Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hentikan "Social Comparison", Niscaya Dirimu akan Tertawa Bahagia

26 Desember 2020   21:39 Diperbarui: 26 Desember 2020   23:01 1744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita masih berjuang untuk memperoleh semua itu. Pada saat bersamaan kita menyaksikan teman satu angkatan sewaktu masih sekolah telah lebih dulu mengenakan toga dan memperoleh gelar sebagai lulusan terbaik serta tercepat.

Saat melihat ini, tanpa disadari kita melafalkan sebuah kalimat penghakiman pada diri sendiri. Kenapa kita tidak bisa sama dengan dirinya. Permasalahan pun belum selesai.

Selanjutnya, kita menyaksikan dirinya (teman) setelah lulus dari bangku perkuliahan langsung diterima di perusahaan ternama dengan karir dan masa depan yang cemerlang, hingga akhirnya langsung naik ke pelaminan.

Sementara kita masih berjuang dengan amplop coklat. Merasa semakin terpuruk dengan hal ini karena melihat hidup dari teman kita tersebut begitu sempurna.

Lagi-lagi secara tidak langsung kita telah menyiksa diri kita sendiri. Merasa insecure dengan keadaan yang terjadi. Hasilnya. Kita sendiri yang akan merugi. 

Mulai dari pikiran yang menumpuk karena memikirkan hidup orang lain, hingga akhirnya jatuh sakit karena tidak mampu menahan semua beban yang kita ciptakan sendiri.

Itu hanya sebagian kecil dari cara kaum remaja maupun kaum dewasa membandingkan dirinya dengan orang lain. Bila semuanya ingin diangkat ke permukaan, cerita perbandingan hidup tersebut tidak akan ada habis-habisnya. Percayalah.

Di dalam istilah psikologi, kondisi seperti ini disebut dengan social comparison atau perbandingan sosial, yang merupakan kecenderungan seseorang untuk merasakan hal baik dan buruk dalam dirinya berdasarkan perbandingan dirinya sendiri dengan orang lain.

Semakin kita melihat hidup orang lain yang kita anggap lebih baik dari diri sendiri, akan membuat kita jauh dari kebahagiaan. Merasa murung, dan merasa tidak sempurna. Kalau sudah seperti ini, jangankan mau ketawa senyum saja bisa tersimpan dengan sangat rapi.

Jelas hal ini sebaiknya harus kita hindari. Dengan membandingkan hidup dengan orang lain, secara tidak langsung kita tidak bersyukur dengan apa yang telah kita peroleh pada saat ini.

Ingat lah jalan hidup setiap orang di dunia ini tidak ada yang sama, nikmatilah prosesnya niscaya kita akan beruntung dan bersyukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun