Apresiasi Pertunjukan Teater Khas Daerah dalam Teater Wabah Karya Budi Ros
Oleh :Â
Fitriani Anis Fuadah (1903575)
Sipaulailiah (1905901)
Desi Apriani(1909573)
PendahuluanÂ
Wijaya (2007:01) mengemukakan bahwa " teater barasal dari bahasa Yunani Theatron yang berarti panggung tempat penonton yaitu sebuah bangunan yang dibangun untuk menjadi tempat berlangsungnya sebuah peristiwa tontonan, yang kemudian dinamakan "teater". Selanjutnya, Wijaya (2007:01) mengatakan bahwa "drama juga berasal dari bahasa Yunani, yang berarti dialog dalam bentuk puisi prosa dengan keterangan laku.
Di dalam pertunjukkan drama, orang berlaku sesuai dengan peran yang terdapat di dalam cerita, untuk menyampaikan cerita atau maknanya. Teks tertulis yang berisi rancangan laku itu disebut lakon. Kemudian, lebih dikenal dengan nama "naskah".
Teater sendiri menurut arti yang sempit adalah drama, memuat kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas panggung Pertunjukkan dengan media percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian dan rias. Pertunjukkan teater adalah seni tampil verbal yang melibatkan aktor di panggung atau podium, dengan dukungan latar belakang dan properti panggung. Pertunjukkan teater juga merupakan salah satu karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog para tokohnya ( Alex Sobur 2014:157).
Dalam penelitian ini, Pertunjukkan Teater Koma yang berjudul"Wabah" karya Budi Ros akan dijadikan objek kajian. Pertunjukkan teater koma yang berjudul"Wabah" karya Budi Ros akan akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan teori sastra yang memandang karya sastra sebagai dunia otonom.
Dalam teori pendekatan objektif ini terlihat dengan jelas hubungan antara konsep kebahasaan (linguistik) dengan pengkajian sastra itu sendiri, baik secara metaforis maupun elektis. Pendektan objektif memberikan perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom. Oleh karena itu pendekatan objektif disebut juga sebagai pendektan struktural. Proses penganalisis menggunakan pendekatan objektif difokuskan pada pemahaman terhadap bagian-bagian karya sastra dalam menyangga keseluruhan, dan sebaliknya bahwa keseluruhan karya itu sendiri dari bagian-bagian (Sayuti 2001:63). Maka dari itu untuk memahami makna dalam karya sastra harus dilakukan analisis berdasarkan strukturnya
.
PembahasanÂ
Teater yang berjudul "Wabah" ini adalah pementasan dari Teater Koma yang disutradarai oleh Rangga Riantiarno dengan naskah yang ditulis oleh Budi Ros. Pertunjukan ini menceritakan tentang kondisi saat pandemi melanda dunia khususnya di Indonesia untuk kalangan bawah, dan dampak akan pandemi ini digambarkan senatural mungkin oleh penulis agar pesan moral yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan sebaik-baiknya.
Pertunjukan ini benar-benar menceritakan kondisi masyarakat kalangan bawah yang selama ini hidup kesusahan akibat adanya pandemi virus Covid-19. Seluruh negeri dilanda wabah, tapi karena ulah ketiga anaknya, Gareng, Petruk dan Bagong. Ketiganya berniat mencari keuntungan dari situasi yang tengah berlangsung.Â
Drama ini diawali dengan Romo Semar memerintahkan Gareng untuk pergi ke ladang menanam jagung tapi Gareng malah sedang berkutat dengan kotak sabunnya, Petruk sedang mengelap sepeda Romo Semar dan Bagong sedang tidur.Â
Menurut Gareng dengan berjualan sabun hasilnya sangat menjanjikan ketimbang menanam jagung, karena ditengah pandemi ini orang-orang akan selalu membeli sabun untuk membersihkan segala sesuatu. Keuntungan dari berjualan sabun akan ditabung untuk membuka usaha lagi, yaitu alat-alat pendeteksi Covid-19. Namun Romo Semar tidak menyetujuinya karena kodrat mereka adalah petani.Â
Gareng dan Petruk tetep kekeh dengan berjualan sabun dan alat pendeteksi Covid-19 karena mereka memanfaatkan situasi yang sedang kacau adalah peluang besar dan harus dimanfaatkan.Â
Romo Semar mengingatkan kepada mereka berdua bahwa "Bisnis boleh saja tetapi jangan kelewatan. Ketika kebutuhan masyarakat terhadap alat-alat tes pendeteksi Covid dan juga sabun meningkat seharusnya harga-harga jangan dinaikan" Romo Semar tidak mengizinkan mereka berdua melakukan perbuatan seperti itu apalagi seperti Gareng yang kerjaannya tidur terus.Â
Tapi pada akhirnya Romo Semar berhasil membujuk anak-anaknya untuk bertani kembali daripada berbisnis dengan curang demi mendapatkan keuntungan besar dan menyengsarakan rakyat kecil.
