Tidak jarang, komunikasi tersebut terlalu banyak mengandung unsur pencitraan di dalamnya.Â
Hal ini sangat wajar bila sering terjadi perbedaan di antara dunia maya dan di dunia nyata. Seperti halnya penilaian yang dilakukan oleh Radit terhadap Rere pada ilustrasi di atas.Â
Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan akan tetap ada orang yang apa adanya dalam menggunakan media sosial.Â
Baik dirinya berada di dunia maya maupun di dunia nyata, semuanya akan tampak sama, tidak ada bedanya.Â
Kedua, bebas berkreasi
Tidak jarang, media sosial terkadang menjadi ajang berkreasi. Menampilkan berbagai macam bakat hingga hobi yang ditekuni.Â
Kalian semua pasti sering melihat seseorang yang sangat piawai dalam memainkan alat musik di media sosial miliknya, hal ini sangat wajar bila terjadi.Â
Mengembangkan bakat akan terus dilakukan oleh seseorang yang memang berniat untuk mengasa kemampuan yang dimilikinya, media sosial salah satu tempat untuk mengapresiasikan semua bakatnya melalui fitur posting.Â
Sama halnya yang dilakukan oleh Rere pemilik akun quotesrere, di mana dirinya sering mengabadikan beberapa cuitan yang berkaitan dengan motivasi.Â
Hal inilah yang menunjukkan bahwa kita bebas berkreasi di dunia maya. Mau dikenal sebagai apa diri kita di media sosial juga dipengaruhi oleh interaksi kita selama di dunia maya.Â
Ketiga, gaya percakapan teks yang multitafsir
Selanjutnya, gaya percakapan seseorang saat berkomunikasi melalui pesan teks bisa menimbulkan berbagai macam persepsi yang berbeda.Â
Tidak jarang, kalimat ambigu bisa mencuat sesaat pesan teks tersebut sampai di penerima. Menilai seseorang suka atau tidaknya dengan kita tidak serta merta hanya dinilai melalui pesan teks semata.Â