Pocketing, salah satu tren kencan yang berkembang di era digital, kosakata ini tidak akan tercipta apabila pasangan tersebut telah berkomitmen sedari awal. Benarkah demikian?
Dunia percintaan memang memiliki berbagai macam sisi yang akan menjadi penghiasnya. Baik di zaman modern seperti sekarang ini, maupun ketika masih berada di zaman tradisionalis, alurnya tetap sama, yakni berlabuh di pelaminan. Bukankah begitu?
Terkadang, yang hanya menjadi pembedanya adalah cara bertemu dengan pujaan hati itu sendiri. Kisah yang dijalani akan berbeda di setiap insannya.Â
Ada yang dipertemukan tanpa sengaja, ada pula yang dipertemukan karena perjodohan, ada pula yang dipertemukan karena teman lama, dan semuanya bisa naik ke pelaminan.Â
Itulah bukti yang nyata bahwa proses dan perjalanan cinta setiap insan di muka bumi ini tidak pernah sama.Â
Ukuran panjang langkah kaki saja bisa berbeda di setiap orangnya, apalagi ukuran panjang cerita hidup yang akan dijalaninya, terlebih lagi mengenai urusan percintaan.
Sebelum seseorang melangkahkan kakinya ke pelaminan, dirinya pasti telah mengalami berbagai macam proses untuk meyakinkan hati.Â
Proses tersebut tentunya dimulai dengan saling berkenalan satu sama lain, memahami sifat masing-masing, berdoa kepada Sang Maha Kuasa untuk menyakinkan hati bahwa telah merasa yakin untuk meminangnya, hingga memperkenalkannya kepada keluarga serta orang-orang terdekat.Â
Akan tetapi, ada sebagian besar orang yang telah lama menjalin hubungan (konteks-berpacaran) namun belum memperkenalkan kekasih hatinya kepada keluarga, teman, ataupun orang terdekatnya.Â
Tindakannya tidak hanya sebatas pada dunia nyata saja, di dunia maya pun demikian, dirinya enggan menunjukkan kepada publik bahwa inilah "kekasih hatinya, pujaan hatinya".Â
Seakan-akan semuanya harus tertutup dengan rapat tanpa adanya lubang kebocoran akan kisah cintanya. Perilaku demikian dikenal dengan istilah pocketing. Lho kok bisa? Bisa aja sih (kayaknya) bila pocketer telah melaksanakan misinya...
Dilansir dari nbcnews.com bahwa pocketing lebih dari sekedar menghindari momen bertemu orang tua yang ditakuti. Seperti yang dijelaskan oleh psikolog dan pelatih kehidupan Ana Jovanovic, bagaikan tersembunyi dari pandangan di hampir semua aspek.Â
Pocketing merupakan situasi di mana orang yang dikencani menghindari atau ragu-ragu untuk memperkenalkan (someone special) kepada teman, keluarga, atau orang lain yang mereka kenal, secara langsung ataupun di media sosial.Â
"Meskipun sudah pergi keluar untuk sementara waktu, hubungan tampaknya tidak ada di mata publik", katanya.
Mungkin, ada sebagian besar dari kalian yang bertanya-tanya kenapa kosakata pocketing bisa menjadi ikut serta di dunia percintaan era digital.Â
Sederhananya, apabila kita perhatikan secara seksama, kata "pocketing" sama halnya dengan kata "mengantongi".Â
Logikanya, apabila kita sendiri mengantongi sesuatu pada kantong baju yang kita kenakan seperti halnya tisu, uang, kunci kendaraan, atau apapun itu yang bisa mengisi sebuah kantong.Â
Di saat kita menyembunyikan barang-barang tersebut di dalam kantong, "secara langsung" hanya kita sendirilah yang bisa mengetahui isi dari kantong tersebut.Â
Orang lain tidak akan bisa tahu, kecuali bila kita sendiri yang menceritakannya kepada orang lain mengenai isi dari kantong baju yang kita kenakan.
Sama halnya seperti pocketing di dunia percintaan, setiap orang tidak akan pernah tahu dengan kekasih yang bersangkutan apabila dirinya sendiri tidak memperkenalkan kepada publik bahwa "inilah kekasihnya".Â
Semua orang tidak akan pernah tahu termasuk orang-orang terdekatmu bila dirimu sendiri tidak pernah menceritakannya, begitulah kurang lebih alur cerita dari para pocketer.Â
Mari kita lakukan permisalan secara sederhana...
Dimas dan Alya telah menjalani hubungan (konteks-berpacaran) selama 8 tahun. Pelabuhan hati Dimas kepada Alya sejak dirinya jatuh hati ketika masih berada di bangku sekolah menengah atas.Â
Sekarang, keduanya telah sama-sama menyandang gelar sarjana dan telah bekerja. Kisah cinta mereka bisa dikatakan terlihat begitu bahagia.Â
Dimas terlihat begitu manis dan rupawan, begitu pula dengan Alya yang sangat cantik dengan lesung pipi menghiasi wajahnya.Â
Akan tetapi, kisah mereka menjadi penuh tanda tanya, karena Dimas menutup keberadaan Alya di seluruh dimensi, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.Â
Dimas tidak pernah memperkenalkan Alya dengan orang-orang terdekatnya. Dimas sangat tertutup akan hal ini.Â
Baikkah bila dibiarkan secara terus menerus? Bagaimana menurut kalian semua mengenai sikap Dimas yang telah melancarkan jurus pocketing kepada Alya? Secara tidak langsung, Dimas telah menjadi pocketer.
Maka dari itu, ketika berhadapan dengan para pocketer, ada baiknya lakukanlah solusi ini, agar tidak semakin terjerumus masuk ke dalam perangkapnya.Â
Pertama, jangan menjadi overthinking
Solusi pertama yang harus dilakukan adalah dengan berhenti menjadi overthinker. Dengan semakin kita overthinking, maka akan semakin banyak pernyataan dan pemikiran menghiasi kepala.Â
Terkadang, para overthinker akan memikirkannya secara berlebihan tentang kekasihnya yang belum pernah memperkenalkannya dengan teman, bahkan keluarganya.Â
Di media sosial pun, dirinya sangat enggan memberikan suara ke publik terkait hubungannya. Seperti halnya yang dilakukan oleh Dimas kepada Alya pada ilustrasi di atas.Â
Bukan tidak mungkin bila Alya akan menjadi seorang overthinker, karena selama 8 tahun menjalin cinta (berpacaran) dengan Dimas, Alya belum pernah diberitahukan secara publik.
Salah satu kunci utamanya hanyalah dengan berhenti menjadi seorang overthinker, agar kesehatan tidak terganggu dan pikiran menjadi lebih tenang. Bukankah begitu?
Kedua, menjadi mata-mata
Menjadi mata-mata di era digital seperti sekarang ini tidaklah sulit, asalkan, yang bersangkutan memang ingin mencari informasi dari objek sasarannya.Â
Berbagai macam cara bisa dilakukan di era digital, termasuk menjadi seorang pengintai demi kebaikan.
Alya seharusnya bisa menggali informasi secara mandiri dengan bantuan media sosial, karena tidak mungkin bila keduanya tidak berteman di dunia maya.Â
Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh Alya ketika menjadi seorang mata-mata adalah dengan menjadi second account, dengan memiliki akun lain yang mengikuti kekasihnya (Dimas), Alya harus pintar memahami.Â
Apakah akun aslinya yang berteman dengan Dimas di mute dari story atau tidak. Buatlah perbandingannya. Sederhana namun terlihat. Ini merupakan salah satu dari sekian juta cara yang bisa dilakukan.Â
Selain itu, lakukan pengecekan berulang pada semua teman-teman yang diikutinya di dunia maya. Apakah ada yang mencurigakan atau tidak. Lakukanlah dengan rapi layaknya seorang detektif.Â
Ketiga, mulailah untuk bertanya
Bertanya merupakan solusi yang terbaik agar tidak tercipta overthinking seperti pada poin pertama.Lebih baik bertanya secara langsung daripada memendamnya secara sendiri.Â
Dengan bertanya secara langsung, kita sendiri akan mengetahui secara pasti mengenai, "apa yang sedang terjadi?". Tanpa harus memberikan penilaian dan spekulasi yang tidak pasti.Â
Ketika poin kedua telah diluncurkan dan hasil yang diperoleh hanyalah nol besar, memang ada baiknya bertanya secara langsung kepada yang bersangkutan. Hal ini dilakukan agar tidak ada yang ditutupi ataupun tertutupi. Bukankah begitu? Ini merupakan saran terbaik untuk Alya, hihihi...
Menjawab pertanyaan akan lead pembukaan artikel ini, dapat disimpulkan, bahwa pocketing tidak akan tercipta apabila keduanya sedari awal memang telah berkomitmen. Setujukah para pembaca sekalian dengan pendapat ini?Â
Maka dari itu, sejak awal pastikanlah semuanya, agar detik demi detik yang berjalan mampu memberikan kepastian.Â
Catatan:
Apabila ada kesamaan nama pada ilustrasi di atas, itu hanyalah kebetulan semata.
Saya mohon maaf apabila ada salah kata di dalam penulisan artikel ini. Semoga bermanfaat!
Thanks for reading
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H