Seakan-akan semuanya harus tertutup dengan rapat tanpa adanya lubang kebocoran akan kisah cintanya. Perilaku demikian dikenal dengan istilah pocketing. Lho kok bisa? Bisa aja sih (kayaknya) bila pocketer telah melaksanakan misinya...
Dilansir dari nbcnews.com bahwa pocketing lebih dari sekedar menghindari momen bertemu orang tua yang ditakuti. Seperti yang dijelaskan oleh psikolog dan pelatih kehidupan Ana Jovanovic, bagaikan tersembunyi dari pandangan di hampir semua aspek.Â
Pocketing merupakan situasi di mana orang yang dikencani menghindari atau ragu-ragu untuk memperkenalkan (someone special) kepada teman, keluarga, atau orang lain yang mereka kenal, secara langsung ataupun di media sosial.Â
"Meskipun sudah pergi keluar untuk sementara waktu, hubungan tampaknya tidak ada di mata publik", katanya.
Mungkin, ada sebagian besar dari kalian yang bertanya-tanya kenapa kosakata pocketing bisa menjadi ikut serta di dunia percintaan era digital.Â
Sederhananya, apabila kita perhatikan secara seksama, kata "pocketing" sama halnya dengan kata "mengantongi".Â
Logikanya, apabila kita sendiri mengantongi sesuatu pada kantong baju yang kita kenakan seperti halnya tisu, uang, kunci kendaraan, atau apapun itu yang bisa mengisi sebuah kantong.Â
Di saat kita menyembunyikan barang-barang tersebut di dalam kantong, "secara langsung" hanya kita sendirilah yang bisa mengetahui isi dari kantong tersebut.Â
Orang lain tidak akan bisa tahu, kecuali bila kita sendiri yang menceritakannya kepada orang lain mengenai isi dari kantong baju yang kita kenakan.
Sama halnya seperti pocketing di dunia percintaan, setiap orang tidak akan pernah tahu dengan kekasih yang bersangkutan apabila dirinya sendiri tidak memperkenalkan kepada publik bahwa "inilah kekasihnya".Â