Hadirnya Infatuation love di saat pandang bertemu pandang dan apakah ini sebuah cinta yang sangat tulus atau malah sebaliknya?
"Kurasaku telah jatuh cinta, pada pandangan yang pertama. Sulit bagiku untuk bisa, berhenti mengagumi dirinya".
Kalimat di atas merupakan penggalan dari sebuah lagu yang diciptakan dan dipopulerkan oleh grup musik bernama RAN. Lagu ini sangat populer dikalangan para kawula muda yang sedang dilanda badai percintaan.
Tidak jarang, lagu yang sering didengar ataupun spontanitas dinyanyikan oleh para penikmatnya merupakan salah satu ciri dari perasaan yang sedang dialaminya.Â
Seperti halnya, seseorang yang sedang mengalami ketertarikan kepada orang lain, hingga akhirnya mengklaim telah jatuh cinta pun disebabkan oleh berbagai macam faktor.
Salah satunya karena sebuah pandangan, alias pandang bertemu pandang atau bahasa kerennya lebih dikenal dengan istilah infatuation love.
Mungkin ada sebagian besar dari kalian yang bertanya-tanya. Kenapa istilah cinta pada pandangan pertama berkaitan dengan "infatuation love", bukannya cinta pada pandangan pertama itu lebih masuk akal bila disebut dengan "love at first sight"?
Tidak ada yang salah dengan kedua kalimat tersebut. Akan tetapi, penyebutan istilah infatuation love pada cinta pandangan pertama tersebut dilihat berdasarkan kacamata psikologi.
Banyak yang mengatakan bahwa jatuh cinta kepada seseorang bisa disebabkan karena pandangan pertama. Ibaratnya cinta datang tanpa diminta dan cinta datang kapan saja.
Pernahkah kalian mendengar cerita dari teman, saudara, atau mungkin kalian sendiri yang sedang membaca artikel ini tentang pertemuan cinta karena sebuah pandangan?
Begitu banyak orang yang mengklaim bahwa cinta pada pandangan pertama merupakan cinta yang sangat indah.Â
Betul, tidak ada yang salah dengan kalimat tersebut. Wajar saja, di saat seseorang sedang di mabuk cinta, segala sesuatu yang berada di pikirannya terasa benar dan tidak pernah salah.
Namun sadarkah kalian, saat memutuskan menjalin hubungan (konteks-berpacaran) dengan seseorang saat pertama kali berjumpa lewat pandang bertemu pandang, apakah ini murni adalah cinta yang tulus? Sepertinya tidak, karena hadirnya cinta tentu karena sebuah proses.
Mari kita ambil permisalan secara sederhana...
Seorang mahasiswa (laki-laki) dan mahasiswi (perempuan) ini bertemu saat sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas yang sama.
Mahasiswa yang berasal dari jurusan teknik sipil ini tidak pernah menginjakkan kakinya masuk ke gedung fakultas lain. Namun suatu ketika, dirinya diharuskan masuk ke gedung fakultas ekonomi dikarenakan harus bertemu dengan dosen pembimbingnya.
Tanpa disangka, saat berjalan masuk ke dalam gedung fakultas ekonomi tersebut, dirinya tidak sengaja ditabrak oleh salah satu mahasiswi dari jurusan akuntansi.
Sehingga menyebabkan kertas bimbingan yang berada di pelukannya jatuh persis di depan mahasiswi tersebut.
Spontanitas mahasiswi ini langsung mengambil kertas yang berhamburan di lantai dan segera mengembalikannya kepada mahasiswa tersebut sambil berkata, "Maaf ya, ini kertas laporannya" lalu diikuti dengan senyuman indah menghiasi wajah kecilnya.Â
Semuanya semakin lengkap karena mahasiswi tersebut ternyata memiliki paras yang menawan.
Seketika itu, pandangan keduanya bertemu dan membuat jantung dari mahasiswa ini berdegup sangat kencang karena telah terpesona.Â
Dirinya telah mengklaim kalau ini adalah cinta pada pandangan pertama yang sekarang sedang dialaminya.
Dari ilustrasi di atas kita bisa belajar dan menarik sebuah kesimpulan, bahwasanya mahasiswa tersebut merasakan jatuh cinta karena paras menawan, serta senyuman yang indah terukir di wajah mahasiswi tersebut.
Selain itu, apakah ada alasan lain? Tentu saja tidak ada, karena apa? Karena tidak ada faktor pendukung lain yang membuatnya langsung jatuh cinta, kecuali fisik yang telah dipandangnya.
Dilansir dari pijarpsikologi.org bahwa infatuation love merupakan tipe cinta yang hanya terdiri dari komponen passion semata. Karakteristik dari tipe ini yaitu adanya ketertarikan secara fisik.
Tipe cinta ini seringkali terjadi di awal suatu hubungan dan disebut dengan "cinta pada pandangan pertama". Cinta dengan tipe ini dapat hilang dengan cepat karena tidak adanya komitmen dan kedekatan emosional.
Sadarkah kalian, saat memutuskan untuk menjalin hubungan dengan seseorang (konteks-berpacaran) saat pertama kali bertemu pandangan atau infatuation love, akan ada beberapa dampak yang dirasakan, antara lain seperti:
Pertama, ekspektasi versus realita
Memiliki perasaan suka dengan orang lain hingga akhirnya jatuh cinta tentunya dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, bukan? Bisa karena tutur katanya yang baik, sopan santun yang dimilikinya hingga gelar ahli ibadah yang disandangnya.
Namun semua ini tidak berlaku bagi seseorang yang memutuskan menjalin hubungan (konteks-berpacaran) dengan begitu cepat hanya karena sebuah pandangan saat pertama kali jumpa.
Kita persempit seseorang yang mencintai orang lain karena gelar ahli ibadah yang disandangnya.
Tentunya saja hal ini tidak akan bisa dinilai hanya dengan sekali saja melihat orang yang bersangkutan. Ada proses yang harus dilalui agar kita bisa melihat sifat asli dari orang tersebut (fase perkenalan).
Saat menjalani fase perkenalan inilah kita bisa menilai, apakah dia termasuk kriteria yang kita idamkan selama ini atau malah sebaliknya.
Kita bisa mengambil kesimpulan bagaimana sifatnya, tingkah lakunya, tutur katanya hingga ibadahnya agar kita bisa mengambil kesimpulan dan tidak menerka-nerka terhadap apa yang terjadi. Agar ekspektasi yang kita ingin bisa sesuai dengan realitanya.Â
Tidak bisa dipungkiri lagi, seiring dengan berjalannya waktu, orang yang awalnya dianggapnya sempurna lewat sebuah pandangan pertama, bisa saja tidak sesuai dengan apa yang dibayangkannya.Â
Bila pada saat itu tidak ada proses pengenalan secara mendalam. Bila ada pengenalan lebih lanjut dan pemantapan pada hati, maka ceritanya akan beda lagi.Â
Kedua, hanya berfokus pada penilaian fisik
Tidak bisa dipungkiri lagi, seseorang yang mengklaim telah jatuh cinta pada seseorang karena sebuah pandangan pertama akan selalu berfokus pada penilaian fisik.
Karena paras wajahnya yang menawan dirinya jatuh cinta, hingga senyuman indah yang terukir di wajahnya membuat dirinya semakin jatuh cinta. Sangat jelas ini hanya dinilai secara penampilan fisik semata.
Kalau hanya sekadar menilai cantik ataupun tampan, semua orang bisa merasakannya, melihat seseorang yang tampil di layar televisi pun kita bisa dengan mudahnya mengucapkan hal yang sama.
Perlu diingat, bila hanya memandang fisik semua orang akan mengalami fase usia yang semakin bertambah, di saat itulah proses perubahan pada kulit akan semakin terlihat (menua).
Apabila hanya memandang fisik tidak akan mampu membuat suatu hubungan berdiri kokoh. Tidak ada fondasi kuat yang menjadi penyokongnya, karena sedari awal tidak memperhatikan seperti yang disebutkan pada bagian pertama.Â
Atas dasar apa kita menilai dirinya merupakan kriteria idaman yang diinginkan, selain dari paras yang menawan sesaat mengklaim telah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Ketiga, salah menafsirkan sebuah perasaan
Selanjutnya, bisa saja saat pandang bertemu pandang ini yang kita rasakan sebenarnya bukanlah cinta, melainkan perasan suka semata, karena hal utama yang paling kita rasakan saat itu adalah penampilan hingga parasnya.
Hadirnya cinta karena sebuah proses. Perasaan cinta tidak bisa timbul hanya sekadar satu kali bertemu saja alias pandang bertemu pandang.
Kedua insan yang saling mencintai tentunya akan membutuhkan sebuah waktu untuk saling mengerti ataupun saling memahami satu sama lain (se-frekuensi, begitulah kurang lebih), hingga akhirnya menimbulkan benih-benih cinta yang sejati.
Misalnya begini, saat kita melihat seorang penyanyi di layar televisi dengan suara yang sangat merdu nan indah, ditambah lagi dengan penampilannya yang terlihat sangat menawan, tanpa di sadari mata kita telah terpanah melihatnya, seakan-akan orang yang dilihat dari layar televisi tersebut tampak begitu sempurna.
Sudah sangat jelas kalau ini hanya sekadar rasa kagum ataupun rasa suka semata, karena penilaian utama kita hanya berfokus kepada fisik, tidak lebih dari itu.
Perasaan seperti ini biasanya akan menghilang seiring dengan berjalannya waktu. Lihat saja bagaimana seseorang yang pernah mengidolakan orang lain.
Tanpa angin, tanpa badai yang menghantamnya, dirinya mampu berpaling dari sang idola karena telah melihat penampilan dari aktor ataupun aktris lain yang mampu menggoyahkan hatinya dan ini wajar saja bila terjadi.
Maka dari itu, jangan terlalu cepat mengambil tindakan untuk menjalani hubungan (konteks-berpacaran) dengan orang yang baru pertama kali dipandang, alias sudah sangat yakin jatuh cinta pada pandangan pertama.Â
Jangan sampai salah dalam menafsirkan perasaan, terlebih lagi dalam urusan perasaan yang menyakut hati.
Ketiga contoh dampak di atas hanya sebagian kecil dari sekian banyak dampak yang bisa dirasakan oleh seseorang yang terlalu cepat mengklaim dirinya telah jatuh cinta kepada orang lain lewat pandangan pertama alias infatuation love.
Masih percaya dengan cinta pada pandangan pertama? Sepertinya, tetap akan ada yang berkata "I believe in love at first sight".
Pada intinya, jangan terlalu cepat mengambil tindakan dan jangan terlalu cepat menyimpulkan perasaan, terlebih lagi untuk urusan cinta. Segala sesuatu yang dilakukan dengan terburu-buru tentunya tidak akan memberikan hasil yang baik
Tenang, tidak ada unsur pemaksaan disini. Kalau masih tetap percaya, silahkan, karena setiap orang tentunya memiliki perasaan cinta yang timbul dengan berbagai macam cara. Enjoy your life.
Meskipun demikian, akan tetap ada orang yang merasa jatuh cinta karena pandangan pertama atau infatuation love, hingga akhirnya memantapkan hati untuk melangkahkan kakinya ke pelaminan.
Konsepnya begini, saat merasa jatuh cinta pada pandangan pertama, dirinya harus langsung mencari tahu, apakah benar ini cinta atau hanya sekadar rasa suka saat melihat orang tersebut.
Tidak hanya berhenti sampai disini saja, perkenalan harus terus berlanjut untuk memastikan perasaan cinta yang menghampiri relung di hatinya ini. Hanya kita sendirilah yang bisa mengetahui secara jelas rasa cinta kita terhadap orang yang dituju.
Perlu diingat, jangan pernah membohongi perasaan sendiri, karena itu tidaklah baik. Bila cinta katakan cinta, bila tidak lebih baik jangan dilanjutkan.
Thanks for reading
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H