Mendengar ucapan demi ucapan yang di katakan oleh Botam, Botih pun tidak kuasa menahan air mata.
"Aku sayang dengan dirimu Botam, kamu tidak berbeda, kamu sama denganku Botam. Jangan bersedih lagi, aku akan selalu ada untukmu, jangan hiraukan perkataan para hooman".
Kali ini Botih memeluk dengan sangat erat tubuh Botam, seraya menjilatinya dengan menggunakan lidahnya yang kecil nan panjang sebagai tanda sayang.
"Botam, jangan hiraukan perkataan para hooman lagi, kita berdua harus terus hidup bahagia. Kesedihan tidak akan mampu merubah segalanya, kesedihan hanya akan membuat kita semakin jatuh dalam keterpurukan. Dirimu adalah kucing yang istimewa Botam" ucap Botih seraya memberikan senyuman yang dimilikinya.
Sesaat itu, Botam langsung menghapus air matanya dengan menggunakan paw-paw kecil yang dimilikinya.
"Kamu benar Botih, aku adalah kucing yang istimewa. Hanya warna bulu sepertiku yang memiliki kekuatan di malam hari" balas Botam dengan senyuman indah ke arah Botih.
Kali ini air matanya telah terhapus dengan sempurna, hanya mata merahlah yang sekarang menghiasi wajahnya.
"Karena di saat kegelapan datang, aku mampu menghilang Botih, warna buluku yang hitam pekat langsung bisa menyatu dengan kegelapan malam" lanjut Botam sambil tertawa.
Botih pun terkejut mendengar apa yang dikatakan Botam. Kali ini Botam lebih terlihat bahagia.
"Itulah keistimewaan dirimu Botam. Jangan pernah bersedih lagi ya, jangan hiraukan perkataan para hooman".
Botam pun mengangguk setelah mendengar ucapan dari Botih. Hingga akhirnya, mereka berdua duduk bersama di tepian kolam menyaksikan pergantian matahari dan bulan yang mulai bekerja.