Mohon tunggu...
Desi Permata Sari Batee
Desi Permata Sari Batee Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNDIRA 121211067 DOSEN Prof.Dr,Apollo, M.Si.Ak

MEMBACA

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pemikiran Ranggawarsita, Kalasuba, Katatidha, Kalabendhu, dan Fenomena Korupsi di Indonesia

21 Juli 2024   01:22 Diperbarui: 21 Juli 2024   01:22 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ranggawarsita

Ranggawarsita adalah seorang sastrawan Jawa terkenal yang hidup pada abad ke-19 di Keraton Surakarta, Indonesia. Namanya sangat dihormati dalam dunia sastra Jawa karena karyanya yang kaya akan nilai-nilai budaya dan spiritualitas Jawa. Beliau dikenal sebagai seorang pujangga kraton yang pandai dalam menulis gending, serat, dan tembang, serta pujangga yang mampu menyampaikan pesan-pesan kearifan dalam bentuk sastra yang indah dan mendalam.
Ranggawarsita lahir dengan nama Raden Ngabehi Ranggawarsita pada tahun 1802 di Desa Kuningan, Surakarta. Beliau dibesarkan dalam lingkungan yang kaya akan kebudayaan Jawa tradisional, yang kemudian sangat mempengaruhi karya-karyanya. Salah satu karyanya yang terkenal adalah "Serat Wedhatama", sebuah karya sastra Jawa yang memuat ajaran-ajaran tentang kebijaksanaan hidup, moralitas, dan filosofi Jawa. Karya ini tidak hanya dihargai karena keindahan sastra dan gaya bahasanya, tetapi juga karena nilai-nilai kearifan lokal yang diusungnya.
Selain sebagai seorang pujangga kraton, Ranggawarsita juga dikenal sebagai seorang ahli dalam bidang tata bahasa Jawa klasik. Kontribusinya dalam bidang ini membantu memperkuat fondasi bahasa Jawa dan mempertahankan keaslian bahasa tersebut dalam karya-karyanya. Penggunaan bahasa Jawa yang khas dan beradab menjadi ciri khas yang menonjol dalam tulisan-tulisan beliau, sehingga membuat karyanya menjadi penting tidak hanya sebagai warisan sastra, tetapi juga sebagai penjagaan akan kekayaan budaya Jawa.
Ranggawarsita meninggal pada tahun 1873, meninggalkan warisan sastra Jawa yang sangat berharga dan terus dihargai hingga saat ini. Karya-karyanya menjadi contoh yang penting bagi pengembangan sastra Jawa dan juga menjadi sumber inspirasi bagi banyak kalangan dalam memahami dan mempertahankan nilai-nilai budaya tradisional Jawa. Dengan demikian, Ranggawarsita tidak hanya diakui sebagai sastrawan besar, tetapi juga sebagai pujangga yang memiliki peran signifikan dalam melestarikan dan mengembangkan budaya Jawa melalui karya-karyanya yang mendalam dan bermakna. 

reepngimg.com
reepngimg.com

Era Versi Ranggawarsita

1.Kalasuba,

Kalasuba dalam versi yang disampaikan oleh Ranggawarsita merupakan sebuah interpretasi yang kaya akan makna filosofis dan spiritualitas Jawa. Ranggawarsita, seorang pujangga kraton terkenal pada abad ke-19, menggambarkan Kalasuba sebagai personifikasi dari kekuatan alam yang meliputi waktu, takdir, dan juga hukuman atas perbuatan manusia. Dalam pandangan Ranggawarsita, Kalasuba bukan sekadar sosok mitos yang menakutkan, melainkan juga sebagai simbol yang memperingatkan akan konsekuensi dari perilaku manusia yang buruk atau tidak bermoral.
Kalasuba dalam interpretasi Ranggawarsita sering kali dihubungkan dengan ajaran moralitas dan kebijaksanaan hidup dalam kebudayaan Jawa. Beliau menekankan bahwa keberadaan Kalasuba mengingatkan manusia akan pentingnya menjaga kesucian perilaku dan kesadaran akan tindakan mereka. Dalam karyanya, seperti dalam "Serat Centhini" atau "Serat Wedhatama", Ranggawarsita menggunakan Kalasuba sebagai metafora untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya hidup dalam keseimbangan dengan alam dan dalam harmoni dengan nilai-nilai kebajikan.

Secara visual dan naratif, Kalasuba versi Ranggawarsita sering dihadirkan dalam bentuk wayang kulit atau dalam seni lukis tradisional Jawa, menampilkan karakter yang kuat dengan simbol-simbol yang khas dalam ikonografi Jawa. Keberadaannya tidak hanya sebagai elemen cerita atau legenda, tetapi juga sebagai alat untuk mengajarkan dan mengingatkan akan nilai-nilai etika dan spiritualitas yang dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.
Dengan demikian, Kalasuba versi Ranggawarsita bukan hanya menunjukkan kekayaan imajinatif dalam sastra Jawa, tetapi juga sebagai cerminan dari pemikiran filosofis yang mendalam tentang eksistensi manusia dan hubungannya dengan alam semesta. Interpretasi ini memperkaya pemahaman kita tentang bagaimana budaya Jawa menggambarkan dan memahami fenomena alam serta nilai-nilai kehidupan yang bersifat universal.

2.Kalatidha,

Kalatidha merupakan salah satu tokoh dalam mitologi Jawa yang diinterpretasikan oleh Ranggawarsita dalam karyanya. Ranggawarsita menggambarkan Kalatidha sebagai sosok yang memiliki peran penting dalam mempertahankan keseimbangan alam dan kehidupan manusia. Dalam pandangan Ranggawarsita, Kalatidha sering kali dikaitkan dengan konsep-konsep filosofis seperti karma dan dharma, yang menandakan bahwa setiap tindakan manusia akan berdampak pada nasib mereka sendiri.
Kalatidha dipercayai sebagai penjaga atau pelindung yang mengatur tata krama alam semesta dan kehidupan manusia. Beliau digambarkan sebagai figur yang bijaksana dan adil, yang memastikan bahwa setiap perbuatan manusia dibalas sesuai dengan keadilan ilahi. Dalam beberapa cerita, Kalatidha juga muncul sebagai penerjemah atau penghubung antara dunia manusia dengan dunia spiritual, memberikan pengajaran moral kepada mereka yang bersedia mendengarkan.

Dalam seni tradisional Jawa, Kalatidha sering kali digambarkan dalam bentuk wayang kulit atau seni lukis, dengan ciri fisik yang khas dan simbolisme yang mendalam. Keberadaannya dalam karya Ranggawarsita tidak hanya sebagai elemen cerita, tetapi juga sebagai perwujudan dari nilai-nilai kearifan lokal yang mengajarkan tentang tanggung jawab, keseimbangan, dan keadilan dalam hidup. Dengan demikian, Kalatidha versi Ranggawarsita memperkaya pemahaman kita akan mitologi Jawa serta konsep-konsep filosofis yang terkandung di dalamnya, yang terus berpengaruh dalam budaya dan pemikiran masyarakat Jawa hingga saat ini.

3.Kalabendhu, 

Kalabendhu merupakan salah satu tokoh dalam mitologi Jawa yang dihadirkan oleh Ranggawarsita dalam karyanya. Ranggawarsita menggambarkan Kalabendhu sebagai sosok yang memiliki peran sebagai penjaga atau pengatur dalam dunia spiritual Jawa. Kalabendhu sering kali dikaitkan dengan penjaga gerbang atau perbatasan antara dunia manusia dengan alam gaib. Dalam pandangan Ranggawarsita, Kalabendhu muncul sebagai figur yang menjaga ketertiban kosmis dan memastikan bahwa tidak ada gangguan dari entitas jahat atau roh-roh yang dapat mengganggu ketenangan manusia.
Kalabendhu juga sering dihubungkan dengan ritual-ritual spiritual dalam kehidupan masyarakat Jawa, seperti dalam upacara-upacara adat atau persembahan kepada leluhur. Keberadaannya mencerminkan konsep perlindungan dan kesucian, yang diyakini dapat membantu menjaga keharmonisan antara dunia fisik dan dunia spiritual. Dalam beberapa cerita, Kalabendhu juga digambarkan sebagai penerjemah atau mediator antara manusia dan kekuatan-kekuatan gaib yang ada di sekitar mereka.

Seni tradisional Jawa, seperti wayang kulit atau seni lukis, sering kali menggambarkan Kalabendhu dengan ciri fisik yang khas dan simbolisme yang mendalam. Keberadaannya dalam karya Ranggawarsita tidak hanya sebagai figur mitologis, tetapi juga sebagai representasi dari nilai-nilai kearifan lokal yang mengajarkan tentang pentingnya menghormati alam semesta dan memelihara keseimbangan antara dunia materi dan dunia spiritual. Dengan demikian, Kalabendhu versi Ranggawarsita memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kompleksitas mitologi Jawa dan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, yang tetap relevan dalam budaya dan kehidupan spiritual masyarakat Jawa hingga saat ini.

Shutterstock
Shutterstock

Fenomena Korupsi

Kalasuba, Katatidha, dan Kalabendhu adalah tokoh-tokoh dalam mitologi Jawa yang memiliki makna spiritual dan filosofis yang dalam dalam kebudayaan Jawa, masing-masing melambangkan konsep-konsep seperti keadilan, karma, dan perlindungan spiritual. Sementara itu, fenomena korupsi di Indonesia merupakan masalah sosial dan politik yang kompleks yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat.
Kalasuba dalam mitologi Jawa sering dikaitkan dengan konsep hukuman dan keadilan ilahi. Dalam pandangan masyarakat Jawa, Kalasuba merupakan penjaga atau penegak hukum alam semesta yang memastikan bahwa setiap tindakan manusia berdampak pada nasib dan kehidupannya sendiri. Hal ini berkaitan dengan nilai-nilai moralitas dan etika yang diajarkan dalam kebudayaan Jawa, yang menekankan pentingnya menjaga kebenaran dan keseimbangan dalam perbuatan.
Katatidha dianggap sebagai penjaga atau pengatur dalam tata krama alam semesta. Beliau memastikan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai dengan tata aturan yang telah ditetapkan, dan bahwa keadilan dan keseimbangan alam terjaga. Konsep ini mengingatkan masyarakat Jawa akan pentingnya hidup dalam harmoni dengan alam dan menjalani kehidupan dengan penuh tanggung jawab.
Kalabendhu sering dihubungkan dengan perbatasan antara dunia manusia dengan alam gaib atau spiritual. Sebagai penjaga gerbang antara dua dunia ini, Kalabendhu melambangkan pentingnya memahami dan menghormati kekuatan-kekuatan gaib yang ada di sekitar kita. Hal ini mencerminkan keyakinan masyarakat Jawa akan kehadiran roh-roh dan entitas spiritual yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Di sisi lain, fenomena korupsi di Indonesia adalah masalah yang mempengaruhi tatanan sosial, politik, dan ekonomi negara. Korupsi mencerminkan ketidakadilan dan ketidakhormatan terhadap hukum, yang bertentangan dengan nilai-nilai yang dipegang teguh dalam mitologi Jawa seperti keadilan dan moralitas. Sementara Kalasuba, Katatidha, dan Kalabendhu melambangkan nilai-nilai yang positif dalam budaya Jawa, korupsi menunjukkan bagaimana kekuatan yang negatif dapat merusak tatanan sosial dan moral masyarakat.

