Dengan daya listrik 1.300 Volt Ampere (VA) dan biaya listrik antara Rp1-2 juta per bulan, menurut Sani, itu digunakan untuk tiga mesin cuci, satu setrika listrik, dan dua bola lampu untuk menerangi kios laundry berukuran 3x10 meter. Dia mulai membuka usahanya dari pukul 07.00 sampai pukul 21.00 WIB. Namun bukan berarti mesin cuci dan setrika listrik menyala selama buka, tapi ketika digunakan saja.
Pintar Mengatur Penggunaan ListrikÂ
Mendengar cerita penggunaan listrik di tempat usaha laundry langgananku itu, saya pun merasa bahwa tarif listrik saat ini sebetulnya tidaklah mahal. Terlebih lagi jika digunakan untuk kebutuhan produktif, untuk kebutuhan sehari-hari, bisa tertutup dengan keuntungan dari usaha yang dijalankan. Apa lagi jika pandai menyisihkan uang khusus untuk membayar listrik, penggunaan listrik jadi tidak terasa.
Saya juga berpikir, tak jauh dari rumah saya ada beberapa warung kelontong, yang menggunakan dua hingga tiga lemari pendingin, hingga freezer untuk membuat batu es. Dengan kenaikan listrik saya juga melihat tidak lantas membuat pemilik warung menaikkan harga minuman dingin atau harga batu es yang dijualnya. Karena dengan peralatan listrik yang dimilikinya justru membuat usahanya semakin lancar.
Jika netizen belum lama ini dihebohkan dengan tagihan listrik di rumah Raffi Ahmad, seorang publik figur dan artis kenamaan yang mengaku tagihan listrik di rumahnya membengkah mencapai Rp17 juta per bulan. Sepertinya kita perlu melihat bagaimana kebutuhan listrik di rumah artis idola ibu-ibu muda itu.Â
Seperti terungkap dalam kanal YouTube Rans Entertainment 8 Juni 2020, Nagita Slavina, istri Raffi Ahmad mengungkapkan aliran listrik di rumahnya berdaya Rp33 ribu VA. Daya sebesar itu dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di rumahnya yang memang sangat banyak. Di rumah salah satu keluarga artis terkaya itu katanya kulkasnya saja ada 10 unit, belum lagi AC yang katanya juga hidup terus. Jadi wajar saja tagihan listrik di rumahnya sangat besar, karena penggunaannya yang juga sangat banyak.
Kalau melihat penggunaan listrik di rumah saya sendiri, dengan daya 1.300 VA, penggunaan sehari-hari, 1 unit kulkas 24 nonstop, 1 unit AC rata-rata 12 jam per hari, 1 mesin cuci dengan penggunaan 2 jam per 3 hari, 1 unit TV dengan penggunaan rata-rata 8 jam per hari, 1 unit magic com 24 jam, 1 kipas angin dengan penggunaan rata-rata 6 jam per hari, dan 5 lampu 10 watt dengan penggunaan 6 jam per hari. Dengan penggunaan tersebut kebutuhan token listrik Rp400 ribu per bulan. Penggunaan listrik di rumah saya tersebut bisa dikatakan masih cukup besar. Mungkin karena menggunakan pendiring ruangan (AC), tapi sebab sebelum menggunakan AC, token per bulan hanya habis Rp200 ribu saja.
Terinspirasi dari pemilik usaha laundry, kini saya jadi punya celengan untuk mengumpulkan uang untuk membeli token. Dengan cara seperti itu saya pun tidak merasa keberatan, sebab saya juga sudah terbiasa untuk mengisi celengan untuk anak yatim yang menjadi program sosial di lingkungan saya. Dalam satu hari saya hanya cukup menyisihkan sisa uang belanja dari suami, antara Rp15-20 ribu. Meskipun dalam praktiknya token listrik selalu suami yang membeli dengan uangnya, tapi setidaknya uang yang tekumpul bisa saya gunakan untuk keperluan lain, membuat saya tidak pernah merasa keberatan untuk membeli token listrik. Dengan mengetahui penggunaan listrik, saya juga menjadi lebih pintar menggunakannya, dengan mematikan peralatan yang tidak digunakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H