Hal ini sama saja dengan ilustrasi di atas, di mana Shinta hanya sekadar mendapatkan percikan rayuan, gombalan, serta perhatian modus semata dari Dimas.Â
Dirinya tidak mendapatkan bread secara utuh, alias menjadi sepasang kekasih (konteks-berpacaran) dengan Dimas. Apakah hal ini akan baik bila terus menerus dilakukan? Tentu saja tidak.
Maka dari itu, sebelum terjebak pada breadcrumbing yang dilakukan oleh para pelakunya, kita harus berpikir pintar seperti halnya berpikir dalam jangka panjang, seperti halnya:
Pertama, seberapa dekat kita dengan objek yang bersangkutan
Sebelum terjebak pada breadcrumbing yang dilancarkan oleh para pelakunya di dunia maya, kita harus berpikir cerdas sebelum masuk ke dalam perangkap para pelaku breadcrumbing.
Kita bisa mengamatinya secara mandiri tanpa harus repot-repot mencari seorang mata-mata untuk mengamati orang yang kita curigai sebagai pelaku breadcrumbing tersebut.
Apabila kita pertama kali berkenalan dengannya hanya sekadar lewat di dunia maya dan tanpa pernah bertemu di dunia nyata, ada baiknya berikanlah tembok pembatas antara "dirimu dengan dirinya".
Tidak perlu bermusuhan hingga akhirnya membencinya. Cukup berperilaku sewajarnya saja, merespon pesan yang dikirimkannya itu bukanlah sebuah masalah. Â Â
Responlah tanpa pernah membawa perasaan dan jangan mudah termakan rayuan gombal yang hanya sekadar bermodalkan kuota semata.
Kedua, hanya sekadar membuang waktu
Melakukan suatu kegiatan di muka bumi ini tanpa adanya suatu hasil bagaikan melakukan kegiatan yang tiada berguna dan itu hanya sekadar membuang waktu semata. Apakah akan bermanfaat? Tentu saja tidak.
Sama halnya dengan breadcrumbing ini, apabila dirinya hanya sekadar hadir untuk menggombal, lebih baik tinggalkanlah secara perlahan. Agar tidak membuang waktu hanya sekadar untuk merespon pesan darinya.
Bisa saja, dirinya hadir hanya karena sedang merasa bosan dan ingin dihibur oleh seseorang yang menjadi objek sasarannya tersebut.