 mitologi Jawa mengajarkan nilai-nilai tentang keadilan, karma, dan harmoni dengan alam, fenomena korupsi di Indonesia menjadi contoh bagaimana nilai-nilai ini dihadapkan dengan tantangan dalam kehidupan nyata. Pemahaman terhadap kedua aspek ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang kompleksitas budaya dan tantangan yang dihadapi dalam masyarakat Indonesia modern.

istockphoto.com
istockphoto.com

Poin Penting

Dalam mitologi Jawa, Kalasuba dipercayai sebagai penegak hukum alam yang memastikan bahwa setiap tindakan manusia akan memiliki konsekuensi sesuai dengan karma atau takdirnya. Dalam konteks kasus korupsi, nilai-nilai ini menegaskan pentingnya kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas dalam tata kelola pemerintahan dan ekonomi. Korupsi dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip-prinsip moral ini, dan mitologi Jawa melalui Kalasuba mengajarkan bahwa tindakan yang tidak bermoral akan berujung pada hukuman atau balasan yang tidak terhindarkan. 

nilai-nilai yang dianut Katatidha menekankan pentingnya menjaga integritas, keseimbangan, dan keadilan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Korupsi, sebagai pelanggaran terhadap keseimbangan sosial dan ekonomi, dianggap sebagai gangguan terhadap harmoni yang dijaga oleh Katatidha. 

nilai-nilai yang dipegang Kalabendhu mengingatkan bahwa tindakan yang tidak bermoral tidak hanya merugikan manusia, tetapi juga mengganggu keseimbangan alam secara keseluruhan.

Dengan demikian, meskipun Kalasuba, Katatidha, dan Kalabendhu adalah tokoh-tokoh dalam mitologi Jawa yang lebih bersifat spiritual, pemahaman terhadap nilai-nilai yang mereka simbolkan dapat memberikan perspektif yang berharga terkait dengan permasalahan korupsi di Indonesia. Mereka mengajarkan tentang pentingnya moralitas, kejujuran, keseimbangan, dan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, yang menjadi landasan penting dalam upaya mengatasi dan mencegah korupsi.

Pesan moral yang dapat diambil dari era Kalasuba, Katatidha, dan Kalabendhu versi ranggawarsita dalam  kasus korupsi di Indonesia adalah:

  1. Keadilan dan Hukuman Ilahi: Kalasuba mengingatkan bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, baik itu baik maupun buruk. Pesan moralnya adalah pentingnya menjalani kehidupan dengan integritas dan kejujuran. Contohnya, dalam kasus korupsi, para pejabat yang terlibat dalam korupsi sering kali dihadapkan pada hukuman hukum, kehilangan reputasi, atau penjara. Contoh konkretnya adalah kasus korupsi dalam penggunaan anggaran publik yang mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat dan negara.

  2. Keseimbangan dan Tata Krama: Katatidha mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan dalam tata krama alam semesta. Pesan moralnya adalah menjaga integritas, harmoni, dan keadilan dalam setiap tindakan. Dalam konteks kasus korupsi, nilai-nilai ini menyoroti bahwa tindakan korupsi merusak keseimbangan sosial dan ekonomi, serta dapat mengganggu harmoni dalam masyarakat. Contohnya adalah korupsi di sektor pelayanan publik yang dapat menghambat pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

  3. Kesadaran Spiritual dan Menghormati Kekuatan Gaib: Kalabendhu mengajarkan pentingnya menghormati dan memahami kekuatan-kekuatan gaib atau spiritual. Pesan moralnya adalah menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan nilai-nilai moral dan spiritual. Dalam kasus korupsi, pesan ini mengingatkan bahwa tindakan yang tidak bermoral tidak hanya mempengaruhi manusia, tetapi juga dampaknya dapat mencapai dimensi spiritual yang lebih luas. Contoh konkretnya adalah penggelapan dana yang seharusnya digunakan untuk kepentingan publik namun disalahgunakan untuk keuntungan pribadi.

Desi Bate'e
Desi Bate'e
 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun