Pada tahun 1992, Fishe dan Geiselman menerbitkan panduan sistematis untuk prosedur wawancara yang dirancang untuk memaksimalkan keandalan ingatan saksi. Teknik ini menekankan penggunaan pertanyaan terbuka, mendukung saksi untuk mengingat kembali detail-detail spesifik dari peristiwa yang diamati, serta meminimalkan pengaruh dari pertanyaan yang bisa mengarahkan jawaban.Â
Wawancara Kognitif mengandalkan prinsip bahwa memori episodik dapat ditingkatkan dengan memperhatikan proses kognitif yang lebih dalam, seperti pemulihan urutan kronologis peristiwa, penjelasan tentang situasi sekitar, dan pengulangan untuk memperkuat memori.
Pengembangan teknik ini pada tahun 1992 menandai awal dari pendekatan yang lebih ilmiah dan sistematis dalam wawancara saksi, yang bertujuan untuk meningkatkan keakuratan dan keandalan bukti dari saksi mata dalam sistem hukum. Sejak saat itu, konsep dan metode Wawancara Kognitif terus berkembang, mengintegrasikan penemuan-penemuan baru dalam psikologi kognitif dan neurosains untuk meningkatkan efektivitasnya dalam berbagai konteks investigatif.
Pada awalnya, Wawancara Kognitif dikembangkan sebagai hasil dari penelitian yang mendalam terhadap proses ingatan manusia. Fisher dan Geiselman mengidentifikasi bahwa teknik interogasi konvensional seringkali tidak hanya tidak efektif, tetapi juga dapat mempengaruhi ingatan saksi dengan cara yang negatif, seperti memberikan pertanyaan yang leading atau memberi tekanan psikologis yang berlebihan.Â
Oleh karena itu, mereka merancang pendekatan baru yang berbasis pada prinsip-prinsip psikologi kognitif untuk memaksimalkan akurasi ingatan. Wawancara Kognitif pertama kali diimplementasikan dalam lingkungan penegakan hukum di Amerika Serikat, kemudian menyebar ke berbagai negara lain di seluruh dunia sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan proses investigasi kriminal.Â
Metode ini telah diterapkan oleh lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan agen investigasi lainnya dalam berbagai kasus kriminal, dari kasus kecil hingga kasus yang kompleks.Â
Perlu dipahami mengapa Wawancara Kognitif ini diciptakan. Salah satu alasan utamanya adalah untuk mengatasi masalah umum yang ditemui dalam proses penyelidikan kriminal, yaitu kesaksian yang tidak akurat atau kurangnya informasi yang penting dari saksi mata. Banyak kasus kejahatan yang mengandalkan kesaksian saksi mata sebagai bukti utama, namun seringkali kesaksian ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti stres, suggestibilitas, atau ketidakpastian.Â
Fisher dan Geiselman merancang teknik Wawancara Kognitif untuk memberikan struktur yang sistematis dalam meminta kesaksian dari saksi mata, dengan harapan dapat meningkatkan akurasi dan kelengkapan informasi yang diberikan.
Salah satu elemen utama dari Wawancara Kognitif adalah penggunaan prinsip-prinsip kognitif dalam memori dan pengambilan informasi. Teknik ini memanfaatkan konsep-konsep seperti pemulihan informasi yang terkait, menghindari saran yang bisa mempengaruhi ingatan, dan memfasilitasi pemulihan informasi yang tidak sadar.Â