Pementasan teater yang berjudul  "Wabah" ini memiliki alur maju, karena cerita berawal dari kehidupan yang biasa lalu datang suatu wabah yang membuat kehidupan berubah dan mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan kehidupan baru, sampai pada akhirnya tokoh Gareng dan Petruk berniat ingin berbisnis dengan memanfaatkan situasi yang sedang kacau karena pandemi, namun Romo Semar berhasil mengingatkan mereka karena gal tersebut tidaklah baik.
B. Unsur-Unsur Dramatur dalam Pertunjukkan Teater "Wabah"
Di dalam pertunjukkan drama, orang berlaku sesuai dengan peran yang terdapat di dalam cerita, untuk menyampaikan cerita atau maknanya. Teks tertulis yang berisi rancangan laku itu disebut lakon. Kemudian, lebih dikenal dengan nama "naskah". Unsur-unsur dramatur yang kelompok kami temukan antara lain :
1. Judul
Judul merupakan kepala karangan. Judul dalam sebuah karya sastra merupakan kunci untuk melihat karya tersebut secara keseluruhan. Untuk itu maka penulis memilih seni pertunjukkan teater Koma yang berjudul "Wabah". Jika dilihat dari judulnya saja maka pertunjukkan teater ini menceritakan tentang peristiwa di mana terjadi penularan penyakit secara cepat dan menyerang masyarakat secara luas.
2. Tema
Tema merupakan pikiran pokok yang medasari sebuah karya. Pokok pikiran ini kemudian dikembangkan dengan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang utuh dan menarik. Dalam pertunjukkan teater koma yang berjudul "Wabah" karya Budi Ros, pengarang mengangkat isu kesehatan dan sosial yang sedang terjadi saat ini yaitu wabah virus covid-19.
3. Alur/plot
Alur merupakan  rangkaian peristiwa dalam cerita yang membentuk suatu kesatuan cerita. Dalam teater tahapan alur dimulai dari tahapan permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan puncak, tahapan peleraian dan tahapan akhir.
Dalam pertunjukkan teater koma yang berjudul "Wabah" karya Budi Ros, pengarang menggunakan alur maju di mana tahap permulaan diawali dengan anak Romo Semar yaitu Petruk berkeinginan memanfaatkan situasi wabah virus covid-19 untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari bisnis yang akan mereka mulai. Hingga akhirnya semua anak Romo Semar patuh dan mengikuti perintah Romo Semar untuk pergi ke ladang.
Â
 4. Amanat
Amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan pengarang kepada penonton. Amanat dalam teater tidak disampaikan secara langsung, melainkan disampaikan lewat dialog-dialog yang diucapkan oleh para pemeran.Â
Dalam pertunjukkan teater koma yang berjudul "Wabah" karya Budi Ros, pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa jangan pernah kita berniat hati untuk memanfaatkan situasi yang sedang terjadi untuk kepentingan diri sendiri. Lebih baik kita memaksimalkan usaha agar mendapatkan hasil yang terbaik.
5. Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan peran yang terdapat dalam teater. Penokohan merupakan  keseluruhan ciri jiwa seorang tokoh dalam teater. Dalam pertunjukkan teater koma yang berjudul"Wabah" terdapat 4 tokoh yaitu, Romo Semar, Petruk, Gareng dan Bagong dengan penokohan yang berbeda.
Adapun penokohan dalam pertunjukkan teate koma yang berjudul "wabah" adalah sebagai berikut :
a. Romo Semar : laki-laki tua yang berperan sebagai bapak, memiliki ciri fisik tubuh bongkok, kulit keriput, rambut beruban tapi memiliki sikap yang bijaksana.
b. Gareng : laki-laki yang berperan sebagai anak pertama Romo Semar, dengan tubuh yang tinggi dan kurus serta memiliki sikap yang cerdik, suka memanfatkan situasi, Â serakah, pembangkang dan sulit diatur.
c. Petruk : laki-laki yang berperan sebagai anak Romo Semar yang kedua yaitu adik dari Gareng, dengan tubuh pendek dan kurus serta memiliki sikap yang sama persis dengan gareng dimana tokoh Petruk memiliki sikap yang cerdik, suka memanfatkan situasi, Â serakah, pembangkang dan sulit diatur.
d. Bagong : laki-laki yang berperan sebagai anak ketiga Romo Semar atau adik dari Gareng dan Petruk, Â dengan tubuh yang gendut dan memiliki sikap yang pemalas, suka tidur dan menghayal.
Â
6. Latar
Latar merupakan suasana lingkungan tempat berlangsungnya peristiwa yang dapat dilihat. Dalam latar termasuk juga di dalamnya waktu, tempat, iklim/suasana.Â
Dalam pertunjukkan teater koma yang berjudul "Wabah" karya Budi Ros latar tergambarkan di sebuah rumah tua yang sederhana. Waktu yang digambarkan dalam pertunjukkan teater tersebut adalah pagi hari, hal ini terlihat jelas karena tokoh Romo Semar meminta kepada 3 anaknya (Gareng, Petruk dan Bagong) untuk segera pergi ke ladang bercocok tanam.Â
Suasana yang digambarkan dalam teater dengan sederhana, diawal suanana yang digambarkan cukup tenang dan santai tapi di pertengahan terjadi ketengangan antara Romo Semar dan Anak-anaknya, sedangkan di akhir pertunjukkan suasana kembali seperti semula.
Â
7. Konflik
Konflik adalah pertentangan yang terjadi dalam teater. Pertentang membentuk rangkaian peristiwa dalam cerita yang memiliki hubunga kausalitet. Dalam pertunjukkan teater koma yang berjudul "Wabah" konflik terjadi antara Romo Semar dan ketiga anaknya yaitu Gareng, Petruk dan Bagong.Â
Konflik itu terjadi karena ketiga anak Romo Semar ingin memanfaatkan situasi wabah virus covid-19 untuk berbisnis dan mengambil keuntungan yang banyak. Anak-anak Romo Semar juga mengharapkan bantuan yang sangat banyak karena wabah yang sedang terjadi. Karena keinganan anak-anaknya tersebut Romo Semar marah dan tidak menyetujui keinginan anak-anaknya. Akhirnya terjadilah konflik antara Romo Semar dan ketiga anaknya.
8. Teknik Dialog
Teknik dialog dibagi menjadi dua, yaitu teknik monolog dan teknik percakapan. Dalam pertunjukkan teater koma dengan judul "Wabah" karya Budi Ros teknik dialog yang digunakan adalah percakapan. Karena masing-masing pemeran terlibat dalam percakapan yang saling bersahutan.
9. Analisis Tata Pentas
Tata panggung adalah pengaturan panggung atau arena untuk bermain teater. Dalam pementasan teater ini dekorasi panggung sejenis pentas konvensional (prosenium) karena penonton hanya bisa melihat dari arah depan saja. Sisi kiri, kanan dan belakang panggung dijadikan jalan keluar masuknya pemain.
Set-dekor merupakan pendukung untuk menciptakan tempat, waktu, dan keadaan/suasana di panggung pementasan. Set/dekor meliputi bagian benda/gambar dipanggung yang bersifat permanen. Set property merupakan properti penunjang dari set properti, dan memungkinkan dapat dipindah-pindah. Sementara, hand property yaitu properti yang dapat dibawa-bawa oleh pemain. Sedangkan, properti adalah pelengkap dari set properti. (Riantiarno, 2011: 147-151)
Pohon merupakan set-dekor yang ada dalam pementasan lakon Wabah, karena hadirnya pohon dalam pementasan menciptakan konsep latar halaman rumah. Untuk mendukung latar dan menciptakan suasana halaman rumah, lakon Wabah menggunakan bale-bale yaitu kursi yang terbuat dari bambu. Set properti lakon Wabah juga menampilkan sepeda romo Semar yang dielap-elap oleh Petruk.Â
Tak hanya memberi sentuhan terhadap suanan latar, kehadiran sepeda sebagai set property juga mengusung gagasan yang ingin dibawa oleh penulis naskah lewat lakon Wabah.Â
Tak hanya itu, gagasan penulis dalam lakon juga disampaikan melalui set property tempat peralatan sabun cuci tangan yang ingin dijual oleh Gareng. Sementara, untuk properti yang ada dalam tempat peralatn tersebut yaitu botol sabun, dan sabun cuci tangan. Menariknya, setiap set property yang ditampilkan memiliki sangat berhubungan dan saling berkaitan atas gagasan lakon Wabah ini.
Â
10. Analisis Tata Musik
Tata musik adalah musik yang mendukung pementasan dalam pertunjukan teater baik yang bersifat instrumen maupun lagu, yang menghidupkan suasana di beberapa adengan dan babak dalam suatu pertunjukan. Musik pengiring dalam kegunaan pementasan drama disebut denga illustrasi musik. Suasana cerita, warna dialog akan lebih menarik dengan diringi musik yang relevan.Â
Pemanfaatan ilustrasi musik dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu musik langsung yang dimainkan langsung pada saat pementasan, dan musik rekaman yang berupa musik aransemen sendiri.
Dalam pementasan teater yang berjudul "wabah" ini menggunakan iringan music langsung. Peralatan music yang digunakan yaitu perkusi dan kendang. Tata musik yang ditampilkan sangat menyesuaikan sesuai dengan adegan tertentu dan dengan musik yang tidak terlalu mencolok, dengan adanya musik lebih memunculkan suasana yang menarik. Adapun tata suara dalam teater berjudul "wabah" ini sangat terdengar jelas dan tidak terdengar suara penonton ataupun suara lainnya.
11. Analisis Tata Lampu
Tata lampu adalah segala perlengkapan perlampuan baik tradisional maupun modern yang digunakan untuk keperluan penerangan dan penyinaran dalam seni pertunjukan. Tata lampu yang digunakan dalam pertunjukkan  teater ini sangatlah baik. Tata lampu yang digunakan dari awal sampai akhir tidak ada perubahan, tata lampu yang digunakan di teater ini adalah dengan warna lampu yang cerah.
Dalam pertunjukan teater ini juga menerapkan 2 fungsi penataan cahaya, yaitu:
a. Cahaya sebagai penerang
Tujuannya sebagai penerangan suatu tempat atau ruangan dalam panggung agar tidak tekesan gelap.
Â
b. Cahaya sebagai penyinar
Tujuannya yang lebih kompleks yaitu menerangi bagian bagian tertentu, khususnya fokus pada pemain.
12. Analisis Tata Rias
Tata rias memiliki peran yang penting dalam pementasan teater , tata rias dibutuhkan untuk menggambarkan atau menentukan watak para tokoh. Lakon "Wabah" ini menampilkan pemain dengan tokoh-tokon punakawan. Oleh karena itu, wajah para pemain dirias layaknya wayang punakawan. Mulai dari pola dan riasan bibir yang dibuat lebih besar dari bibir asli pemain, riasan rambut yang dikuncir mirip punakawan, hingga raut-raut wajah yang dibuat sangat mirip dengan wayang panakawan.
Tokoh Semar sebagai bapak dari ketiga anaknya, dibuat lebih tua raut wajahnya. Semar menampilkan watak yang bijak dan selalu menganjurkan hal-hal baik dalam kehidupan.
13. Analisis Tata Busana/Kostum
Kostum adalah segala sesuatu yang dikenakan (termasuk asesori) oleh pemain untuk kepentingan pementasan. Jika dipandang sebagai pakaian atau busana, kostum meliputi perlengkapan yang dikenakan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kostum dalam pementasan memiliki peran dan fungsi, diantaranya untuk mendukung perkembangan watak pemain, membangkitkan daya saran dan suasana, juga untuk memberikan perbedaan antara satu pemain dengan yang lainnya. (Hasanuddin, 2015:153-154)
Teater Koma mengusung gagasan menarik lewat kostum yang dipakai oleh seluruh karakter. Sebagaimana tercermin dari nama tokoh setiap pemain, Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong mengenakan kostum wayang Punakawan. Kostum tersebut meliputi Ira-iraan, rompi, celana satin, gaman dan kalung yang dilengkapi inisial setiap tokoh, sembong, sabuk, epek, dan timang sampur. Berhubung pementasan dilaksanakan pada masa pandemi, para pemain juga memakai face shield sebagai upaya untuk disiplin mematuhi protokol kesehataan.
kesimpulanÂ
Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pertunjukkan Teater Koma yang berjudul "Wabah" sangat mencerminkan kehidupan manusia dimasa pandemi covid-19, banyak manusia-manusia yang mengambil keuntungan ditengah kesulitan yang melanda segala sektor kehidupan. Manusia-manusia menjadi tidak penulis dengan sesama karena yang mereka pikirkan hanya diri mereka sendiri. Banyak diantara mereka yang dengan sengaja menjual barang-barang kebutuhan dengan harga yang tinggi agar mendapat keuntungan yang berlipat, banyak juga yang mengkorupsi uang bantuan untuk masyarakat sehingga masyarakat hanya bisa mengharapkan bantuan tanpa ada yang membantu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H