangat berkesinambungan dengan fitur following dan follower yang tersedia pada bagian profil media sosial. 

Lho emang ada hubungannya? Tentu saja ada...

Sebagian besar media sosial (tidak semuanya) memberikan batasan dalam mengirimkan pesan, terutama yang berkaitan dengan personal chat pada direct message. 

Sehingga mengharuskan para pemilik akun media sosial tersebut harus "saling mengikuti" terlebih dahulu, agar bisa berkomunikasi melalui fitur direct message. 

Ilustrasi media sosial Twitter | sumber: kumparan.com
Ilustrasi media sosial Twitter | sumber: kumparan.com
Untuk memfokuskan pada suatu pembahasan, dipusatkan pada fitur media sosial Twitter. Salah satu media sosial yang lebih dominan hadir dengan rangkaian kata yang menghiasi timeline para penggunanya, begitulah Twitter lebih dikenal. 

Twitter merupakan media sosial dan mikroblog daring yang memungkinkan para penggunanya untuk mengirim pesan, ataupun membaca pesan dalam bentuk teks, dan ini dikenal dengan tweet/kicauan. 

Terkait fitur following dan follower yang ada di dunia maya, pernah saya sampaikan melalui artikel mute vs block, bisa di klik disini.

Bahwa, following dan follower yang berada di dunia maya bisa dikatakan sama dengan dunia nyata. Pengisian fitur following dan follower tersebut bisa dari teman-teman sekitar. 

Sederhananya, ketika dirimu membuat suatu akun di media sosial (termasuk Twitter), secara otomatis following dan follower yang kamu miliki akan berada di angka "0". 

Untuk memecahkan angka 0 tersebut, tentunya kamu harus mengisi following dan follower tersebut, bukan? 

Langkah pertama yang akan kamu lakukan pasti mencari akun teman-teman yang kamu kenal, ini sudah mutlak dilakukan. 

Sudah terlihat secara jelas, bahwa pengisian fitur following dan follower tersebut lebih dominan diisi oleh teman-teman yang dikenal oleh pemilik akun tersebut. 

Kecuali, dirinya merupakan orang yang sangat terkenal dan berpengaruh di dunia ini, tentu saja followers yang ditampilkannya tidak akan ternilai.

Ilustrasi di follow lalu di unfollow | sumber: onlinehelpguide.com
Ilustrasi di follow lalu di unfollow | sumber: onlinehelpguide.com

Namun, ada fenomena yang unik terkait fitur following dan follower pada media sosial selain dari akses komunikasinya, yakni, fenomena di follow yang kemudian di unfollow. 

Terkesan sepele namun sangat berbekas bagi objek sasarannya...

Bisa dikatakan, fitur following dan fitur follower tidak terlalu terekspos di media sosial, seperti halnya fitur reply, fitur retweet ataupun fitur like.

Dimana ketiga fitur tersebut akan mudah diakses dan dilihat oleh para penghuni dunia maya ketika tweet-mu melalang buana hadir di timeline. 

Ada cara sederhana untuk mengetahui bahwa kamu telah mengalami fenomena ini (di follow lalu di unfollow), terlebih lagi bila yang melakukannya merupakan orang yang dikenal, dudududu rasanya seperti lemon...

Hal pertama yang paling nyata terlihat ketika mendapati fenomena tersebut adalah dengan berkurangnya jumlah follower, namun following tidak mengalami perubahan. 

Tapi tunggu dulu, jangan langsung berpikir negatif, bisa jadi, hilangnya satu follower disebabkan karena ada akun yang sedari awal mengikuti kamu, namun tidak pernah kamu ikuti balik (follow back), dan tiba-tiba berhenti mengikutimu. 

Karena pada umumnya (tidak semuanya), jumlah follower akun di jagat dunia maya lebih banyak ketimbang jumlah following dari akun tersebut. Baik orang yang memang terkenal ataupun tidak. 

Setelah menerapkan langkah pertama, lanjut ke tahap selanjutnya, yakni, dengan membuka fitur following.

Pada media sosial Twitter, fitur following dan fitur follower telah dilengkapi dengan tanda khusus yang terletak pada bagian kiri atas nama pengguna, apabila akun tersebut memang mengikuti akun yang kamu miliki. 

Tanda tersebut berbunyi, "mengikuti anda", sehingga mempermudah kamu untuk mengetahui siapa saja yang masih mengikuti akun yang kamu miliki, begitu pula sebaliknya. 

Apabila ada salah satu akun pada fitur following yang kamu miliki tidak mempunyai tanda "mengikuti anda", sudah bisa dipastikan kamu telah di unfollow oleh yang bersangkutan, apabila awalnya kamu saling berteman pada media sosial Twitter.

Ilustrasi di follow lalu di unfollow | sumber: ox.ac.uk
Ilustrasi di follow lalu di unfollow | sumber: ox.ac.uk

Mungkin baginya, kamu tidaklah penting sehingga harus dihilangkan dari timeline-nya, nah lho, padahal masih bisa di mute tanpa harus di unfollow apalagi di block.

Itulah keunikan dari media sosial, meskipun para penciptanya telah menerapkan beberapa aturan, seperti halnya...

"Ketika berhenti mengikuti ataupun memblokir akun yang bersangkutan, para pemilik akun yang dituju tidak akan pernah mendapatkan notifikasi apapun, sehingga privasi yang nge-unfollow ataupun nge-block tidak akan pernah terpublikasi".

Namun semua itu bisa ditepis dengan sangat mudah, jangan dikira bahwa akun yang telah berhenti kamu ikuti, serta yang telah kamu blokir tidak akan pernah mengetahui hal demikian.

Itu hanya menurutmu, karena nyatanya, penghuni dunia maya lebih cepat bergerak menjadi mata-mata untuk mendapatkan sebuah informasi. 

Sangat mudah bagi yang bersangkutan untuk memantau siapa saja yang diikutinya, dan siapa saja yang mengikutinya. Begitu pula sebaliknya. 

Maka dari itu, cobalah berpikir lebih rasional dan logis terlebih dahulu, sebelum memutuskan untuk menerapkan fenomena ini (di follow lalu di unfollow). 

Apabila ingin menghindari seseorang, bisa mencari jalan tengah, setidaknya menggunakan fitur mute yang jauh lebih baik daripada berhenti mengikutinya. 

Ilustrasi di follow lalu di unfollow | sumber: technext.ng
Ilustrasi di follow lalu di unfollow | sumber: technext.ng

Karena tindakan tersebut akan menimbulkan sebuah dampak bagi objek sasarannya, seperti: 

Pertama, menimbulkan pertanyaan dan pernyataan spontanitas. Siapapun itu, pasti akan bertanya-tanya ketika mengetahui bila teman yang dikenalnya telah berhenti mengikuti akun yang dimilikinya (unfollow).

Meskipun akunnya sendiri masih tetap mengikuti akun yang telah berhenti mengikutinya tersebut. Berbagai macam pertanyaan akan silih berganti hadir menghiasi kepala yang bersangkutan.

  • Lho kok di unfollow, salahnya dimana? Kok kayak mau ngajak musuhan yaa..
  • Perasaan beberapa minggu lalu masih saling mengikuti deh, lho kok sekarang malah di unfollow, kejam sekali dikau, padahal kita saling mengenal...
  • Eh udah di unfollow ternyata, tanggung banget, sekalian aja di block...

Tiga pertanyaan dan pernyataan di atas memang sangat wajar bila hadir dan menghinggapi isi kepala seketika itu, mengetahui bila teman yang dikenalnya telah berhenti mengikutinya. 

Mungkin sebagian besar dari pembaca sekalian akan memberikan persepsi demikian, "yaelah, cuma di unfollow aja lebay banget, haus followers ya?"

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, follow dan unfollow merupakan hak masing-masing individu. 

Namun kasusnya akan berubah apabila keduanya saling mengenal, karena kesimpulan yang hadir akan memberikan sebuah jarak pemisah. 

Fyi, jangan di block... dengan memblokir sama saja kamu menutup seluruh akses komunikasi, terlebih lagi bila itu merupakan orang yang kamu kenal, karena semua itu terkesan lebih kejam.

Kedua, menghasilkan kerenggangan. Ini merupakan kelanjutan dari poin pertama, ketika objek sasaran telah mengetahui dirinya telah di unfollow, secara spontanitas dirinya pasti akan bertanya-tanya seperti yang telah dijelaskan pada poin pertama. 

Terlebih lagi bila akun yang telah berhenti mengikutinya tersebut merupakan teman yang dikenalnya. 

Kecewa sudah pasti, terasa aneh kenapa tiba-tiba di unfollow juga pasti dirasakan. Bukan tidak mungkin, objek sasaran yang telah di unfollow tersebut akan memberikan jarak kepada yang bersangkutan. 

Lho kok bisa? Tentu saja bisa, karena akun yang telah melepaskan pertemanan di dunia maya itulah yang telah memberikan contoh untuk meregangkan semua itu. 

Sederhananya, untuk apa yang bersangkutan menerapkan fenomena tersebut (di follow lalu di unfollow), bila bukan karena ingin segera menghindar. Bukankah begitu?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap insan di muka bumi ini tentunya memiliki haknya masing-masing, sehingga apabila kamu di unfollow oleh seseorang, ya biarkan saja, karena itu merupakan haknya. Bukan hakmu. 

Mau marah? Mau kecewa? Untuk apa, life must go on...

Maka dari itu, perlakukanlah seseorang sebagaimana engkau ingin diperlakukan. Begitu pula dalam penerapan fenomena ini, ketika diketahui telah di unfollow oleh seseorang, yowes unfollow balik biar balance, eh...

Thanks for reading

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun