Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

"Freeclimbing", Cara Ngepoin Gebetan Lewat Media Sosial

4 Juni 2021   21:38 Diperbarui: 5 Juni 2021   10:31 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi freeclimbing, cara cari tahu tentang gebetan di media sosial| Sumber: freepik.com via stylo.grid.id

Freeclimbing, pendakian bebas yang meninggalkan jejak, akankah dunia percintaan era digital seperti sekarang ini bisa menjadi salah satu penyebab frasa tersebut tercipta? 

Lagi-lagi, era digital bisa dikatakan memang memiliki keunikannya tersendiri. Pergeseran di setiap zaman terkait sebuah hubungan percintaan pun akan berubah. 

Bila ditarik jauh ke belakang sebelum era digital merajai planet ini, (mungkin) mencari informasi mengenai seseorang hanya bisa diakses melalui sebuah percakapan secara langsung, dengan cara "bertanya" kepada orang yang paling tahu akan objek sasaran kita. 

Namun tidak dengan sekarang, menjadi mata-mata dan detektif dadakan guna mencari informasi tentang seseorang pun sangat mudah dilakukan, terlebih lagi mencari informasi tentang gebetan sebelum memutuskan untuk berkencan dengannya. 

Ilustrasi freeclimbing (sumber: hauterrfly.com)
Ilustrasi freeclimbing (sumber: hauterrfly.com)

Di era digital seperti sekarang ini, akses untuk mengumpulkan informasi bisa dimulai melalui akun media sosial objek yang kita tuju.

Kuncinya hanya satu, dengan mengetahui nama akun tersebut, kita akan bebas berkelana melihat setiap postingan yang ditampilkannya. 

Tunggu dulu, tidak semua akun media sosial akan mudah diakses, karena sebagian besar penggunaannya akan memanfaatkan fitur gembok alias kunci akun. 

Kalau sudah seperti ini, yang bersangkutan butuh kerja keras ekstra agar bisa memiliki akses untuk berselancar pada akun yang dituju. 

Meskipun demikian, akan tetap ada jalan, akan tetap ada cara untuk bisa menembus akun media sosial tersebut.

Tindakan seperti ini sering dilakukan oleh seseorang yang ingin mengetahui informasi perihal gebetan yang akan dikencaninya. 

Setidaknya, pengetahuan akan gebetan tersebut tidaklah nol, sebuah kisi-kisi tentang dirinya sangat dibutuhkan, agar ekspektasi yang berada di kepala tidak "terlalu" melenceng jauh. 

Ilustrasi media sosial (sumber: blog.dnetprovider.id)
Ilustrasi media sosial (sumber: blog.dnetprovider.id)

Jadi sangat wajar bila ada seseorang yang menggali informasi tentang gebetannya dengan sangat mendetail, terkhusus pada media sosial. Perilaku demikian dikenal dengan istilah freeclimbing. 

Dilansir dari her.ie dan berdasarkan riset yang telah dikumpulkan oleh vivastreet, freeclimbing merupakan tindakan mendalam (ingin mengetahui informasi tentang diri seseorang secara mendetail, alias kepo) di media sosial milik seseorang yang direncanakan akan berkencan di masa depan. 

Jauh di depan mungkin tampak seperti ide yang bagus pada saat itu, tetapi secara realistis kalian akan menemukan postingan atau foto yang tidak kalian sukai ketika melancarkan jurus "kepo" tersebut.

Ilustrasi freeclimbing (sumber: yomamen.com)
Ilustrasi freeclimbing (sumber: yomamen.com)

Mari kita ambil permisalan sederhana untuk mengetahui letak dan keberadaan dari istilah freeclimbing di era digital seperti sekarang ini, terkhusus pada dunia percintaan. 

Bella dan Angga sudah lama saling mengenal, namun sebatas "hanya saling tahu", tidak lebih dari itu. 

Dikarenakan acara family gathering yang diadakan perusahaan, membuat keduanya dipertemukan sebagai panitia. Mereka berdua berada dalam satu perusahaan yang sama, namun berbeda divisi. 

Menindaklanjuti acara family gathering tersebut membuat keduanya sering bertemu dan berjumpa, hingga akhirnya, Angga mulai memancing Bella melalui perantara sebuah pesan. 

Intensitas komunikasi keduanya pun meningkat, tidak hanya membahas tentang family gathering saja, namun sudah lebih dari itu, obrolan pribadi sudah ikut serta masuk ke dalam cerita keduanya. 

Bella dan Angga pun mulai melayangkan perasaan "nyaman". Hingga akhirnya Bella mulai terpikat pada pesona dari Angga. 

Bella ingin tahu seluruh informasi tentang Angga, Bella ingin tahu bagaimana kehidupan yang Angga jalani sebelum memulai untuk berkencan dengannya.

Jari jemari Bella mulai mencari nama Angga melalui mesin pencari, dan menemukan nama akun media sosial Instagram atas nama anggasaputra. Jelas, inilah nama yang Bella cari. 

Tanpa panjang lebar lagi, Bella langsung menuju ke akun Instagram tersebut. Sangat jelas terlihat bila Angga baikan selebgram, dengan jumlah followers yang terbilang fantastis. 

Beruntungnya Bella, karena akun Instagram Angga tidak menggunakan fitur "kunci". Di saat itu, jari jemari Bella mulai menari-nari di atas akun Instagram Angga, menyaksikan setiap foto yang menjadi postingan pada album Instagram tersebut.

Terpesonalah Bella melihat segala macam aktivitas Angga pada media sosial. Hingga akhirnya, Bella menemukan foto Angga ketika menjadi Presiden Mahasiswa (Presma) dan menjadi pembicara pada suatu forum.

Saking terpesonanya Bella, tanpa disadarinya, jari jemarinya dengan sangat bebas menekan fitur "like" pada foto yang telah di posting lebih dari 5 tahun yang lalu. 

Sontak, Bella terkejut dengan tingkah laku jari jemarinya yang terlalu ceroboh.

Akan tetapi, keterkejutan Bella berhenti, ketika dirinya mendapati sebuah postingan Angga yang sangat tidak disukainya, yakni, Angga masih menyimpan foto bersama mantan kekasihnya. 

Dengan caption, "cinta pertama yang terukir dengan indah, meskipun sekarang harus berjalan masing-masing, namun pertemanan ini tidak akan pernah putus" (telah di edit beberapa tahun yang lalu). 

Dari ilustrasi di atas, sudah terlihat secara jelas bila Bella telah menerapkan freeclimbing, di mana "ngepoin" hidup orang lain di media sosial tidaklah semudah itu, karena akan meninggalkan bekas, sama seperti tertinggalnya tanda "like" di sebuah postingan lampau.

Sederhananya, freeclimbing merupakan sebuah pendakian bebas namun tetap meninggalkan bekas dan cukup berbahaya, seperti halnya memanjat sisi tebing tanpa menggunakan alat pengaman/tali.

Ilustrasi free climbing (sumber: timeoutdoors.com)
Ilustrasi free climbing (sumber: timeoutdoors.com)

Logikanya, pendakian bebas sama halnya dengan berselancar pada media sosial objek sasaran dengan begitu bebas. 

Meninggalkan bekas sama halnya dengan menekan tanda like pada postingan 5 tahun yang lalu tanpa disadari. 

Cukup berbahaya (bila tidak berhati-hati) sama halnya dengan diketahui oleh orang yang bersangkutan karena telah ngepoin hidupnya sampai ke-akarnya, seperti menekan tanda like pada postingan lampau. 

Di mana pada akun media sosial yang bersangkutan, akan memberikan notifikasi tentang nama akun yang telah menekan fitur like pada postingan lampau tersebut.

Freeclimbing nggak tuh? Ya pasti udah terealisasi... 

Ilustrasi like (sumber: danspapers.com)
Ilustrasi like (sumber: danspapers.com)

Pertama, mencari sejarah hidupnya

Freeclimbing tentunya akan berpusat pada pencarian sejarah hidup seseorang melalui perantara sebuah media, seperti halnya media sosial.

Memang tidak hanya media sosial saja, namun ini merupakan perantara (paling) mudah untuk mengetahui sejarah hidup objek sasaran yang dituju, seperti yang dilakukan oleh Bella pada ilustrasi di atas. 

Di mana sejarah postingan akan kegiatan Angga ketika menjadi Presiden Mahasiswa (Presma) pun bisa diketahui dengan jelas oleh Bella, meskipun itu merupakan postingan lampau.

Kedua, mendapatkan informasi tentangnya

Di era digital seperti sekarang ini, sebagian besar penduduk planet ini dengan sukarelanya membagikan berbagai macam aktivitas hidupnya pada suatu media sosial. 

Secara tidak langsung, informasi dirinya terbuka sedikit demi sedikit di dalam media sosial tersebut. 

Hal inilah yang semakin memperlancar dan mempermudah segala macam kegiatan menelusuri informasi seseorang melalui dunia maya lebih cepat di dapatkan. 

Tidak jarang, ketika seseorang telah mengetahui informasi gebetannya melalui perantara media, dirinya akan mulai memiliki pertimbangan lebih, apakah akan lanjut berkencan dengannya atau justru malah sebaliknya.

Karena sebagian besar orang yang tidak tertarik dengan informasi gebetannya di media sosial, akan mulai menarik dirinya sendiri dari gebetannya tersebut dan mulai memberikan jarak dengan orang yang bersangkutan. 

Maka dari itu, pastikan semua informasi yang kita miliki pada akun media sosial adalah akurat, bukan sekadar pencitraan belaka, karena sebagian besar orang akan menjadi stalker dan menilai secara diam-diam melalui perantara media sosial.

Sangat wajar bila sebagian besar orang akan mencari tahu terlebih dahulu informasi tentang gebetannya sebelum memutuskan untuk berkencan. Mau lanjut ataupun tidak itu merupakan hak masing-masing individu. 

"It's natural to want to find out more about someone you might get into a long-term relationship with, but there's such a thing as taking your online stalking a little too far. It's called freeclimbing" ---Emma Mills

Catatan:

Apabila ada kesamaan nama pada ilustrasi di atas, itu hanyalah kebetulan semata. Ilustrasi di atas digunakan untuk memfokuskan pada satu kasus saja. 

Saya mohon maaf apabila ada salah kata di dalam penulisan artikel ini. Semoga informasi ini bisa bermanfaat.

Thanks for reading

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun