Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hentikan "Social Comparison", Niscaya Dirimu akan Tertawa Bahagia

26 Desember 2020   21:39 Diperbarui: 26 Desember 2020   23:01 1744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dilakukan oleh dua orang tertawa bahagia (Sumber: thinkstock )

Social comparison. Hanya akan membuat dirimu menjadi tidak bahagia

Di Penghujung tahun 2020 ini, begitu banyak kisah maupun cerita yang telah kita lalui. Setiap orang yang menjalani proses di dalam hidupnya tidak akan sama dengan orang lain. Semua orang mempunyai jalan hidupnya masing-masing.

Bagi kita yang berasal dari generasi x, generasi milenial, generasi z, hingga generasi alpha. Sudah berapa tahun hidup ini kita jalani, sudah berapa puluh bahkan ratusan jam telah kita lalui hidup di dunia ini. Apakah semua yang kita jalani mampu memberikan manfaat, atau malah sebaliknya.

Di dalam hidup ini tentunya kita akan mengalami yang namanya perjumpaan bahkan pertemuan dengan seseorang. Tidak jarang setiap perjumpaan bahkan pertemuan dengan seseorang selalu diikuti dengan senyum, canda, bahkan gelak tawa.

Tidak ada pertemuan di antara dua orang bahkan lebih yang tidak menimbulkan suatu reaksi. Akan ada timbal balik yang terjadi di antara pertemuan tersebut. 

Kalau pun memang hal seperti ini benar terjadi, mungkin orang yang bersangkutan sedang berada pada level bermusuhan alias sedang tidak ingin berteman.

 Ilustrasi dilakukan oleh seorang anak kecil yang tertawa bahagia(Sumber: www.idntimes.com)
 Ilustrasi dilakukan oleh seorang anak kecil yang tertawa bahagia(Sumber: www.idntimes.com)

Sekarang kembali ke masa di mana kita masih menjadi seorang anak kecil. Pada masa ini, hidup bagaikan sebuah kisah yang paling indah alias tanpa beban. 

Salah satu contohnya, saat seorang anak kecil sedang bermain dan bertemu dengan teman-temannya. Terlihat secara jelas, gelak tawa yang ditampilkannya bersama teman-teman mampu membuat dirinya menjadi lebih bahagia. 

Tidak jarang, semangat yang ditunjukkan oleh seorang anak kecil sangat membara. Dari caranya mengungkapkan mimpi serta cita-cita di masa depan. 

Coba saja tanya seorang anak kecil tentang cita-cita mereka. Jawaban yang diberikan sangat cepat tanpa berpikir lagi apakah jawaban tersebut akan tepat atau tidak.

Namun apa yang terjadi, mimpi mereka di masa depan sangatlah mulia. Ada saja yang menyebutkan kalau dirinya di masa depan akan menjadi seorang polisi, dokter, tentara, guru bahkan presiden.

Bila dilihat kembali, jawaban dari seorang anak kecil tentang cita-citanya di masa depan merupakan jawaban yang klasik. Mereka semua memberi jawaban seperti itu berdasarkan dari pengamatan mata kecil mereka, bahwa apa yang mereka lihat itulah pekerjaan yang mulia. 

Sudah terlihat secara jelas kalau seorang anak kecil memang memiliki gaya hidup yang bahagia.

Namun setelah beranjak remaja serta dewasa, cerita hidup akan lebih berbeda. Mulai ada rasa serta pikiran tentang lika-liku perjalanan hidup yang mulai berputar-putar menghiasi isi kepala.

Terkadang pertanyaan pun sering timbul secara sendirinya, Kenapa ya hidupku seperti ini?". Secara tidak langsung kita sudah mengeluh. 

Seakan-akan hidup ini tidak ada yang mampu menyenangkan. Bahkan untuk menghasilkan gelak tawa serta senyum bahagia pun terlihat sulit, karena jiwa serta perasaan kita sudah merasa terbebani dengan hidup. Rasanya ingin tertawa lepas menyaksikan hidup di dunia yang indah ini, namun yang terjadi malah sebaliknya.

Ada beberapa alasan yang menjadi penyebab sebagian orang merasa terbebani dengan hidupnya, salah satunya kepanikan terhadap hidup di masa depan. 

Wajar saja bila seseorang takut dengan cerita hidupnya di masa depan. Namun jangan dijadikan beban, jadikan lah ini sebagai motivasi hidup untuk terus berjuang dan bersemangat. 

Agar apa yang kita inginkan bisa terwujud dengan sempurna. Pada fase ini, tanpa kita sadari kita sering membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain.

Misalnya saja, pada saat ini kita masih berada di bangku perkuliahan, semua mahasiswa atau pun mahasiswi ingin lulus dengan tepat waktu bahkan memperoleh gelar cumlaude. 

Ketika kita masih berjuang untuk memperoleh semua itu. Pada saat bersamaan kita menyaksikan teman satu angkatan sewaktu masih sekolah telah lebih dulu mengenakan toga dan memperoleh gelar sebagai lulusan terbaik serta tercepat.

Saat melihat ini, tanpa disadari kita melafalkan sebuah kalimat penghakiman pada diri sendiri. Kenapa kita tidak bisa sama dengan dirinya. Permasalahan pun belum selesai.

Selanjutnya, kita menyaksikan dirinya (teman) setelah lulus dari bangku perkuliahan langsung diterima di perusahaan ternama dengan karir dan masa depan yang cemerlang, hingga akhirnya langsung naik ke pelaminan.

Sementara kita masih berjuang dengan amplop coklat. Merasa semakin terpuruk dengan hal ini karena melihat hidup dari teman kita tersebut begitu sempurna.

Lagi-lagi secara tidak langsung kita telah menyiksa diri kita sendiri. Merasa insecure dengan keadaan yang terjadi. Hasilnya. Kita sendiri yang akan merugi. 

Mulai dari pikiran yang menumpuk karena memikirkan hidup orang lain, hingga akhirnya jatuh sakit karena tidak mampu menahan semua beban yang kita ciptakan sendiri.

Itu hanya sebagian kecil dari cara kaum remaja maupun kaum dewasa membandingkan dirinya dengan orang lain. Bila semuanya ingin diangkat ke permukaan, cerita perbandingan hidup tersebut tidak akan ada habis-habisnya. Percayalah.

Di dalam istilah psikologi, kondisi seperti ini disebut dengan social comparison atau perbandingan sosial, yang merupakan kecenderungan seseorang untuk merasakan hal baik dan buruk dalam dirinya berdasarkan perbandingan dirinya sendiri dengan orang lain.

Semakin kita melihat hidup orang lain yang kita anggap lebih baik dari diri sendiri, akan membuat kita jauh dari kebahagiaan. Merasa murung, dan merasa tidak sempurna. Kalau sudah seperti ini, jangankan mau ketawa senyum saja bisa tersimpan dengan sangat rapi.

Jelas hal ini sebaiknya harus kita hindari. Dengan membandingkan hidup dengan orang lain, secara tidak langsung kita tidak bersyukur dengan apa yang telah kita peroleh pada saat ini.

Ingat lah jalan hidup setiap orang di dunia ini tidak ada yang sama, nikmatilah prosesnya niscaya kita akan beruntung dan bersyukur.

Pernahkah terpikir di benak kalian, kenapa seorang anak kecil mampu menjalani hidupnya dengan begitu sempurna dan tanpa rasa beban? Karena dirinya menjalani hidup tanpa membandingkan cerita hidupnya dengan cerita hidup orang lain. Pikirannya masih sangat bersih dari kata insecure.

Maka dari itu, berhentilah membandingkan hidupmu dengan orang lain karena itu tiadalah berguna. Kita butuh ketawa untuk terus bahagia dan Indonesia butuh ketawa untuk terus membahagiakan rakyatnya. 

Menutup tahun 2020 ini, tanamkanlah di dalam hati untuk berhenti membandingkan hidup dengan orang lain. Tata lah masa depan dengan sebaik mungkin. 

Kebahagiaan kita juga didukung dari dalam diri kita sendiri. Kalau bukan kita sendiri yang memulai niscaya kebahagiaan itu tidak akan pernah ada. Melalui pikiran yang sehat dan jauh dari namanya iri hati terhadap kehidupan orang lain.

Enjoy your life.

Thanks For Reading

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun